HIDUPKATOLIK.COM – Renungan Minggu, 28 Juli 2024 Hari Minggu Biasa XVII, 2Raj.4:42-44; Mzm.145:10-11,15-16,17-18; Ef.4:1-16; Yoh.6:1-15. PENGAJARAN pada hari Minggu ini adalah kisah tentang Yesus memberi makan 5 ribu orang. Yesus mengajar bukan pertama-tama dengan berkata-kata melainkan dengan tindakan. Tindakan belas kasih dengan memberikan makan kepada kira-kira 5 ribu laki-laki “tidak termasuk perempuan dan anak-anak” (Mat.14:21).
Yesus tampil sebagai pemberi makanan kepada mereka yang lapar. Dalam kisah penciptaan, Allah menciptakan segala sesuatu tanpa bantuan siapa-siapa tanpa bahan apapun. Dia bersabda dan semuanya terjadi. Dia mencipta dari ketiadaan.
Dalam mukjizat Yesus, Allah “membutuhkan” manusia untuk menciptakan sesuatu. Kepada manusia diberikan martabat luhur yaitu ikut serta mencipta bersama Allah. Yesus memberi tugas murid-murid untuk memberi makan kepada orang banyak yang mengikuti-Nya (Mrk.6:37). Yesus menugasi Filipus menyediakan makan bagi sebanyak 5 ribuan orang. Peranan para murid tetap penting bagi Yesus dalam menunjukkan kuasa-Nya.
Yesuslah yang memberi makan kepada orang banyak itu. Dia memerintahkan murid-murid untuk menyuruh orang banyak duduk di atas rumput. Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ. Sesudah semua makan kenyang, Ia memerintahkan murid-murid untuk mengumpulkan potongan-potongan yang lebih sesudah orang makan kenyang. Ribuan orang yang terancam menderita kelaparan diselamatkan berkat campur tangan Yesus.
Peristiwa serupa terjadi di Israel pada masa Nabi Elisa ratusan tahun sebelumnya. Pada saat kelaparan hebat melanda negeri, seorang dermawan membawa beberapa potong roti sebagai persembahan bagi Nabi. Namun jumlahnya terlalu sedikit untuk 100 orang pengikut Nabi. Dengan kuasa Tuhan melalui Nabi Elisa, jumlah roti yang terbatas itu memenuhi kebutuhan orang banyak. Bahkan “masih ada sisa sesuai dengan Firman Tuhan”.
Allah sendirilah yang memberi makan kepada umat-Nya. Itulah pengalaman bangsa Israel selama berziarah di padang gurun 40 tahun (Kel.16:4.12). Musa sendiri adalah saksi campur tangan Allah itu dalam menjamin tersedianya cukup makanan bagi umat (Kel.16:15).
Allah menuntut kerja sama dari pihak manusia. “Berikanlah kepada orang-orang itu supaya mereka makan”, demikian diperintahkan Allah kepada Nabi Elisa (2Raj.4:43). Kepada Filipus Yesus bertanya, “di manakah kita akan membeli roti supaya mereka ini dapat makan?” (Yoh.6:5). Filipus merasa tidak mampu untuk menanggapi pertanyaan itu. Untunglah Andreas, adik Simon Petrus mempunyai pengamatan jeli terhadap situasi yang tidak nyaman itu. Dia membawa kabar baik (Yoh.6:9).
Yesus tidak menuntut sumbangan para murid secara kuantitatif. Dia menantikan kualitas keterlibatan mereka dalam menemukan solusi persoalan yang sedang mereka hadapi. Betapa pun terbatas atau kecilnya. Karena urusan selanjutnya dijamin beres di tangan Yesus. Dengan modal kecil yang diketemukan Filipus, Yesus mengadakan tanda yang memperlihatkan kuasa Allah yang memberi makan kepada umat-Nya. Dia mengambil dari para murid persembahan yang tidak seberapa, mengucap berkat atasnya dan membagi-bagikan kepada ribuan orang yang hadir.
Di tangan Yesus semua kebutuhan manusia akan terpenuhi. Syaratnya, manusia mau berusaha dan bekerja sama dengan-Nya, menyumbangkan apa yang ada pada mereka, sekecil apa pun. Milik itu bisa berupa waktu, harta kekayaan, kepandaian, bakat, talenta dan apa pun saja yang dapat dianggap milik oleh seseorang. Sesedikit apa pun, betapa pun sederhana dan terbatas asal diberikan secara sukarela dan ikhlas serta diupayakan dengan maksimal.
Sudah ribuan tahun peristiwa pergandaan roti itu terjadi. Pada saat ini di negeri kita pun tercatat tidak kurang dari 40 juta anggota masyarakat yang menderita kemiskinan atau kekurangan dalam banyak hal, pendidikan, gizi/makanan, kesehatan dan juga moralitas. Gereja dan setiap anggotanya dipanggil untuk seperti para murid mengambil bagian dalam upaya menganggulangi kekurangan itu.
“Kamu harus memberi mereka makan” itulah juga perintah Yesus kepada manusia zaman sekarang berhadapan dengan situasi itu. Jangan takut memberikan kepada Yesus apa saja yang dibutuhkan-Nya untuk menuntaskan kekurangan dan keterbatasan yang saat ini dialami bangsa kita dan umat manusia pada umumnya. Berikanlah kepada-Nya apa yang ada padamu, sekecil dan sesederhana apa pun.
“Yesus menantikan kualitas keterlibatan kita …“
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 30, Tahun Ke-78, Minggu, 28 Juli 2024