web page hit counter
Sabtu, 21 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kunjungan Paus ke Papua Nugini: Melangkah ke Depan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Jangan sia-siakan segala kekayaan yang telah dianugerahkan Allah. Demikian bisa dikatakan pesan Paus saat kunjungan di Papua Nugini. Di depan para pejabat pemerintahan dan korps diplomatik Fransiskus mengingatkan akan kekayaan yang tersimpan di bumi Papua Nugini hendaknya bermanfaat bagi masyarakat setempat. Berbagai pihak dari luar bisa terlibat, bahkan perusahaan-perusahaan besar namun jangan mengabaikan kepentingan warga setempat, agar kondisi kehidupan mereka menjadi semakin baik. Untuk itu perlu ditata stabilitas kehidupan bersama, sesuatu yang sering terganggu oleh konflik antar suku. Banyak yang menjadi kurban atas semua itu, sehingga kedamaian dan perkembangan kehidupan tidak terwujud.  Semua bertanggungjawab bagi berhentikan spiral kekerasan yang seakan terus terjadi. Maka dibutuhkan kerjasama serta pandangan jauh ke depan bagi kehidupan bersama.

Keindahan merupakan sesuatu yang perlu dijaga dan dilestarikan. Paus menyebut itu terutama saat berkunjung ke Vatimo, kawasan pinggiran di tengah hutan terpencil, dekat perbatasan dengan Indonesia. Yang paling tahu dan mengenal keindahan setempat adalah warga setempat. Maka Fransiskus tidak saja mendorong agar warga setempat dihargai dan dilibatkan dalam segala pertimbangan dan proses keputusan bagi kawasan setempat, namun pula agar mereka melihat kekayaan terbesar adalah kehidupan bersama itu sendiri. Landasan keindahan tersebut adalah kasih, dan keindahan kasih tersebut bisa menyembuhkan luka dan memulihkan dunia. Maka Paus mengajak semua untuk menjaga dan mempertahkan itu, pun di tengah kesalahpahaman serta perlawanan. Kekayaan itu bila demikian adalah keindahan keberagaman hidup, dengan sesama maupun dengan alam ciptaan.

Baca Juga:  Vitamin dan Suplemen untuk Lansia: Apa yang Perlu Diperhatikan?

Akhirnya keindahan yang paling dasar itu adalah doa. Doa memang menjadi fokus perhatian dari kunjungan Paus ke Papua Nugini. Orang yang berdoa mempunyai masa depan, demikian ungkap Paus dalam kunjungannya ini. Doa menumbuhkan harapan, terlebih harapan yang tertanam di dalam hati. Hal itu merupakan kekuatan rohani yang melandasi dalam upaya kita semua membangun tatanan hidup di dunia ini. Doa menghidupkan kebebasan batin, suatu kebebasan yang tak seorang pun dapat menahannya, bagaikan burung surgawi, sebagaimana dihadirkan sebagai logo kunjungan ini. Iman memang bukan sekedar perkara ritual ataupun aturan, namun daya yang menumbuhkan harapan karena kasih akan Yesus serta sesama. Iman itu dapat menjadi budaya kehidupan, yang menginspirasi budi serta tindakan, dan menjadi  lentera harapan yang menerangi langkah perjalanan ke depan.

Fransiskus karenanya kemudian mendorong para pelayan Gereja serta umat beriman untuk menjadi saksi-saksi akan keteguhan iman, keindahan dan harapan. Berani dan teguh dalam memulai sesuatu yang baru, di tengah kenyataan ancaman perpecahan, ketidakadilan dan kekerasan, membagikan keindahan akan segala apa yang ada, walau retak dan berbeda, serta menjaga harapan dalam buah-buah perutusannya. Kiranya hal tersebut tidak saja buah dari doa, namun pula wujud dari keberimanan di tengah realitas nyata. Paus di depan para imam, religius dan katekis kemudian mengutip kisah Santo Yohanes Bosko, yang membangun Gereja untuk menghormati Santa Maria: kalau berani memulai membangunnya, maka rahmat demi rahmat akan menyertai. Oleh karena itu, Paus mendorong umat beriman untuk sedia dan siap memulai sesuatu yang baru. Memulai apa yang baru dengan berani, tanpa takut, sebab  mengetahui bahwa kita tidak pernah sendirian.

Baca Juga:  Mengambil Makna di Balik Kemeriahan HUT Ke-75 RS Brayat Minulya Surakarta

Memulai sesuatu yang baru diingatkannya mulai dari yang di pinggiran, baik itu yang  hidup di strata bawah masyarakat, yang miskin, suku-suku asli, namun pula dari mereka yang hidup di tempat-tempat terpencil, serta mereka yang biasa disingkirkan dan diabaikan dalam masyarakat. Kita diingatkan akan apa yang menjadi visi dasar penggembalaan Paus  dengan memilih nama Fransiskus, tidak hanya menyatakan perhatian serta keberpihakannya pada mereka yang miskin, namun pula melihat realitas kehidupan pertama-tama dari sudut dan cara pandang orang-orang miskin.

Secara khusus di Port Moresby, Paus berjumpa dengan kelompok-kelompok yang melayani anak-anak jalanan dan mereka yang membela hak-hal mereka yang menyandang disabilitas. Anak-anak jalanan dan penyandang disabilitas ini mengajukan pertanyaan kepada Paus, mengapa saya tidak seperti anak-anak lain dan bagaimana saya dapat berguna dalam membangun dunia sebagai tempat yang indah. Fransiskus menanggapi, bahwa tidak semua orang sama, sebab kita semua unik di hadapan Allah. Maka setiap pribadi menyumbang dari keunikan serta kekhasannya masing-masing, berangkat dan berdasar pada kasih. Maka dia mendorong mereka agar terus-menerus mau belajar dan berkembang, agar dapat semakin sanggup memberikan diri. Buatlah agar terang kasih itu terus menyala. Demikian pesannya.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Keadilan, kedekatan, belaskasihan dan kelembutan hati, seakan itulah gema pesan yang beberapa kali disuarakan Paus dalam kunjungan ini. Papua Nugini, negeri dengan lebih dari 600 suku dan begitu beragam bahasa yang berbeda menghadapi tantangan dalam membangun persaudaraan dan memperjuangkan kepentingan umum maupun kesejahteraan bersama. Maka distribusi secara adil dan merata dan upaya untuk mengikis kekerasan menjadi proyek besar yang ditekankan Paus. Dia juga menekankan peran perempuan dalam membangun tatanan kehidupan bersama, di tengah kenyataan bahwa tidak jarang mereka ditempatkan di pinggiran. Membangun budaya perjumpaan yang menumbuhkan kedekatan bisa dimungkinkan kalau memberi perhatian kepada mereka yang berada di pinggiran, mereka yang terluka, baik secara fisik maupun moral. Maka kedekatan tersebut ditandai dengan belaskasihan dan kelembutan hati, sehingga kasih Allah dinyatakan dengannya dan di dalamnya.

Perjalanan berlanjut, langkah ke depan membentang, imanlah, yang ditopang kokoh dengan doa, merupakan modal dasar dalam menapaki perjalanan tersebut.

T. Krispurwana Cahyadi, SJ
Teolog, tinggal di Girisonta, Jawa Tengah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles