HIDUPKATOLIK.COM – HARI yang ditunggu, akhirnya tiba. Kamis, 5 September 2024, sejak pagi hari, ratusan bis sudah merapat ke Kawasan Olahraga Bung Karno. Bis tidak boleh masuk, jadi semua umat berjalan kaki menuju Gelora Bung Karno atau Stadion Madya. Saat turun dari bis, nampak satu bis berukuran sedang dengan spanduk bertulisan Rombongan Umat Balige. Minimal butuh dua hari dari Balige, Sumatera Utara untuk tiba di Jakarta. Luar biasa. Nampak pula bis-bis besar bertulisan Komunitas St. Ursulin Bandung, sedang berjalan perlahan hendak mencari ruang untuk berhenti.
Ketika berjalan masuk Kawasan, sudah banyak umat berkumpul. Ada anak-anak dari beberapa sekolah dengan masing-masing seragamnya. Ada umat dari berbagai paroki dan komunitas juga dengan seragam aneka warna, semua bergambar Paus Fransiskus dengan tangan terangkat memberi berkat. Semua wajah menampilkan senyum sukacita. Terpancar rasa bahagia karena dalam beberapa jam ke depan, semua akan bertemu dengan sosok sederhana penuh cinta, Bapa Suci Paus Fransiskus.
Panitia telah menentukan bahwa Stadion GBK dan Madya, baru akan dibuka pukul 12.00 maka semua yang sudah tiba masih perlu menunggu hingga beberapa jam ke depan. Namun berbekal kartu media, HIDUP dapat langsung masuk kawasan GBK. Stadion kebanggaan bangsa ini nampak cantik. Warna merah putih pada kursi yang sengaja diatur agak acak, dengan kombinasi sedikit warna abu-abu, sungguh indah. Belum lagi lapangan rumput di tengah yang hijau sangat menyejukkan mata. Namun yang paling nampak agung adalah panggung besar dan tinggi di sisi selatan, berwarna putih. Dengan meja altar di tengah, patung Maria Bunda Segala Suku di sisi altar, dan tentunya kursi yang dibuat khusus untuk Paus duduk. Bangga sekali rasanya bisa hadir dalam stadion yang telah ditata untuk Misa sebagai puncak iman kunjungan pastoral Bapa Suci ke Indonesia.
Setelah pintu stadion dibuka, nampak secara tertib rombongan umat mulai masuk. Secara perlahan, warna merah putih kursi berubah menjadi warna warni kuning, hijau, hijau tua, biru, merah, jingga, sesuai warna seragam rombongan umat yang telah duduk. Saat stadion telah penuh, kombinasi warna ini bahkan lebih indah. Sepertinya Tuhan sendiri yang melukis stadion GBK ini. Sungguh mengagumkan.
Secara hampir bersamaan, para pastor juga mulai memasuki arena GBK. Dengan mengenakan kasula putih, sambil foto-foto selfie, mereka berjalan menuju area khusus untuk Pastor, depan panggung altar sisi barat. Mereka melenggang penuh sukacita. Sebagian besar pastor ini, saat Misa akan menyebar ke seantero GBK, bertugas membagikan komuni kudus kepada umat.
Sedangkan area depan panggung sisi timur, telah siap kurang lebih 300 anggota koor utusan berbagai paroki dari berbagai daerah. Mereka mengenakan seragam putih-putih. Selama Misa, kor ini dikomando oleh dirigen Pastor Eko Wahyu, OSC dari Bandung.
Sekitar 90 menit kemudian, tampil di panggung, Pastor Yustinus Andrianto, Pastor Andreas Subekti, dan Suster Hetwika, SJMJ menyapa umat dan Suster membuka seluruh rangkaian acara dengan doa. Dilanjut dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Seluruh umat bangkit berdiri dan bernyanyi dengan khikmat.
Setelah sambutan lewat tayangan video, dari Ketua Panitia, Ignatius Jonan; Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto, OSC tampil putra-putri pilihan dari beberapa sekolah menyanyi beberapa lagu nasional. Penampilan mereka sungguh membanggakan dan umat memberi tepuk tangan meriah. Lalu ada sambutan dari Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo dan Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, juga lewat video yang ditampilkan pada dua layar besar di kiri dan kanan panggung.
Sementara acara berlangsung meriah di panggung, langit di atas stadion GBK malah makin mendung. Awan gelap menampakkan diri. Sepertinya akan turun hujan lebat. Ada perasaan waswas karena stadion GBK tidak beratap. Kalau hujan, tentu semua akan basah dan suasana akan kacau. Pastor Yustinus, atas saran tiga uskup yang siang itu telah hadir, mengajak umat berdoa 10x Salam Maria, mohon cuaca yang baik. Luar biasa, seluruh umat khusuk larut dalam doa bersama ini. Ada yang memejamkan mata namun tak kurang banyak berdoa sambil menengah ke langit. Beberapa menit setelah selesai berdoa, hujan rintik mulai turun. Nampak umat yang berada di bawah bergegas mengenakan jas hujan. Namun kuasa doa sungguh besar, perlahan awan gelap bergeser. Tuhan nyatakan kuasa-Nya. Langit kembali cerah bahkan matahari galak bersinar, membuat tribun sisi timur panas tak tertahan.
Acara terus berlanjut dengan penampilan suara emas duet Angel Peter dan Louis Bertrand (tuna netra), penayangan video riwayat hidup Paus Fransiskus, dan dilanjut dengan talk show Uskup Petrus Canisius Mandagi, MSC (Merauke), Uskup Kornelius Sipayung OFM Cap (Medan), dan Uskup Siprianus Hormat (Ruteng). Mereka juga bernyanyi bersama lagu Bahasa Cinta. Lalu tampil Leodra Ginting dan Pastor Aloysius Tamnge, MSC menghibur umat dengan lagu St Francis Prayer, Tuhan jadikan aku pembawa damai.
Menjelang pukul 15.00 trio pembawa acara mengajak umat masuk suasana doa. Doa taize Ubi Caritas et Amor. Ubi Caritas Deus ibi est. didaraskan dipandu oleh kelompok doa taize. Lalu umat diajak berdoa rosario dipandu oleh Pastor Susilo Wijoyo bersama lima rekan, ada suster, bruder, dan awam. Ditutup dengan penampilan Lisa Arianto dengan lagu Salam Maria.
Sementara lagu Salam Maria dinyanyikan, sekitar pukul 15.45 layar menayangkan suasana di pintu masuk Stadion Madya. Tampak ada kesibukan, ternyata Presiden Joko Widodo mengendarai Innova Zenix hitam hadir di sana. Ia didampingi beberapa pejabat teras, hendak menyambut Bapa Suci. Suasana stadion langsung riuh karena ini berarti kehadiran sosok yang ditunggu-tunggu akan segera tiba. Mexican wave secara kompak dan berulang dilakukan oleh umat. Sungguh menggetarkan hati.
Tepat pukul 16.10 Innova Zanix putih yang membawa Paus Fransiskus tiba di Stadion Madya. Pemandangan mengharukan, melihat Paus yang sudah berusia 87 tahun, tertatih berusaha menaiki mobil Maung putih buatan Pindad, sebuah mobil dengan atap terbuka. Bapa Suci ditemani oleh Kardinal Suharyo. Selesai berkeliling stadion Madya, Maung membawa Bapa Suci ke Stadion GBK dan masuk melalui pintu belakang panggung. Seluruh stadion bergetar, berulang-ulang yel-yel “Viva Il Papa, Viva Papa Francesco” dinyanyikan oleh semua umat.
Sementara Bapa Suci tampak bersemangat melambaikan tangan dan menebar senyum hangat. Beberapa kali ia minta berhenti untuk dapat menyapa umat. Dua anak balita dihantar ke Paus untuk mendapat berkat dan seorang gadis kecil juga diantar serta dipeluk oleh Paus. Sungguh mengharu biru hati siapa pun yang menyaksikan cinta Bapa Suci ini.
Tibalah acara Misa, Bapa Suci duduk di kursi yang telah disiapkan. Diikuti para uskup duduk di barisan kursi sisi meja altar. Misa langsung dipimpin oleh Bapa Suci. Umat disabilitas Bernardus Dustin, dilibatkan sebagai lektor. Menyampaikan homili dalam bahasa Italia, Paus berbicara dengan penuh antusias. Ekspresi wajah, sorot mata, gerakan kepala dan tangan, intonasi suara, sungguh menunjukkan betapa besar cintanya. Satu pesan penting, ajakan “Untuk menghidupi sabda yang telah kita terima, bukan sekadar menjadi pendengar yang sia-sia dan menipu diri sendiri.”
Bapa Suci juga mengajak kita mengikuti teladan Rasul Petrus, yang dengan rendah hati dan penuh iman mengambil risiko bertolak ke tempat yang dalam dan menebar jala lagi, ia tidak tenggelam dalam kegagalan. Bapa Suci juga mengajak untuk mengikuti apa yang dilakukan Santa Teresa dari Kalkuta, yang tanpa lelah selalu peduli kepada orang termiskin. “Ketika kita tidak memiliki apa pun untuk diberikan, hendaklah kita memberi ketiadaan itu.”
Selesai Misa, sebelum meninggalkan altar, Bapa Suci menyempatkan diri berdoa di hadapan Maria, Bunda Segala Suku. Khusuk dan cukup lama. Dengan penuh cinta Bapa Suci menitipkan bangsa ini kepada pemeliharaan dan doa Bunda Maria.
Paus meninggalkan altar diiringi sorak sorai umat. Ada banyak air mata mengalir karena sedih harus kembali berpisah. Namun sekaligus air mata bahagia boleh berjumpa sejenak dengan Papa tercinta. “Hanya melihat dari jauh pun, dengan mata kepala sendiri, sudah cukup bagiku. Aku sudah seperti melihat Yesus,” ujar dokter Hugo Taruk Wani dari Paroki Banjar Baru, Keuskupan Banjarmasin seraya menyeka buliran air mata yang jatuh dari kelopak matanya.
Viva Il Papa. Viva Papa Francesco.
Fidensius Gunawan
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 37, Tahun Ke-78, Minggu, 15 September 2024