HIDUPKATOLIK.COM – MEDIO Juli 2022, bertempat di Auditorium Gedung Yustinus Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya), Jakarta Selatan, Michell Suharli dilantik sebagai Ketua Umum Perkumpulan Alumni Atma Jaya Jakarta (Perluni-UAJ) periode 2022-2025. Posisi ini tak begitu saja ia peroleh. Dulu, ketika masih menempuh pendidikan Program Studi Akuntansi, ia adalah aktivis sekaligus organisatoris. Lalu pada tahun 2006, atau enam tahun setelah lulus, ia didapuk sebagai ketua pelaksana reuni akbar yang dihadiri lebih dari 1.000 orang. Kegiatan ini pun berjalan lancar, tanpa kendala berarti. Dan sejak saat itu, ia terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Fakultas Ekonomi. Selang 12 tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2018, ia terpilih sebagai Ketua Fakultas Ekonomi. Namun baru dua tahun berjalan, pandemi Covid-19 melanda negeri ini. Di balik situasi yang berdampak hebat terhadap sendi-sendi kehidupan masyarakat ini, pihak kampus melihat sisi terang, yakni membuka Sentra Vaksinasi Atma Jaya di Kampus BSD, Tangerang, Banten. Di kampus ketiga ini berlangsung layanan vaksinasi Covid-19 yang pertama dan kedua.
Ketika pihak kampus hendak menggelar program yang sama untuk ketiga kalinya di Kampus Semanggi, ia pun dipanggil. “Jadi awal mula masuk Perluni-UAJ karena saya menjadi ketua Sentra Vaksinasi Atma Jaya yang ketiga. Juga keempat, yang cakupannya mencapai lebih dari 100.000 dosis,” ujarnya.
Di bawah kepemimpinannya, Perluni-UAJ berfokus pada tiga program sosial: Aksi Peduli Alam (APA), Aksi Sosial Alumni (ASA), dan Tanggap Bencana. Untuk program APA, misalnya, alumni melakukan aksi membersihkan sampah. Sementara ASA mengajak alumni untuk mengunjungi panti asuhan. “Ketiga, Tanggap Bencana. Waktu gempa Cianjur, Perluni-UAJ sejak hari pertama sudah ada di sana. Ada sebuah tim. Di sana tim ini berkoordinasi dengan Paroki Cianjur. Kami menjadi tim mereka, bersama Lembaga Daya Dharma Keuskupan Agung Jakarta (LDD KAJ), Caritas Indonesia, dan RS Sint Carolus. Tapi semua dokter adalah alumni Atma Jaya Jakarta,” kenangnya.
Ia juga mendorong Perluni-UAJ untuk menyalurkan buku-buku baru dan bekas yang bersumber dari perpustakaan Unika Atma Jaya dan Gramedia Pustaka Utama ke sejumlah seminari dan sekolah. Ribuan buku berbagai macam tema telah disalurkan, dan ribuan lagi masih dalam proses pemilahan. Tahun ini, pada tanggal 20-22 Juni, Perluni-UAJ menggelar Gathering Alumni-Student Charity (GASCHAR), sebuah program yang berisi bazar Usaha Kecil Menengah (UKM), talk show, dan pentas musik. Ada pula lomba, yang para pemenangnya mendapat beasiswa di Unika Atma Jaya.
Semua program berjalan sesuai visi-misi Perluni-UAJ. Visinya adalah menjadi organisasi alumni kelas dunia yang dibanggakan oleh alumni dan almamater, karena kontribusinya kepada sesama, bangsa, negara, dan masyarakat global. Sementara misinya adalah memberdayakan alumni untuk berkarya bagi Tuhan dan Tanah Air, mendukung almamater untuk bertumbuh melalui kontribusi dan prestasi, menerapkan tata kelola yang baik menuju organisasi alumni kelas dunia, dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mendukung going concern dan sustainability.
Meski demikian, ia tak pernah lepas dari tantangan. Ia terus berupaya menciptakan suasana guyub di kalangan alumni senior dan yunior dari berbagai fakultas dan sikap rendah hati.
Kelas Dunia
Di tengah kesibukannya sebagai Ketua Umum Perluni-UAJ, Suharli adalah pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Shinewing (SW) Indonesia, sebuah firma akuntansi yang tergabung dalam jaringan bisnis SW International. SW Indonesia saat ini memiliki lebih dari 270 profesional dan empat kantor.
Kinerjanya sebagai akuntan publik akhirnya mendapat pengakuan internasional. Pada tahun 2021, Asia Corporate Excellence and Sustainability (ACES) menganugerahinya penghargaan One of Asia’s Most Admirable Young Leaders. Penghargaan ini merupakan pengakuan atas prestasinya dalam mengubah firma akuntansi kecil menjadi anggota SW International.
Baginya, penghargaan tersebut tak hanya terkait dengan profesinya tapi juga karyanya sebagai Ketua Umum Perluni-UAJ. “Penghargaan ini akan menjadi kosong kalau saya tidak melakukan sesuatu yang penting dan bisa dikenang 20-30 tahun ke depan dalam waktu paling tidak lima tahun sejak saya menerima penghargaan ini,” ujar ayah dari dua anak ini.
Maka ia merencanakan pembangunan Monumen Reformasi Semanggi untuk mengingat peristiwa pelanggaran hak asasi manusia dalam Tragedi Semanggi I dan II. Salah satu tujuannya adalah mengokohkan posisi Unika Atma Jaya sebagai kampus reformasi, tempat berbagai peristiwa reformasi terjadi. Sebuah patung perunggu setinggi 2,5 meter, “The Grief” – karya Dolorosa Sinaga, akan berdiri kokoh di kompleks monumen. “Saya berharap Monumen Reformasi Semanggi menjadi ‘tabernakel reformasi’ menurut kaca mata iman,” imbuhnya.
Selain penghargaan, ia juga menulis 14 buku. Salah satunya berjudul “HABIT: Delapan Kebiasaan yang Mengubah Nasib Anda.” Ia juga menjabat sebagai anggota Dewan Pengawas Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan anggota Dewan Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). “Tapi bagi saya ini biasa saja, bukan prestasi. Bagi saya, prestasi saya adalah saya menjaga keluarga kecil saya hidup dan tumbuh bahagia menurut iman Katolik. Ini yang lebih besar buat saya,” ungkapnya.
Prestasi Terbesar
Ia mengaku bahwa iman Katolik yang membawanya sampai pada titik sekarang ini. Untuk meneguhkannya, sebuah salib besar terpampang di ruang kerjanya. Begitu pula setiap kantor, salib terpampang di sana. “Saya secara sadar menerima tanggung jawab demi kebaikan publik. Orang yang tidak mengerti akan bepikir bahwa akuntan publik menjual tanda tangan. Maka saya menaruh salib, ketika saya membubuhkan tanda tangan, saya tahu ada yang melindungi saya. Core value di kantor saya adalah faith. Faith artinya menjadikan Tuhan sebagai guard (penjaga), guide (penuntun), dan destination (tujuan). Meski lebih dari 75 persen staf saya Muslim,” ujarnya.
Semangat yang dikobarkan Frans Seda, salah satu pendiri Unika Atma Jaya, juga senantiasa membara di hatinya. “Untuk Tuhan dan Tanah Air” menjadi nafas kehidupannya. “Aku berkontribusi, maka aku ada. I contribute, therefore I am. Selama hayat dikandung badan, belum ada penyakit, saya baru ada kalau saya berkontribusi untuk sesama, bangsa, negara, dan masyarakat dunia,” tegasnya.
Katharina Reny Lestari
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 24, Tahun Ke-78, Minggu, 16 Juni 2024