web page hit counter
Jumat, 27 September 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Memandang dengan Mata Ketiga Paus Fransiskus

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – TAHUN 2015 Paus Fransiskus mengumumkan  Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi. Pada tanggal 5 Mei 2015 Uskup Agung Rino Fisichella, Presiden Dewan Kepausan untuk Promosi Evangelisasi Baru meluncurkan doa, logo, kalender acara dan rincian Tahun Yubileum Kerahiman yang dirayakan dari Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda (8 Desember 2015) sampai Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam (20 November 2016). Logo Tahun Kerahiman Ilahi 2016 dirancang oleh Pastor Marko I. Rupnik, kelahiran Slovenia yang adalah seorang teolog dan seniman mosaik.

Di Logo Tahun Yubileum Kerahiman Ilahi kedua mata Yesus menyatu dengan mata orang yang diusung-Nya, melambangkan kesatuan dan kasih yang mendalam. Mata Ketiga itu hadir dengan sangat kuat dalam diri Paus Fransiskus, yang selalu memandang dengan wajah dan mata belas kasih.

Wajah belas kasih dan bela rasa juga mewarnai secara kuat Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia, 3-6 September 2024. Kunjungan ini mengusung tema Faith – Fraternity – Compasion (Iman – Persaudaraan – Bela Rasa).

Bapa Suci tiba di Bandara Soekarno Hatta pada hari Selasa, 3/9/2024. (Foto: Indonesia Papal Visit Committee)

Salah satu agenda kunjungan Paus adalah berjumpa dengan orang-orang sakit dan penyandang disabilitas di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) pada tanggal 5 September 2024. Paus didampingi Nuncio Apostolic, Mgr. Piero Piopo dan Delegasi Vatikan lainnya. Di pintu masuk Kantor KWI, Paus Fransiskus disambut Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC dan beberapa uskup, langsung menuju Henry Soetio Hall di Lantai delapan. Di pintu masuk hall, Paus disambut Elaine Danica Pigety dan Stefanus Raditya Wira Kurniawan. Keduanya memberikan kristik diamond Keluarga Kudus dan buah karya anak-anak difabel.

Elaine Danica Pigety memiliki kondisi kelainan kromosom 9q. Usianya 12 tahun. Kondisi fisiknya mengalami keterlambatan pertumbuhan. Tinggi badannya 95–100 cm dan berat badannya 20 kg. Elaine memiliki sendi dan tulang yang tidak sempurna serta otot yang lemah. Ia tidak bisa berdiri dan berjalan terlalu lama.

Butuh waktu untuk istirahat sebentar supaya mampu melanjutkan aktivitas seperti berjalan atau berdiri. Lambung Elaine tidak bisa dibiarkan kosong dalam waktu yang lama. Setiap dua jam sekali, Elaine perlu makan sedikit. Meski tumbuh dengan kondisi ini, Elaine memiliki kecerdasan yang baik, sering menjadi juara kelas dan memiliki kemampuan kognitif yang baik.

Stefanus Raditya Wira Kurniawan, biasa disapa Adit (Lahir pada 24 Januari 2017), putra pasangan Andreas Dedy Kurniawan dan ibu bernama Florensia Devi Sri Siswati memiliki keterbatasan intelektual, sehingga ia mengalami keterlambatan perkembangan bicara, motorik dan sosialisasi. Saat ini ia bersekolah di Sekolah Khusus Sang Timur, yang dikelola oleh Para Suster PIJ. Mereka berasal dari Paroki Maria Kusuma Karmel

Di Henri Soetio Hall berkumpul sekitar delapan puluh dua penyandang disabilitas dan orang-orang sakit yang sejak pagi sudah antusias ingin bertemu Bapa Suci. Mgr. Adrianus Sunarko, OFM (Wakil Ketua 1 KWI) menyampaikan ucapan selamat datang. “Bapa Suci, kasih, cinta dan kekaguman kami kepadamu, tidak terbatas! Kami bersyukur kepada Tuhan atas kesempatan yang penuh berkat ini dan kami berterima kasih kepada Anda, Bapa Suci. Hidup dan pekerjaan Anda mencerminkan belas kasihan Yesus kepada kami, terutama melalui perawatan Anda terhadap saudara-saudari kami yang miskin, lemah, terpinggirkan, dan menderita. Sehubungan dengan tujuan peringatan 100 tahun KWI, kami secara khusus memperhatikan kebutuhan mereka yang berada di pinggiran. Berikut adalah beberapa orang cacat, sakit, dan miskin yang ingin meminta berkat Anda. Dua dari mereka ingin berbagi kisah dengan Anda.”

Paus Fransiskus tiba di Bandara Soekarno Hatta disambut Kardinal Ignatius Suharyo, Selasa, 3/9/2024.

Setelah ucapan selamat datang, dua orang perwakilan yang hadir, Mimi Lusli dan Andrew,  menyapa Bapa Suci. Mimi Lusli

Mimi Lusli, wanita penyandang tuna netra, yang meraih gelar Doktor dari Vrije Universiteit Amsterdam- Netherland tahun 2016 ini menyapa Paus Fransiskus. “Bapa Suci, nama saya Mimi Lusli, dan saya kehilangan penglihatan pada usia 17 tahun. Sebagai seorang Katolik muda, saya menemukan penghiburan dalam Jalan Salib. Di sinilah saya bertemu Yesus. Dia tidak meninggalkan saya; sebaliknya, Yesus mengajari saya cara bagaimana hidup tanpa penglihatan fisik. Yesus, mercusuar harapan kita, selalu memperjuangkan kebutuhan mereka yang difabel. Saya sangat percaya bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan unik untuk memperkaya keragaman dunia kita, dan disabilitas hanyalah salah satu dari aspek unik ini. Peran Gereja sangat penting dalam memastikan martabat pribadi manusia. Kita harus mengambil tanggung jawab dan secara aktif mengadvokasi hak-hak disabilitas. Bapa Suci, belas kasih Anda memberi kami pengharapan, dan kehadiran Anda memastikan bahwa kami tidak pernah ditinggalkan.”

Setelah Mimi, Andrew menyapa Bapa Suci. “Selamat siang, Bapa Suci. Saya Mikail Andrew Nathaniel, dan saya berusia 18 tahun. Saya biasa dipanggil Andrew. Saya didiagnosis dengan gangguan spektrum autisme ringan, dan sekarang saya didiagnosis dengan kelainan intelektual ringan. Saya menjalani sesi terapi agar tubuh dan otak saya dapat berfungsi dengan baik. Orang tua saya mencintai saya tanpa syarat. Mereka memberi saya terapis dan ahli terbaik di kota. Saya bangga berbagi bahwa saya telah terpilih sebagai Kontingen Jakarta Timur untuk Paralimpiade dalam cabang olahraga renang. Saya ingin menjadi orang yang mandiri, jadi saya memulai kursus barista dan pelajaran gitar dan drum. Bapa Suci Paus Fransiskus, terima kasih telah mendengarkan kisah saya, mengunjungi dan memberkati kita semua. Mohon berkati orang tua saya yang luar biasa dan semua orang tua yang mempunyai anak-anak istimewa di seluruh dunia.”

Mgr. Subianto menutup rangkaian ucapan selamat datang dengan mengatakan, “Bapa Suci, semoga kehadiran Anda, dan perjumpaan kita di sini, membawa sukacita Injil bagi kami dan memperbarui harapan kami dalam perjalanan menuju kekudusan. Sebagaimana Anda selalu mengundang kami untuk terus mendoakan Anda, ingatlah kami senantiasa di dalam doa Anda. Semoga kita mampu meneladan kasih Allah tanpa syarat dengan peduli kepada mereka yang berkebutuhan, seperti yang disharingkan oleh Mimi dan Andrew, sehingga tidak ada seorangpun yang tertinggal.”

Kalian Bintang di Langit Nusantara

Paus Fransiskus pada kesempatan ini menyapa semua yang hadir.

“Saya sangat bahagia berada di sini bersama anda sekalian. Saya menyapa Anda semua khususnya Ketua KWI dan berterima kasih atas kata-kata sambutannya yang begitu baik. Saya juga berterima kasih kepada Mimi dan Andrew atas apa yang mereka bagikan bersama kita.

Sangatlah tepat bahwa para uskup Indonesia memilih untuk merayakan peringatan 100 tahun berdirinya KWI bersama-sama dengan semua. (Beliau memuji Bapak Ketua KWI mengatakan,) ‘Beliau mempunyai roh dan semangat yang cocok untuk melakukan hal seperti itu’.

Paus disambut di Graha Pemuda.

Kalian adalah bintang yang bersinar di langit Nusantara ini, para anggota yang paling berharga dari Gereja ini, kalian harta karunnya. Dalam kata-kata diakon dan Martin Santo Laurencius dari masa Gereja perdana, izinkan saya memulai dengan berkata bahwa saya sepenuhnya setuju dengan apa yang Mimi beritahukan kepada kita, Allah menciptakan manusia dengan kemampuan-kemampuan unik untuk memperkaya keragaman dunia kita. Dia lalu menunjukkan kepada kita tentang hal ini dengan berbicara secara indah tentang Yesus sebagai mercusuar harapan kita. Terima kasih Mimi.

Pengalaman menghadapi kesulitan bersama-sama ketika semua orang melakukan yang terbaik dan kita masing-masing memberikan kontribusinya tersendiri, memperkaya dan membantu kita menemukan kembali setiap harinya betapa penting bagi kita untuk bekerja sama di dunia, di gereja, di keluarga kita seperti yang diingatkan Andrew kepada kita.

Mari kita ucapkan selamat sekali lagi kepadanya, kepada Andres yang telah berkomenptisi di Paraolimpiade, mari beri tepuk tangan sekali lagi. Selagi kita masih juga bertepuk tangan, mari kita bertepuk tangan dengan meriah untuk diri kita sendiri karena kita semua dipanggil untuk menjaid bersama-sama juara kasih dalam olimpade akbar kehidupan ini.

Para sahabat terkasih, kita semua membutuhkan satu sama lain dan ini bukan hal yang buruk. Hal ini membantu kita semakin memahami bahwa hal terpenting dalam hidup kita adalah kasih dan untuk menyadari betapa ada begitu banyak orang baik di sekeliling hidup kita. Hal ini juga mengingatkan kita betapa besar Tuhan mengasihi kita satu per satu dan masing-masing dari kita bahkan dengan keterbatasan dan kesulitan kita. Masing-masing dari kita itu unik di mata-Nya dan Dia tidak pernah melupakan kita, tidak pernah. Mari kita selalu mengingat hal itu untuk menjaga harapan kita tetap hidup dan selanjutnya untuk berjuang tanpa kenal lelah guna membuat hidup kita menjadi anugerah bagi orang lain. Terima kasih atas pertemuan ini dan atas segala hal baik yang sudah dan sedang anda lakukan bersama-sama. Saya memberkati Anda sekalian dan berdoa untuk Anda. Dan saya juga meminta Anda agar tidak lupa mendoakan saya. Terima kasih.

Setelah Doa Penutup yang dibawakan oleh Mgr. Hendrikus Pidyarto, O.Carm, Paus Fransiskus menyalami satu persatu umat yang hadir setelah terlebih dahulu menyapukan kuas coretan garis di atas kanvas lukis milik Benediktus Anfield. Anfield menyelesaikannya menjadi lukisan Paus Fransiskus. Wajah yang seperti Yesus Sang Gembala Agung, selalu memiliki mata ketiga: mata belas kasih.

Pastor Hans Jeharut (Sekretaris Komisi Kerawan KWI)

Sumber: Majalah HIDUP Edisi No. 37, Tahun Ke-78, Minggu, 15 September 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles