HIDUPKATOLIK.COM – Suara merdu Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, ketika menyanyikan dua lagu – satu berbahasa Indonesia, satu berbahasa Mandarin – menghipnotis para tamu undangan malam itu. Sontak Ballroom Vincentius Putra yang terletak di kawasan Jakarta Pusat bergemuruh oleh tepuk tangan meriah.
Mgr. Agus adalah satu dari delapan uskup Regio Kalimantan yang menghadiri acara “Semalam Bersama Gembala Umat,” sebuah program penggalangan dana yang dimotori oleh Komunitas Bakti Kasih Kemanusiaan (KBKK) – komunitas misionaris awam yang telah berkarya sejak tahun 2000 khususnya di daerah bencana seperti Ambon, Atambua, Poso, dan Papua serta daerah-daerah terpencil, tertinggal, dan terlupakan – yang berlangsung pada Selasa (14/05/2024).
Selain Mgr. Agus, hadir pula pada acara yang dimulai pukul 18:00 WIB dengan jamuan santap malam bersama tersebut adalah Uskup Agung Samarinda, Mgr. Yustinus Harjosusanto, MSF; Uskup Palangkaraya, Mgr. Aloysius Sutrisnaatmaka, MSF; Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi; Uskup Sintang, Mgr. Samuel Oton Sidin, OFM Cap; Uskup Tanjung Selor, Mgr. Paulinus Yan Olla, MSF; Uskup Sanggau, Mgr. Valentinus Saeng, CP; dan Uskup Banjarmasin, Mgr. Victorius Dwiardy, OFM Cap.
Sejumlah biarawati dan frater juga nampak di tengah-tengah para tamu undangan.
“Acara ini sebetulnya kami fokuskan untuk penggalangan dana untuk pembangunan Mission Center yang ada di Keuskupan Palangkaraya. Kami dari Komunitas Bakti Kasih Kemanusiaan mendapat hibah dari Bapak Uskup Palangkaraya untuk membangun Mission Center yang ada di Keuskupan Palangkaraya,” ujar Ketua Panitia Pembangunan Mission Center, Valentinus Yudy, kepada HIDUPKATOLIK.COM di sela-sela acara.
“Bapak Uskup sudah menyediakan lahan, kami diminta untuk membangun dan mengelola. Jadi malam ini kami melakukan penggalangan dana untuk itu. Dengan cara salah satunya melalui lelang lukisan, makan malam bersama para Bapak Uskup. Bisa dikatakan malam ini charity event, charity dinner.”
Menurut Yudy, yang juga berprofesi sebagai dokter forensik dan medikolegal RSCM, ada enam lukisan yang dilelang malam itu. Selain itu, ada pula sebuah rosario yang sudah diberkati oleh Paus Fransiskus.
“Pelukisnya ada beberapa alumni Santa Ursula. Memang pada acara sebelumnya mereka berpartisipasi. Lalu kali ini mereka ingin berpartisipasi lagi,” imbuhnya.
Satu lukisan berjudul “New Journey,” yang menggambarkan perjalanan hidup baru yang penuh sukacita bagi Bunda Maria bersama Tuhan Yesus, misalnya, terjual sepuluh juta rupiah pada malam itu. Lukisan berukuran 30×40 cm karya Tongki Lentari dengan media acrylic on canvas ini dibuat pada tahun 2023.
Mission Center
Yudy lebih lanjut mengatakan dana yang dibutuhkan untuk pembangunan Mission Center – yang menjadi pusat pendidikan dan pelatihan untuk menghidupi panggilan misioner para mürid Yesus yang siap diutus – di atas lahan seluas sekitar empat hektar tersebut mencapai angka 30 miliar rupiah.
“Sudah mulai dengan pondasi. Tetapi dalam prosesnya kami tetap butuh dana. Ground breaking sekaligus peresmian Gua Maria (diadakan) bulan Oktober 2023,” ungkapnya.
Bangunan Mission Center tersebut berbentuk huruf “L” dan memiliki konsep perpaduan antara nuansa Kalimantan dan modern.
“Kami berharap, berdoa bersama, tahun depan selesai,” ujarnya.
Terkait lokasi, ia mengatakan hal ini ada kaitannya dengan moderator nasional KBKK, yaitu Mgr. Sutrisnaatmaka. Selain sebagai Uskup Palangkaraya, prelatus ini juga berkarya sebagai Ketua Komisi Karya Misioner Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Ia menambahkan bahwa acara tersebut merupakan program penggalangan dana kedua yang digelar KBKK untuk membantu pembangunan Mission Center tersebut. Penggalangan dana pertama berlangsung pada Februari lalu di mana hanya ada tiga lukisan yang dilelang.
“Mengapa kami mengajak para uskup Regio Kalimantan? Supaya mereka menyadari bahwa Mission Center ini bagian dari Kalimantan,” ungkapnya.
Sementara itu, Mgr. Sutrisnaatmaka mengatakan dalam sambutannya bahwa Mission Center tersebut dibangun di kompleks Catholic Center yang berdiri di atas lahan seluas 60 hektar.
“Saya berharap dengan pertemuan ini ada banyak orang yang istilahnya ‘kerasukan’ Roh Kudus untuk bermisi. Kalau belum bisa ‘kerasukan’ Roh Kudus untuk bermisi, membantu ala kadarnya untuk pendirian Mission Center yang akan dibuat di Catholic Center di Keuskupan Palangkaraya. Luasnya cuma 60 hektar sehingga sebagian tanah bisa dipakai untuk mendirikan Mission Center di sana,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa Gereja mati tanpa ada misi. Oleh karena itu, ia mengajak para tamu undangan untuk menghidupi misi dengan berbagi.
“Saya kira itu yang menjadi inti dari semua, soal misi dan keberanian kita untuk berkorban. Sebab kalau tidak ada yang berani berkorban, tidak ada yang bermisi, Gereja akan mati, tidak berkembang. Oleh karena itu perlu berbagi dan mempersembahkan diri secara lebih berarti,” imbuhnya.
“Itulah yang disampaikan untuk pembangunan Mission Center, yaitu wujud nyata memfasilitasi para calon misionaris, khususnya awam, agar bisa diteladani Santo Paulus. Oleh karena itu, sekali lagi, marilah kita menjadi duta yang membawa Kabar Baik. Karena itu, indah langkah-langkah yang ditempuh oleh mereka-mereka yang ber-Kabar Baik.”
For the Good Cause
Seorang pemenang lelang yang enggan disebutkan namanya mengatakan kepada HIDUPKATOLIK.COM bahwa ia ingin membantu sesama yang membutuhkan.
“Anything yang menurut saya baik untuk bisa membantu sesama, sebisa mungkin saya ikut. Kebetulan tahun lalu saya juga ada pameran. Waktu pameran kami juga sempat membangun untuk membantu society di Larantuka. Jadi menurut saya kalau itu memang baik untuk banyak orang dan saya masih dapat melakukannya, tentunya ini juga Tuhan yang menyentuh saya. Jadi ya saya lakukan selama saya mampu,” ujarnya.
Baginya, Mission Center tersebut menjadi salah satu fasilitas yang bermanfaat bagi banyak orang untuk mewartakan Kabar Baik.
“Kalau kita mau berkorban menjadi hamba-Nya ya tentunya kita mengurangi uang yang kita miliki untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. For the good cause, why not?” ungkapnya.
Katharina Reny Lestari