web page hit counter
Senin, 18 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kentalnya Nuansa Jawa di Taman Doa Kebon Dalem Yusuf Maria

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM –  SETIAP Mei, yang didedikasikan oleh Gereja Katolik sebagai bulan devosi kepada Bunda Maria – atau disebut sebagai Bulan Maria, umat dihadapkan pada kegiatan doa rosario di lingkungan atau wilayah mereka masing-masing dan tak jarang melakukan ziarah ke gua-gua Maria yang ada di negeri ini, bahkan di luar negeri. Gereja Katolik menetapkan beberapa gua Maria sebagai tempat ziarah untuk membantu umat menghidupi devosi. Per Mariam ad Jesum, melalui Maria menuju Yesus.

Salah satunya adalah Taman Doa Kebon Dalem Yusuf Maria yang terletak di wilayah Keuskupan Agung Semarang (KAS), tepatnya di Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta. Taman doa ini diresmikan bertepatan dengan ulang tahun kevikepan kembar – Yogyakarta Barat dan Yogyakarta Timur – pada Oktober 2022 oleh Vikaris Episkopalis Yogyakarta Barat, Pastor Alfonsus Rodriguez Yudono Suwondo, dan Vikaris Episkopalis Yogyakarta Timur, Pastor Andrianus Maradiyo, dengan didampingi beberapa imam.

Inspirasi

        Pembangunan Taman Doa Kebon Dalem Yusuf Maria bermula dari gagasan seorang umat awam bernama Yustinus Puspasumarto yang berharap ada patung Bunda Maria di wilayahnya. Ia menyampaikan gagasan ini pada tahun 1994 namun baru terlaksana pada Desember 2003. Saat itu Panitia Natal dan Tahun Baru, yang diwakili oleh Ranjabar, menyumbang patung Bunda Maria setinggi dua meter. Patung ini diletakkan di samping gereja dan diresmikan sebagai Gua Maria Selintang oleh Uskup Agung Semarang saat itu, Mgr. Ignatius Suharyo, pada tanggal 11 Januari 2004.

Kemudian renovasi terjadi. Patung Bunda Maria akhirnya dipindahkan ke Kebon Dalem, sebuah lahan seluas 5.989 meter persegi yang dibeli pada tahun 2006.

Baca Juga:  PESPARANI II PROVINSI KALIMANTAN UTARA: KEDEPANKAN SPIRIT KATOLIK
Patung Santo Yusuf dan Santa Maria

Seremoni pembangunan Gua Maria Selintang Taman Doa Santo Yusuf Kebon Dalem dilakukan pada Hari Raya Pentakosta tahun 2015. Sementara prosesi pemindahan patung Bunda Maria ke gua maria ini dilakukan pada tanggal 15 Agustus pada tahun yang sama, bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

Tiga tahun kemudian, nama gua maria tersebut berubah menjadi Taman Doa Kebon Dalem Yusuf Maria. Pemilihan nama ini mau menggali makna pengalaman manusiawi dan rohani SantoYusuf dan Santa Maria, dua pribadi yang mempunyai peran penting dalam kerangka kehadiran Sang Juru Selamat, Yesus Kristus. Kerelaan, kesetiaan, dan iman mereka kepada Tuhan memberi ruang tumbuhnya pengalaman iman dalam kehidupan mereka.

Kesiapsediaan Santa Maria, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu,” dan kerelaan Santo Yusuf yang mendengarkan malaikat, “Ambillah Maria sebagai istrimu,” membuka ruang kehadiran Yesus Kristus Sang Putra Allah ke dunia. Ide ini mengandung harapan agar taman doa tersebut menjadi inspirasi bagi keluarga-keluarga muda dalam menjawab “ya” kepada pasangan untuk menjadi suami-istri. Hal itu juga berarti menjawab “ya” atas panggilan Tuhan, yang lalu melaksanakan panggilan Tuhan sampai akhir hayat sesuai teladan Santo Yusuf dan Santa Maria.

Inspirasi yang hendak diperdalam adalah bagaimana Santo Yusuf dan Santa Maria menemani Yesus sampai umur 12 tahun. Yesus yang waktu itu tertinggal di Bait Allah dan tidak mau pulang dan Yesus yang berdiskusi dengan para pembesar dan pemuka agama. Inspirasi yang hendak ditemukan bagaimana menemani dan menemukan Yesus di Bait Allah.

Konsep ini hendak memperkaya para orang tua dalam mendidik dan mendampingi anak-anak mereka khususnya pada masa awal hidup mereka sehingga perhatian terhadap tumbuh kembang anak tidak hanya terkait soal fisik semata namun juga memperhatikan hal-hal yang sifatnya rohani dan spiritual. Upaya membuat pendasaran hidup beriman bagi anak-anak di masa kini merupakan tantangan besar yang membutuhkan perjuangan dan ketekunan para orang tua agar setia pada janji perkawinan untuk mendidik anak dalam iman Katolik dan menghidupi nilai-nilainya secara konkret.

Baca Juga:  Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat: Menjadi Kumpulan Orang Pilihan

Keunikan

        Ada rumah Santo Yusuf berbentuk rumah joglo berukuran 8×9 meter. Di depan Taman Doa Kebon Dalem Yusuf Maria, persis di depan patung Bunda Maria yang bersimpuh, ada sumur sedalam 60 meter yang airnya sangat segar dan berlimpah debitnya. Sumur Gua Maria Selintang ini tidak pernah kering meskipun musim kemarau panjang. Hal ini menjadi inspirasi tentang kemurahan Allah yang tanpa batas.

Sisi lain Taman Doa Kebon Dalem Santo Yusuf

Ada patung-patung yang mengenakan busana Jawa. Hal ini melambangkan kesatuan inkulturasi, seperti salah satu sifat air dalam hasta brata atau delapan prinsip kepemimpinan Jawa. Orang Jawa dikenal mempunyai laku hambeging tirta, seperti air mengikuti bentuk wadahnya, berlekuk, berputar, berkelok, dan sebagainya. Namun atasnya pasti akan datar atau rata, yang melambangkan ketenangan meskipun dinamika hidup bergejolak. Air juga mengalir dari atas ke bawah.

Manusia harus menyesuaikan diri di mana pun mereka berada, berusaha memperhatikan mereka yang lebih rendah, kurang sejahtera, dan miskin. Hal ini diungkapkan Penjabat Bupati Kulon Progo, Tri Saktiyana, saat peresmian saat itu.

Peristiwa Relasi

Ada perjalanan kisah Keluarga Kudus Nazaret yang diurutkan berdasarkan perjalanan hidup Santo Yusuf dan Santa Maria. Peristiwa ini diolah menjadi bahan renungan reflektif yang mengajak umat untuk melihat dan mengambil makna inspiratif sebagai kekuatan hidup. Peristiwa yang ada dijadikan perhentian.

Baca Juga:  Jaringan Caritas Indonesia Terus Bergerak Membantu 9000 Pengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi

Perhentian pertama: Maria Memberitahukan Kehamilannya kepada Yusuf; perhentian kedua: Malaikat Menguatkan Yusuf; perhentian ketiga: Yusuf Mendatangi Maria; perhentian keempat: Yusuf dan Maria ke Betlehem; perhentian kelima: Yusuf Menemani Maria Melahirkan Yesus; perhentian keenam: Bayi Yesus Dipersembahkan di Bait Allah; perhentian ketujuh: Yusuf-Maria-Yesus Mengungsi ke Mesir; perhentian kedelapan: Kembali ke Nazareth; dan perhentian kesembilan: Yesus Kanak-kanak di Bait Allah.

Dari seluruh rangkaian itu, para peziarah diajak melihat kembali hidup masing-masing, khususnya para orang tua. Perutusan dalam hidup berkeluarga yang telah diterima dan bagi yang akan menjalani hendaknya menjadi bagian perutusan karya keselamatan Allah. Dalam hidup sering ada kesulitan yang berat atau kesusahan yang membuat hidup keluarga terpuruk bahkan tidak jarang malah memakan hidup anggota keluarga.

Hubungan suami-istri yang tidak berkembang baik bahkan mengalami kehancuran atau pendampingan anak-anak yang mengalami persoalan itu adalah kenyataan keseharian. Dalam situasi itu, keluarga mengalami tantangan yang tidak mudah dihadapi dan diselesaikan.

Renungan dalam perhentian-perhentian tersebut menjadi ruang rohani bagi umat untuk menimba semangat Keluarga Kudus Nazaret untuk bangkit. Dengan merefleksikan dan melihat jatuh-bangun perjalanan Yusuf, Maria, dan Yesus di masa kanak-kanak, umat mendapat inspirasi bagaimana menjalani kehendak Allah dengan taat dan setia, bahkan di saat tiada lagi harapan.

Veronika Murwaningsih (Kontributor, Yogyakarta)

Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No. 19, Tahun Ke-78, Minggu, 12 Mei 2024

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles