web page hit counter
Jumat, 4 Oktober 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Di Bawah Saudara Pohon dan Sungai, Warisan Semangat Uskup Emeritus Hieronymus Herculanus

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Seperti sebatang pohon tua yang telah meneduhkan banyak jiwa, dia kini terbaring tenang, meninggalkan dunia yang telah ia layani dengan cinta dan pengabdian yang tiada tara.

Uskup Emeritus Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun OFMCap kemarin persis pada hari Senin 30 September 2024 berpulang pada pukul 21:12 WIB.

Dia dilahirkan di desa Menawai Tekam, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, pada tanggal 5 Agustus 1937 sebagai putera ke-7 dari 17 bersaudara dari pasangan Pius Ria Ensoh dan Veronika Unsai.

Kedua orang tua Mgr. Bumbun, yakni Pius Ria Ensoh dan Veronika Unsai

Dari arsip Kapusin Pontianak, penulis menemukan salah satu catatan jejak almarhum di bawah naungan hutan Kalimantan yang lebat, di mana sungai mengalir jernih dan pohon-pohon besar masih menaungi tanah, Uskup Hieronymus menemukan kedamaian dalam alam yang murni dan asri.

Kicauan burung yang riang dan riak air sungai yang bening menjadi saksi masa kecilnya yang penuh dengan kenangan akan kedekatan dengan alam.

Sejak dini, dia sudah menunjukkan ketangguhan jiwa. Menempuh perjalanan sejauh 539 kilometer, dari Sei Ayak di Kabupaten Sekadau hingga ke desa kecil Nyarumkop di Kalimantan Barat, Hieronymus belajar mengenal dunia yang lebih luas.
Mendengar ‘kedalaman’ jiwa

Tanpa kendaraan mewah, dia hanya ditemani oleh kaki-kaki yang kuat dan hati yang tegar. Sungai-sungai, hutan belantara, dan jalanan berdebu menjadi teman setianya.
Namun, baginya, perjalanan itu bukanlah sekadar lintasan fisik, melainkan sebuah pelajaran tentang ketabahan, keberanian, dan panggilan hidup yang terus ia dengarkan di kedalaman jiwanya.

Kala masih di Sei Ayak, Uskup Hieronymus kecil (dalam catatan tersebut dituliskan) selalu bersahabat dengan alam.

Dia seolah menyatu dengan pepohonan, burung-burung, dan aliran sungai. Memanjat pohon buah dan berburu burung punai adalah kebiasaannya.

Alam baginya bukan sekadar tempat, melainkan rumah. Sebuah tempat di mana ia bisa tertawa lepas, bebas dari segala kekhawatiran duniawi. Jatuh dari pohon pernah dia alami, tetapi tulang-belulangnya tetap utuh, seolah alam sendiri menjaga anak kesayangannya.
Dunia pertanian dan cocok tanam mendatangkan suasana hidup yang seiring dengan irama alam yang masih belum rusak.

Pohon-pohon besar masih rimbun. Sungai bersih. Air jernih. Polusi hampir tidak terasa. Jenis sayuran dalam hutan masih melimpah. Air bersih di sungai mudah diperoleh.
Riak air sungai terdengar jelas. Kicauan burung lantang terdengar. Dalam lingkungan inilah dia berkembang dan dibesarkan.

Sejak kecil dia sudah berjiwa besar. Dia berani menempuh perjalanan sejauh 539 km, yaitu dari Sei Ayak (Kabupaten Sekadau) sampai ke desa kecil Nyarumkop, 12 km Kodya Singkawang Timur, Kalimantan Barat. Beberapa kabupaten, puluhan kecamatan, dan ratusan kampung di daerah Kalimantan Barat dijelajahi.

Setelah berjalan kaki dari rumah ke dermaga, dia harus mengalir bersama kapal barang menyusuri Sungai Kapuas hingga ke Pontianak, ibukota Propinsi Kalimantan Barat. Liukan sungai ditelusuri. Hutan belantara ditapaki.

Daratan dilewati. Sungai diseberangi. Daerah-daerah baru dilalui. Dia termasuk pejalan kaki yang tangguh. Soalnya, dia banyak berkeliling.

Dalam catatan arsip Kapusin Pontianak itu dituliskan, otot kaki kekar, daya tahan tubuh kuat. Duduk dalam mobil kayu tempo ‘doeloe’ hingga berjam-jam termasuk bagian perjalanannya yang mengasyikkan.

Kala masih di Sei Ayak, Herculanus sudah akrab bersahabat dengan alam. Malah, dia sadar diri sebagai bagian dari alam. Dia menyatu dengan alam. Dia suka memanjat pohon buah. Konon, pernah dia terjatuh dari pohon.

Namun, tulang-belulangnya masih utuh. Dia memang tahan banting. Tiada cedera pada tubuh. Keadaan ini tidak pernah membuat dia jera.

Mgr.Bumbun dalam suatu kunjungan pastoral.

Dia suka membuat jerat burung. Sering kali dia menangkap burung punai, empuluk, dan pergam yang selalu di tempat yang tinggi. Bermain-main dengan anak burung termasuk hobi sejak kecil. Berburu hewan pun kesukaannya. Alam menjadi “rumah”, tempat bermain dan berekreasi.

Masa kanak-kanak adalah masa paling indah. Hidup polos. Pikiran berat dan kusut belum muncul di kepala.

Kening kepala masih kencang. Kedekatan dengan alam membuatnya bisa tertawa lepas. Bermain-main dalam alam sangat menarik. Kampung halaman masih hijau.

Pohon hutan beraneka ragam. Cadangan oksigen melimpah. Air sungai masih segar. Polusi udara hampir tidak ada. Hidup serba berkecukupan.

Keleluasaan hati meriangkan sukma dan pikiran. Kala bermain-main dalam alam luas dia mengagumi keindahan karya tangan Sang Pencipta.

Kehadiran Pencipta memanggilnya untuk meninggalkan kampung halaman, ibarat Abraham, yang harus meninggalkan daerah Ur Kasdim, Irak Selatan, menuju tanah terjanji.

Dia berani menanggapi panggilan itu dengan meninggalkan kampung halaman dan menuju lokasi baru yang belum pernah dikenal.

Menemukan Tuhan dalam kesunyian

Pernah, dalam kesunyiannya di tengah alam, ia menemukan kebesaran Sang Pencipta yang tersembunyi di balik gemerisik daun dan gemericik air.

Panggilan itu semakin kuat hingga akhirnya dia mengabdikan hidupnya bagi gereja dan umat. Kepemimpinannya sebagai Uskup Agung Pontianak menjadi bukti bagaimana dia menjelma sebagai gembala yang teguh, yang membawa terang iman ke pelosok Kalimantan, menyusuri sungai-sungai dan jalanan yang dahulu dia kenal baik sebagai seorang bocah desa.

Kini, saat kabar duka menghampiri umat Katolik di Pontianak, kenangan akan sosok Hieronymus terus hidup.

Gereja Katedral Pontianak menjadi tempat peristirahatan sementara bagi tubuhnya yang fana, namun semangatnya tetap abadi.

Misa Requiem diadakan untuk mengenang dan mendoakan jiwa sang uskup yang kini telah kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Umat Keuskupan Agung Pontianak datang dengan hati yang haru, mengingat perjalanan panjang dan teladan hidup yang pernah dia torehkan dan tempuh, tak hanya di atas tanah, tapi juga dalam panggilan imannya.
Rangkaian misa berlangsung selama tiga hari, dimulai dari misa pada (hari ini) Selasa, 1 Oktober 2024, pukul 18.30 WIB dipimpin oleh Mgr. Valentinus Saeng, CP, Uskup Keuskupan Sanggau.

Pada Rabu, 2 Oktober 2024 (besok) pukul 18.30 WIB Mgr. Samuel Oton Sidin, OFMCap, Uskup Keuskupan Sintang, akan memimpin misa berikutnya.

Puncak misa pelepasan jenazah akan dipimpin oleh Mgr. Agustinus Agus, Uskup Agung Pontianak, pada Kamis, 3 Oktober 2024 (pukul 09.00 WIB).

Jenazah akan dimakamkan di Pemakaman St. Yusup, Sungai Raya, Pontianak, tempat ia akan beristirahat dalam damai.

Selamat jalan, Mgr. Hieronymus Herculanus Bumbun, OFMCap.

Tidak sedikit umat Katolik di pedalaman ketika mendengar kabar Uskup Emeritus Mgr Hieronymus Bumbun OFMCap menghadap Bapa, ratusan umat berbegas mencari dokumen-dokumen kecil yang menjadi kenangan mereka saat kunjungan almarhum ke kampung mereka.

Uskup Emeritus Mgr Hieronymus Bumbun, namamu selalu terpatri dalam hati umatmu, seperti jejak langkahmu di tanah Kalimantan yang tak pernah pudar, meski waktu terus bergulir. Semoga engkau beristirahat dalam kedamaian abadi, di sisi Sang Pencipta yang telah engkau layani dengan penuh kasih sepanjang hidupmu.

Samuel (Kontributor, Pontianak)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles