HIDUPKATOLIK.COM – BERBONDONG-bondong umat Kristiani –- Katolik pun Protestan — datang ke Bukit Sibea-bea di Harian Boho, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Indonesia. Mereka ingin menyaksikan patung Yesus dalam ukuran besar kendati proses pembangunan taman doa ini belum seratus persen selesai.
Menurut informasi yang diperoleh, diharapkan dalam waktu dekat, salah satu pusat wisata rohani di Keuskupan Agung Medan (KAM) ini, akan diresmikan. Tidak hanya dari Sumatra Utara. Umat dari pelbagai tempat di luar provinsi ini ‘berlomba’ ke sini. Derasnya arus media sosial membuat destinasi wisata rohani ini dengan mudah menyebar ke segala arah.
Hal yang sama dapat kita liat saat dua taman doa di Pantai Indah Kapuk (PIK) yang diberkati dan diresmikan oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo tahun 2023. Pada hari Sabtu, 4/5/2024 lalu, sebuah taman doa lagi di PIK2 diberkati dan diresmikan Kardinal Suharyo. Sebelum peresmian pun umat telah mendatangi kedua taman doa tersebut. Lagi-lagi pengaruh media sosial begitu dahsyat sehingga beritanya segera tersiar dalam hitungan detik.
Kita menyambut baik kehadiran taman-taman doa atau pusat-pusat ziarah baru di pelbagai tempat belakangan ini. Kendati ada juga yang berbeda pendangan. Kalau melihat latarbelakangnya, ada taman doa yang didirikan oleh keuskupan; ada yang didirikan oleh pengembang; ada kerja sama antara para donatur dan pihak Gereja dalam hal ini keuskupan; dan swadaya umat setempat. Pilihan umat untuk melakukan perjalanan rohani atau ziarah rohani semakin banyak dan bervariasi. Karena hampir di semua keuskupan fenomena ini terus bertumbuh.
Harapannya dengan melakukan perjalanan rohani ke destinasi tersebut, iman umat semakin bertumbuh. Di sini memang diperlukan pemahaman umat yang memadai. Pastor Petrus Tripomo, Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Tanjungkarang dalam wawancara meminta umat tidak sampai menomorduakan Ekaristi sebagai puncak iman.
Ekaristi tetap nomor satu. Tidak ada duanya. Devosi, apa pun bentuknya, menjadi sarana atau jalan untuk semakin menemukan kehehingan untuk bertemu dengan Tuhan. Tidak ada larangan bagi umat yang “mengejar” taman-taman doa yang baru di mana pun. Berwisata (berziarah) rohani sudah menjadi tradisi dalam sejarah panjang Gereja Katolik. Tanah suci di Jerusalem, Vatikan, dan sejumlah tempat lainnya adalah impian banyak umat.
Di sini peran para gembala umat untuk memberikan panduan agar umat mampu menangkap makna dari setiap peziarahan rohani. Yesus yang diimani itu bersemayam dalam Ekaristi. Bentuk-bentuk kesalehan umat akan semakin terlihat dalam praktik beriman setiap hari. Dengan berziarah ke taman-taman doa, iman peziarah semakin berakar. Hal itu tampak dalam perbuatan konkret. Apakah semakin peduli kepada sesama, terutama yang miskin, disabilitas, dan tersingkir.
Majalah HIDUP, Edisi No. 19, Tahun Ke-78, Minggu, 12 Mei 2024