web page hit counter
Minggu, 6 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

“Kuasa Gelap”: Demon is Real!

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Sudah satu tahun berlalu sejak film Pope Exorcist yang dibuat berdasarkan pengalaman Pastor Gabrielle Amorth, seorang exorcist Vatikan yang sudah melakukan 160.000 kali exorcisme semasa hidupnya. Sayangnya film dengan judul hampir serupa, The Exorcism yang dirilis April 2024 lalu, rasanya tidak “segreget” film pendahulunya. Maka sejak beredar kabar ada film Exorcist pertama di Indonesia yaitu “Kuasa Gelap” karya Bobby Prasetyo, saya termasuk salah satu orang yang sangat tidak sabar menanti film ini ditayangkan di bioskop.

Setelah penantian sekian lama, sejujurnya saya merasa lega karena film ini dibuat dengan sangat baik.  Film dimulai dengan pernyataan bahwa 90% kasus kesurupan yang dilaporkan ke Gereja adalah masalah kesehatan mental. Hanya 10% yang benar-benar membutuhkan Eksorsis.

Dalam bukunya, Pastor Gabrielle Amorth menuliskan bahwa memang sangat sulit membedakan antara orang yang kerasukan dengan orang yang memiliki masalah kejiwaan. Biasanya pelaku eksorsis mulai dengan memeriksa gejala fisik. Dua daerah yang sangat umum terkena kekuatan jahat adalah kepala (berbentuk sakit kepala parah yang tidak dapat sembuh dengan obat-obatan), dan juga sakit perut yang akut dan sangat menusuk terutama dibagian bawah tulang dada. Rasa sakit ini bisa berpindah ke bagian perut lainnya dan tidak bisa disembuhkan secara medis. Tanda lain juga bisa berbentuk memar di beberapa bagian tubuh.

Petunjuk lainnya adalah kelakuan yang aneh dan kasar, tiba-tiba jadi sering mengutuk dan mengamuk saat melihat barang-barang kudus, seperti Salib, Rosario, patung atau gambar orang kudus, dan menolak pergi ke Gereja.

Dalam film ini, Kayla juga menunjukkan perilaku aneh, seperti membentur-benturkan kepalanya ke tembok, atau pun kaca mobil sampai luka berdarah. Juga ada beberapa tanda lebam pada lengan dan leher Kayla. Saya mengacungkan jempol untuk akting aktris belia Lea Ciarachel yang membuat saya ngeri betulan, karena betul-betul tampak seperti orang kesurupan dan bukan sekedar akting. Untung saat itu bioskop penuh, jadi gak sempet takut sendirian.

Salut juga untuk aktor  Jerome Kurnia yang memerankan Romo Thomas yang sempat kehilangan iman karena merasa sangat bersalah atas kecelakaan mobil hingga menewaskan ibu dan adiknya, sehingga Romo Thomas ingin berhenti menjadi seorang Imam.

Aktor senior Lukman Sardi yang memerankan Romo Rendra,  seorang eksorsis senior, juga tak kalah kerennya. Lagi-lagi saya jadi lupa bahwa mereka bukan Romo betulan, karena gaya bicara dan pembawaannya sudah sangat mirip.  Apalagi saat para romo ini melafalkan doa Eksorsis dalam Bahasa Latin dari buku Ritual. Buku Rituale Romanum yang berisi berbagai ritus-ritus resmi Gereja Katolik Roma pertama kali dirumuskan pada tahun 1641,  lalu pada tahun 1999 Vatikan merevisi ritus eksorsisme yang kemudian digunakan sebagai panduan doa untuk ritual Eksorsisme oleh para imam Katolik sampai saat ini.

Dari film ini, kita jadi belajar bahwa salah satu “pintu masuk” Iblis ke dalam jiwa manusia adalah lewat praktik Okultisme, yang dalam film ini lewat boneka Jailangkung. Tetapi sebetulnya masih banyak medium lain yang bisa menjadi pintu masuk Iblis, seperti papan Ouija, segala jenis benda “keramat”, perdukunan, meskipun dengan label “ilmu putih”.

Pastor Gabrielle Amorth dalam bukunya juga menulis, beberapa hal yang memudahkan Iblis masuk ke dalam jiwa manusia adalah karena adanya dosa berat yang belum diakukan secara tulus dalam Sakramen Pengakuan Dosa. Bahkan para Imam sebelum melakukan Ritual Eksorsisme harus “membersihkan diri” dengan Sakramen Pengakuan dosa, sehingga kembali berada dalam kondisi “Rahmat”, sehingga Iblis tidak bisa memanipulasi kita dengan menggunakan kesalahan atau dosa kita di masa lalu.

Hal lain yang dipelajari di film ini adalah jangan membuka kesempatan untuk bercakap-cakap dengan Iblis. Romo Rendra dengan tegas, tidak menanggapi seruan Iblis dan terus fokus menghardik setan didalam Kayla, dan menanyakan namanya. Tentu saja Iblis tidak dengan sukarela menyebutkan namanya, hanya dengan percikan air suci dan menempelkan salib pada kening, Iblis “dipaksa” untuk memberikan jati dirinya. Sehingga saat namanya disebut, barulah Romo bisa meneruskan dengan doa kuasa, mengusir Iblis itu dalam kuasa Tuhan Yesus Kristus.

Setelah ritual eksorsis pertama, saya sempat terkecoh karena mengira selesai sudah problem Kayla. Eh, ternyata keluar satu, yang masuk kembali malah Legion. Persis seperti yang ditulis dalam Lukas 11:26; “Lalu, ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari padanya, dan mereka masuk dan berdiam disitu. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk  daripada keadaannya semula.”

Lho kok bisa??

Pastor Gabriel Amorth menjelaskan bahwa eksorsisme menyumbang 10% dari kesembuhan seseorang yang kerasukan, dan sisa 90% merupakan tanggung jawab orang tersebut. Artinya orang itu sendiri yang harus terus menjaga imannya, dengan banyak berdoa, sering menerima sakramen-sakramen, menjalani hidup sesuai Injil, berziarah dan melakukan karya-karya sosial.  Salah satu alat yang paling ampuh melawan roh jahat sekaligus paling sulit dilakukan adalah mengampuni musuh-musuh kita.

Pastor Dan Reehil, seorang eksorsis di Amerika menambahkan pentingnya Sakramen Ekaristi untuk mempererat persatuan kita dengan Kristus, serta Sakramen Pengakuan Dosa untuk terus membuat kita berada dalam kondisi “rahmat” sehingga menutup “celah masuk” bagi Iblis.

Film mencapai klimaks yang sangat menegangkan, saat Romo Thomas berani mengambil tugas sebagai eksorsis, menggantikan Romo Rendra yang sakit, untuk mengusir Legion dari dalam diri Kayla. Legion dengan kekuatan supranatural yang luar biasa sehingga mampu berjalan dia atas air, mencekik dan mengangkat tubuh Romo Thomas ke udara lalu menghempaskannya dengan keras ke lantai.  Akhirnya Corpus Christi dalam Rosario sederhana pemberian Ibunda Romo Thomas- lah yang bisa “membakar” dan mengusir semua kuasa gelap dalam diri Kayla. Ini tentunya karena iman Romo Thomas yang semakin kuat dan mantap, sehingga bisa menyalurkan kuasa Ilahi untuk mengusir Legion itu.  Kali ini saya boleh lega betulan, kasus Kayla sudah selesai sampai disini (entah kalo nanti ada sequelnya ya…).

Pada penghujung film ini,  Romo Thomas mendapat telepon dari Romo Rendra untuk “kasus” lainnya pada jam 3 dini hari.  Saya seolah disadarkan, bahwa perjuangan melawan “Kuasa Gelap” akan selalu berlangsung sepanjang sejarah hidup manusia.  Bahkan di Gaudium et Spes, no.37, dituliskan demikian: Pertempuran melawan roh-roh jahat “dimulai sejak awal dunia dan menurut amanat Tuhan akan tetap berlangsung hingga hari Kiamat.

Wadduh…

Memang salah satu sifat Iblis adalah ulet dan sabar. Sabar menunggu “celah” dimana kita jatuh kembali dalam dosa. Ulet untuk terus-terusan menggoda dan menyesatkan manusia, dari jaman Adam & Hawa sampe ke jaman millennials ini.

Tapi no worries…sebab St. Paulus sudah kasih contekan di Efesus 6:10-18 untuk menghadapi Iblis, yaitu dengan mengenakan seluruh Perlengkapan Senjata Allah; berikatpinggang kebenaran, berbajuzirahkan keadilan, berkasutkan kerelaan mewartakan Injil dan damai sejahtera, menggunakan perisai iman untuk memadamkan semua panah api dari si jahat, ketopong keselamatan serta Pedang Roh, yaitu Firman Allah.

Memasuki bulan Rosario ini, Pastor Dan Reehill juga mengingatkan bahwa Bunda Maria diberi Rahmat Istimewa untuk menginjak kepala si ular tua. Dengan mendaraskan semua peristiwa doa Rosario (Peristiwa Gembira, peristiwa Sedih, Peristiwa Mulia, Peristiwa Cahaya) setiap hari adalah perlindungan sempurna terhadap “Kuasa Gelap” agak tidak sempat memasuki kita.

Heaven is real, Demon is also real!  Rasanya masih banyak orang yang tidak percaya dan menyepelekan kuasa gelap. Saya hanya berharap, jangan sampai mereka terkena kuasa gelap seperti Kayla dan ribuan orang lainnya diseluruh dunia. Imam yang bisa melakukan Eksorsis semakin sedikit, bahkan tidak semua keuskupan memiliki Imam eksorsis, baik di negeri ini maupun di dunia.

Well, saya pikir lebih baik kita fokus untuk terus menjaga diri sendiri dalam doa, dan menyatukan diri kita dengan Tuhan Yesus Juru Selamat kita lewat Sakramen Ekaristi, juga  terus membersihkan diri lewat Sakramen Pengakuan Dosa, serta tak jemu-jemunya mendaraskan doa Rosario sehingga Bunda Allah sendiri yang akan terus mendoakan kita, dan menginjak si ular tua dan semua followersnya untuk kita.

Fransisca Lenny
Alumni KPKS St. Paulus Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles