HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XVI; Mi. 7:14-15, 18-20; Mzm. 85; Mat.12:46-50
PERKATAAN dan tindakan Yesus sering membuat cemas ibu dan saudara- saudara-Nya. Ia berani melawan arus dan tak ragu mengoreksi sesuatu yang salah tanpa peduli mereka yang ditegur-Nya adalah ahli-ahli kitab dan para pemuka agama terpandang. Alhasil Ia dimusuhi banyak orang. Ibu dan saudara- saudara- Nya hendak menemui dan membawa Yesus pulang agar selamat dari ancaman orang-orang yang tidak menyukai-Nya.
Seseorang memberi tahu Yesus tentang kedatangan keluarga-Nya. Yesus mengundang semua orang untuk menjadi ibu dan saudara-saudaranya. Ia menawarkan persaudaraan tanpa sekat biologis yang disebabkan ikatan darah. Kerajaan Allah berciri inklusif, semua orang dapat bergabung untuk mengalami keluarga baru. “Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku”, kata Yesus.
Apakah Yesus merelatifkan kedudukan Ibu dan saudara-saudara-Nya? Justru sebaliknya, Ia mengangkat sesuatu yang berciri biologis ke tahap yang lebih luhur. Fiat Maria sejak visitasi dan pemberitaan malaikat tentang kelahiran Yesus, telah menandakan keterbukaannya se- bagai hamba yang siaga dan taat. Maria pantas menjadi ibu Yesus karena ia adalah pelaku sempurna kehendak Allah, bukan karena semata telah melahirkan Yesus.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta