web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Santa Angela Merici, Sosok Suci di Balik Karya Suster Ursulin

5/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Orang Jakarta pasti mengenal Sekolah Santa Ursula. Sekolah katolik favorit nan terkemuka ini terletak di Jl Pos (bertetangga dengan Kantor Pos Besar). Karya pendidikan ini sudah mulai sejak 1859. Berawal dari keprihatinan Gereja Katolik Batavia terhadap pendidikan anak-anak puteri, maka Uskup mengundang suster-suster Ursulin dari Rotterdam, Belanda untuk menjalani misi di Hindia Belanda, tepatnya kota Batavia.

Maka datanglah beberapa suster Ursulin menggunakan kapal laut dan tiba pada tahun 1858. Mereka membuka sekolah khusus remaja putri di Jl Juanda (sekarang Sekolah St Maria) lalu setahun kemudian membuka sekolah kedua di Jl Pos (sekarang Sekolah St Ursula). Kebijakan sekolah khusus putri diteruskan hingga saat ini.

Banyak orang mengenal  suster-suster Ursulin (OSU) melalui karya-karyanya,  namun tak banyak orang mengenal tokoh suci di balik keberadaan ordo ini. Tiga ratus tahun lebih sebelum suster-suster Ursulin tiba di Batavia, tepatnya pada tanggal 25 November 1535, Angela Merici mengumpulkan 12 gadis muda yang selama ini telah bekerja bersamanya.  Sebuah rumah kecil dekat Gereja St Afra menjadi saksi lahirnya Ordo Ursulin.

Sakah satu perayaan 165 Tahun Sekolah Ursula Jakarta. (Foto: HIDUP/Anton Bilandoro)

Gereja Afra terletak di kota Brescia, Italia. Kota kecil yang terletak sekitar 550 km utara kota Roma. Mereka sepakat membentuk Company of St Ursula dan bertekad meningkatkan kehidupan keluarga-keluarga dengan memberikan pendidikan katolik kepada remaja puteri yang kelak menjadi istri dan ibu.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Angela Merici lahir pada tanggal 21 Maret 1474 di Desnzano del Garda, kota kecil dekat Danau Garda, Lombardy, Italia (sekitar 32 km dari Brescia). Pada usia 10 tahun, Merici dan kakaknya Giana Maria harus menerima kenyataan menjadi anak-anak yatim piatu. Mereka kemudian tinggal bersama seorang paman di kota Salo.

Kesedihan belum benar-benar berlalu, ketika secara tiba-tiba sang kakak juga meninggal dunia. Merici merasa susah hati, karena kakaknya meninggal tanpa sempat menerima Sakramen Orang Sakit. Dia sungguh berdoa agar kakaknya boleh mengalami kedamaian surgawi. Tuhan menjawab, Merici memperoleh penampakan bahwa kakaknya telah berada di surga bersama kumpulan Orang Kudus.

Merici memutuskan bergabung dengan Ordo Ketiga St Fransiskus. Ia bertekad hanya melayani Allah saja. Konon saat itu, banyak orang mulai mengagumi kecantikannya, terutama rambut indahnya. Untuk menangkal perhatian berlebihan kepada dirinya, Merici mewarnai rambut indahnya dengan jelaga.

Pada usia 20 tahun, pamannya meninggal, sehingga ia memutuskan kembali ke kota asalnya untuk tinggal bersama kakak-kakak lelakinya. Di sini ia melanjutkan pelayanannya terutama dalam mendampingi para remaja putri. Pada tahun 1506 ketika sedang berdoa, ia memperoleh penampakan yang meminta kepadanya untuk membentuk kelompok gadis-gadis di Brescia yang bersedia mengabdi hidup mereka untuk memberikan pelatihan religius kepada remaja putri. Upaya kelompok ini dinilai membawa kebaikan bagi masyarakat, maka Merici diminta untuk membuka sekolah-sekolah di kota-kota tetangga Brescia.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Menurut legenda, pada tahun 1524, ketika melakukan perjalanan ziarah ke Tanah Suci, saat berada di Pulau Kreta, tiba-tiba ia mengalami kebutaan. Tapi ia mengabaikannya dan terus melanjutkan perjalanan ziarahnya. Beberapa minggu kemudian dalam perjalanan pulang, di tempat yang sama ketika ia mengalami kebutaan, Merici berdoa di suatu salib Yesus dan mukjijat terjadi, matanya kembali dapat melihat.

Setahun kemudian, pada 1525, Merici berangkat ke Roma untuk mendapatkan indulgensi perayaan Tahun Jubilium. Paus Clement VII yang telah mendengar karya dan keberhasilan sekolahnya, mengundang Merici untuk menetap dan berkarya di Roma. Namun Merici bukanlah tipe orang yang menyukai ketenaran dan ia memilih balik ke Brescia.

Pada usia 61 tahun (1535) Merici memutuskan mewujudkan Company of St Ursula. Merici sangat terinspirasi dengan karya dan keutamaan St Ursula dari Koln Jerman yang hidup di abad 3. Merici mengarahkan rekan-rekannya untuk melayani Tuhan dengan cara mendidik remaja putri yang ada di sekitar mereka. Juga mempraktekkan kehidupan religius dalam lingkup mereka.

Merici menulis Rule of Life untuk kelompoknya di mana diatur tentang hidup dalam kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan. Para Ursulin ini membuka sekolah-sekolah dan panti asuhan anak. Pada tanggal 18 Maret 1537, Merici terpilih sebagai Mother and Mistress dari perkumpulan ini. Lalu pada tahun 1544, empat tahun setelah Merici wafat, Rule yang ditulisnya disetujui oleh Paus Paulus III.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Karya ini berkembang pesat, karena adanya kebutuhan. Dalam lima tahun sudah ada 24 komunitas Company of Ursula di berbagai kota. Saat itulah Merici meninggal pada usia hampir 66 tahun, tepatnya pada tanggal 27 Januari 1540. Sesuai permintaannya ia dimakamkan di Gereja St Afra. Ia ingin tetap dekat dengan para martir dari Brescia yang dimakamkan di gereja ini. Selama hidupnya, ia sering datang dan berdoa di pemakaman ini.

Gereja Afra hancur total akibat serangan bom tentara sekutu pada perang dunia kedua, tepatnya pada tanggal 2 Maret 1945. Gereja ini dibangun kembali dan selesai pada tanggal 10 April 1954. Lalu diberkati pada tanggal 27 Januari 1956 dan didedikasikan kepada Santa Angela Merici.

Merici menerima beatifikasi di Roma pada tanggal 30 April 1768 dari Paus Clement XIII. Lalu menerima kanonisasi pada tanggal 24 Mei 1807 dari Paus Pius VII. Gereja, melalui keputusan Paus Paulus VI menetapkan tanggal 27 Januari sebagai hari peringatan St. Angela Merici.

Angela Merici dikenang sebagai seorang wanita yang berpandangan jauh ke depan dan ia mendorong para penerusnya untuk berani melakukan perubahan-perubahan sesuai kebutuhan jaman. Suatu teladan yang patut kita contoh.

Fidensius Gunawan (Kontributor, Tangerang Selatan)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles