HIDUPKATOLIK.COM – 1Kor.4:1-5; Mzm.37:3-4, 5-6, 27-28, 39- 40; Luk.5:33-39
ORANG terarah menilai sesuatu berdasarkan nilai-nilai tradisional yang diyakini. Itu wajar. Masalahnya, tidak semua hal masa kini dapat dinilai atau dihakimi menurut warisan keyakinan turun-temurun, apalagi jika menyangkut hal ilahi yang di luar jangkauan akal budi manusia. Paulus menyadarkan umat Korintus supaya jangan mengklaim diri sebagai hakim satu-satunya di dunia ini, sebab Hakim Utama hidup manusia dengan segala sifat dan tingkah-lakunya ialah Allah sendiri.
Begitulah kaum Farisi dan ahli Taurat mau menghakimi tindakan murid-murid Yesus yang dinilai mereka tidak sejalan dengan kebiasaan lama, yakni soal puasa. Yesus menjawab mereka dengan mengingatkan mereka bahwa masa kini ialah masa baru, sebab Mesias telah hadir dengan membawa kepenuhan harapan mesianis orang Israel. Masa baru ditandai dengan cara pandang baru dan tidak selalu seiring dengan tradisi lama. Akibatnya, yang berpegang pada patokan lama tidak akan selalu menerima cara hidup yang baru ini.
Tidak semua yang baru itu baik, tidak semua yang lama itu buruk. Prinsip ini punya kebenarannya. Namun, selalu perlu mengevaluasi tradisi yang ada dengan patokan nilai-nilai Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus. Ini menjadi salah satu tolok ukur nilai kekristenan kita. Dengan begitu, kita tidak akan jatuh pada kekakuan tradisi lama ataupun fanatisme buta pada budaya baru.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap
Dosen Pendidikan Agama Katolik/Etika Sosial Universitas Widya Dharma Pontianak