HIDUPKATOLIK.COM – Suasana Katedral St. Maria Diangkat ke Surga, Jakarta Pusat, siang hari itu, Selasa (28/05/2024), berbeda dari biasanya. Rombongan Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta beranggotakan 15 orang nampak asyik melihat-lihat berbagai ornamen religius nan klasik yang ada di dalam gereja.
Suasana begitu tenang, bahkan ketika Humas Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan Paroki Katedral, Susyana Suwadie, menjelaskan tentang beberapa hal kepada rombongan yang dipimpin oleh Yusuf Aman dan Gunadi, masing-masing Wakil Ketua Umum dan Ketua Bidang Ukhuwah dan KUB MUI DKI Jakarta.
Mendampingi rombongan adalah Ketua dan Sekretaris Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kemasyarakat (HAAK) KAJ, masing-masing Pastor Antonius Suyadi dan Fransiskus Dwikoco Sri Sumantyo.
Saat rombongan mengadakan tur tersebut, sebuah rombongan beberapa ibu dari Masjid Istiqlal yang dipimpin oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, juga datang berkunjung.
Sebelumnya, rombongan MUI DKI Jakarta melakukan pertemuan dengan Pastor Suyadi dan timnya di Gedung Karya Pastoral, yang terletak tidak jauh dari Katedral Jakarta. Dalam pertemuan ini, Pastor Suyadi menjelaskan secara singkat tentang Gereja Katolik.
Penyerahan kenang-kenangan oleh masing-masing pihak mengakhiri pertemuan setelah sesi tanya-jawab berlangsung sebelumnya.
“Ini salah satu kegiatan Bidang Ukhuwah yang dimotori oleh Ketua Bidang, Pak Gunadi. (Kami) mengadakan kunjungan lintas agama karena memang kita ditakdirkan beragam agama. Dan ini menjadi satu khasanah kekayaan bangsa Indonesia yang mengakui keberadaan beragam agama,” ujar Yusuf kepada HIDUPKATOLIK.COM.
“Kita terus menjaga jalinan ukhuwah yang mesra karena interaksi manusia kepada sesama manusia harus didasari sebuah keyaknan bahwa kita adalah bersaudara. Ini yang harus kita pupuk, ini yang harus kita jaga, ini yang harus kita rawat.”
Dalam perspektif Islam, imbuhnya, Allah menciptakan makhluk – laki-laki dan perempuan – menjadi berbangsa-bangsa dan bersuku-suku untuk saling mengenal dan bukan saling menjatuhkan, saling menggunting dalam lipatan, dan menjadi api dalam sekam. Tetapi mereka saling merangkul dan bukan memukul serta mendidik dan bukan membidik.
“Ini saya kira yang harus terus kita jalankan oleh kita sebagai umat beragama. Kerukunan antarumat seagama, kerukunan antarumat beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah. Ini yang harus kita jalin untuk mesranya bangsa Indonesia ke depan yang dikenal dengan sejuknya, santunnya Indonesia ini,” ungkapnya.
Ia juga mengatakan kunjungan semacam itu akan menjadi program berkelanjutan bagi MUI DKI Jakarta.
“Makanya saya awali dengan sebuah pantun: Gowes sepeda ke Pasar Baru, jalan memisah di Cempaka Putih, bila hati kita sudah menyatu, tak’kan berpisah sampailah mati,” pungkasnya.
Sementara itu, Pastor Suyadi menyambut baik kunjungan rombongan MUI DKI Jakarta.
“Atas nama KAJ, kami mewakili Bapak Uskup mengucapkan banyak terima kasih kepada MUI DKI Jakarta yang berkenan mengunjungi kami tepatnya hari ini. Kami bersama-sama ingin merajut kebersamaan, persaudaraan, dan kerukunan sebagai insan umat beragama,” ujarnya.
“Dengan demikian, kita umat beragama tetap rukun damai untuk membangun DKI Jakarta yang aman, tenteram dan damai. Dan tentu untuk bekerja sama menanggulangi berbagai macam persoalan sehingga ini menjadi kesempatan yang baik, awal yang baik. Dilanjutkan berbagai macam kegiatan untuk membangun kebersamaan dan tentunya kedamaian bagi kita semua.”
Katharina Reny Lestari