web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Benvenuto Padre Francesco (2): Inspirasi Jesuit dan Fransiskan

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – KARDINAL Ignatius Suharyo menempatkan Paus Fransiskus pemimpin yang istimewa. Belum satu tahun genap sebagai Paus, Majalah TIME menobatkannya sebagai Person of the Year 2013. Paus sebagai pemimpin yang paling menonjol, nomor satu dari antara 50 pemimpin dunia yang paling berpengaruh. Menarik! Seorang Paus yang bukan politikus atau pengusaha, ditempatkan dalam posisi itu. Angela Merkel, PM Jerman, ada di urutan kedua.

Seorang penulis masalah kepemimpinan, J. A. Krames, mempelajari model kepemimpinan Paus Fransiskus. Studinya menghasilkan buku Lead with Humility, 12 Leadership Lessons from Pope Francis. Seorang pengamat lain, menyimpulkan model kepemimpinan Paus Fransiskus dengan istilah postheroic discerning leadership.

Memberikan sambutan buku Darma Kadarman. Rintisan, Pendidikan, Kaderisasi (2021), Kardinal Suharyo melihat pengalaman rohani Paus Fransiskus yang mendasar akan Allah Yang Maharahim. Pengalaman ini mempengaruhi kepemimpinan Paus Fransiskus.

Pengalaman rohani dalam usia 17 tahun itu dialami, ketika merenungkan homili St. Beda atas kisah panggilan Levi, “Ikutlah Aku” (Mat. 9:9). Pengalaman ini sangat menentukan perjalanan hidup Jorge Bergoglio. Ia mengalami transformasi pribadi terus-menerus, tampak misalnya dalam pandangannya mengenai Allah, Yesus, Gereja, pelayan Gereja. Pandangan mengenai empat hal itu dia ungkapkan dalam seruan apostoliknya, 24 November 2013: Evangelii Gaudium (Sukacita Injil). Transformasi pribadi itu membuahkan pilihan-pilihan dan tindakan-tindakan kreatif yang dilandaskan pada keberanian rasuli, kerendahan hati Injili dan doa yang tekun, sehingga mendorong terjadinya transformasi sosial.

Dalam sambutan buku yang sama, Pastor Benedictus Hari Juliawan, SJ – Provinsial SJ Provinsi Indonesia—menulis, orang sering lupa bahwa tindakan seseorang bisa terjadi karena dorongan yang muncul dari dalam, bukan karena imingiming harta atau ancaman hukuman dari luar. Rumus perubahan Ignatius dari Loyola—pendiri SJ pada abad XVI—itu, kemudian dia tuliskan dalam buku Latihan Rohani yang menjadi acuan spiritual anggota Jesuit.

Ignatius Loyola dan Fransiskus Asisi

Dua sambutan itu menjadi pengantar tulisan ini tentang spiritualitas Ignasian dan keteladan hidup sederhana dan rendah hati yang dihayati dan dihidupi Paus Fransiskus sekaligus. Keduanya menjadi bagian utuh kepribadiannya, inspirasi Jesuit dan Fransiskan, menjadi roh yang produktif bagi karya kepausannya.

Awalnya Jorge belum pasti menjadi imam biarawan atau imam diosesan. Ia pun tahun 1957 masuk Seminari Immaculada Concepcion Villa Devoto, milik Keuskupan Agung Buenos Aires. Ibunya cukup lama untuk bisa menerima pilihan Jorge. Ketika satu tahun sebagai calon imam diosesan, ia menerima kenyataan, didiagnose menderita infeksi paru akut yang kemudian harus diangkat satu. Jorge hidup dengan satu paru. Ia merefleksikan pengalaman dan menguatkan panggilan hidup sebagai imam. Ingin menjadi imam Jesuit, mendalami spiritualitas Ignasian.

Ignatius Loyola

Spiritualitas Ignasian, demikian Pengantar buku What is Ignatian Spirituality karya Pater David L. Fleming, SJ (2008) — satu dari antara puluhan buku tentang Spiritualitas Ignasian — bukanlah metode berdoa maupun kebiasaan devosional. Melainkan “cara bertindak rohani” yang menawarkan visi hidup, pemahaman Allah, pendekatan reflektif terhadap hidup, doa kontemplatif, sikap hormat kepada dunia dan harapan menemukan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Rumusan singkat padat Pater Fleming (Spiritualitas Ignasian, Cipta Loka Caraka, 2017) ditulisnya sebagai inti spiritualitas Ignasian.

Ignatius dari Loyola (1491-1556) dan Fransiskus dari Asisi (1181/1182-1226) menjadi patron Paus Fransiskus. Keduanya pada masa mudanya bercita-cita sebagai ksatria dan dijalankan dengan terjun di medan pertempuran. Inigo Lopez de Loyola, nama kecil Ignatius adalah ksatria dari bangsawan Spanyol, terluka serius. Selama proses penyembuhan lukanya ia menyusun cita-cita hidup ke depan untuk Allah. Ia menciptakan buku renungan harian Latihan Rohani yang menjadi acuan tarekat yang didirikan.

Fansiskus dari Assisi

Fransiskus, anak seorang pedagang kain yang kaya raya di kota Asisi, Italia. Di usia muda ia dikenal sebagai “raja pesta” karena kekayaan ayahnya, bercita-cita menjadi ksatria, maka terjun ke pertempuran. Pernah dipenjara musuh satu tahun, sakit, tapi sesudahnya dikirim bergabung dengan pasukan Perang Salib di Italia Selatan.

Fransiskus bermimpi agar pulang ke Asisi untuk memperbaiki gereja tua, kemudian dua gereja lagi — yang dibangun dari mengemis ke mana-mana; gereja terakhir disebut Porziuncola yang terletak di tengah hutan menjadi tempat lahir gerakannya  yang mendasarkan tiga ayat Injil (Mat. 19:21, Luk. 9:3, Luk.9:23) sebagai aturan komunitas kecil yang mereka jalani. Komunitas cepat berkembang. Klara anak bangsawan di Asisi bergabung, kemudian mendirikan gerakan yang sekarang dikenal sebagai Putri Miskin Klara. Fransiskus meninggal 2 Oktober 1226, dua tahun kemudian dinobatkan sebagai orang kudus, dan di kota Asisi itu saat ini dimakamkan tiga orang kudus: Fransiskus Asisi, Klara, dan Carlo Acutis.

Konklav (Sidang Para Kardinal memilih Paus)

Ketika memilih nama Fransiskus, bertebaran cerita mengenai betapa inspiratfnya kardinal dari Amerika Latin ini. Kecintaannya pada kaum miskin mirip yang diteladankan Fransiskus Asisi. Apalagi sejak muda paus baru ini sudah dikenal sebagai pribadi yang sederhana, bersahaja, dan rendah hati. Keutamaan itu terlihat dalam gerak-geriknya sebagai paus baru, yang direpresentasikan kemudian dalam khotbah, seruan apostolik, ensiklik juga cara menyapa sesama dalam berbagai kesempatan.

Beragam Inspirasi

Seperti proses keterpilihannya sebagai Paus, Paus Fransiskus dikenal sangat kreatif menawarkan berbagai tindakan, pilihan dan ajaran di luar mainstream umum. Mencengangkan. Banyak peristiwa menunjukkan dia melakukannya sebagai hal biasa, alih-alih seorang pastor paroki dengan wilayah dan persoalan lebih rumit dan mondial.

Di samping menyandang nama, Paus Fransiskus juga meneladani Fransiskus yang memilih hidup miskin dan sederhana. Tidak hanya dalam kata-kata tetapi juga dalam perbuatan. Paus Fransiskus melakukannya sejak terpilih, nyebal dari tradisi yang sudah berabad-abad berlangsung. Di antaranya, di Kapel Sistina ia tidak mengikuti tradisi duduk di takhta kepausan ketika menerima janji kesetiaan dan perhormatan dari para kardinal yang baru saja memilihnya. Dia justru berdiri dan berkeliling, menyalami satu persatu. Paus terpilih biasanya duduk di takhta kepausan.

Ketika akan kembali ke Wisma Santa Martha, tempat tinggal para kardinal selama konklaf (pemilihan Paus), ia menolak menggunakan mobil khusus berplat SCV-1 (Stato della Cita  del Vaticano) – mobil kepausan. Ia kembali bersama para kardinal dalam minibus yang mengangkut mereka sebelumnya. Ketika malam harinya diselenggarakan jamuan makan dan ketika menyambut toast para kardinal, Paus Fransiskus bercanda: “Semoga Allah mengampuni perbuatan Anda semua yang telah memilih saya.”

Paus Fransiskus tampil pertama kali di Podium Utama Basilika Santo Petrus tahun 2013.

Kejadian-kejadian dan tindakan sederhana yang keluar dari tradisi berabad-abad, termasuk kemudian tidak tinggal di apartemen kepausan sampai sekarang–paus pertama dalam 110 tahun terakhir yang tidak tinggal di apartemen kepausan–, juga sopir dan para pengawalnya sering tergagap-gagap ketika Paus Fransiskus turun dari mobil bak terbuka, menyalami dan memeluk umat yang mengelu-elu. Satu peristiwa di luar kebiasaan, ketika umat mengikuti doa Malaikat Tuhan dan mendapatkan berkat dari paus, Paus Fransiskus menutupnya dengan berkata “Selamat menikmati makan siang Anda”.

Dalam wawancara dengan sebuah media AS, belum lama ini, Paus bercerita setiap pukul tujuh malam menelepon Pastor Romanelli—pastor Paroki Keluarga Kudus, satu-satunya gereja Katolik di Jalur Gaza. Menanyakan dengan detail dan mengingatkan tentang ketersediaan makan, obat-obatan dan pendampingan bagi anak-anak korban perang.

Rupanya, kondisi perang dengan korban anak-anak di Ukraina dan di Gaza, menginspirasi Paus Fransiskus merayakan World Children’s Day, 25-26 Mei 2024 yang pertama. Paus sebagai tuan rumah, melengkapi perayaan untuk kaum muda yang sudah lama berlangsung di Vatikan.

St. Sularto
Wartawan Senior

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles