HIDUPKATOLIK.COM – “Siapakah yang kamu cari?“ Inilah kalimat Yesus yang tidak asing kita dengar setiap kali pembacaan kisah sengsara Yesus dari Injil Yohanes bab 18.
Seusai Perayaan Ekaristi pada Pesta Maria Dikandung tanpa Noda (8/12/2023) di Katedral Stephan, Wina Austria, Kardinal Christoph Schönborn menyampaikan kekesalan dan kekecewaannya terhadap sekelompok umat di hadapan para petugas liturgi yang mendampinginya saat itu. Termasuk saya sendiri yang pada saat itu juga ikut bertugas.
Ketika Komuni sedang berlangsung, sekelompok umat memaksakan diri mengantre untuk menerima Komuni dari Kardinal, sedangkan di sebelah Kardinal berdiri seorang imam yang juga sedang bertugas membagikan Komuni.
Kardinal sempat memberi isyarat kepada umat yang masih mengantre untuk beralih barisan dan agar menerima Komuni dari imam tersebut. Sayangnya mereka tidak bergerak sedikit pun dan tetap memaksakan diri untuk menerima Komuni dari Kardinal. Bahkan Kardinal memberikan isyarat sampai tiga kali, namun tidak ada perubahan.
Sampai akhirnya Kardinal menyampaikan kepada mereka, “Hosti yang kalian terima dari saya tidaklah lebih kudus daripada yang diberikan imam ini. Ini adalah Yesus yang sama, kalian tidak perlu semuanya mengantri disini.“
Demikianlah sempat terjadi suasana yang sedikit dramatis saat Misa berlangsung, akibat barisan antrean di hadapan Kardinal masih panjang, sedangkan tidak ada seorang pun yang mau mengantri di hadapan imam di sebelahnya.
Setibanya di Sakristi, Kardinal menyampaikan kekesalan dan kekecewaannya akan peristiwa tersebut. Ia sangat menyayangkan sebagian umat yang tidak memiliki kesadaran bahwa seharusnya yang mereka cari adalah Yesus Kristus sendiri, bukan siapa yang memberikan Komuni.
Lebih lanjut Kardinal Schönborn mengatakan, “Siapa yang mereka cari? Mereka tidak mencari Tuhan, tapi mencari sosok pemberi Komuni. Dan mereka berpikir menerima Hosti dari Kardinal sebagai hal yang lebih baik daripada menerimanya dari seorang imam. Ini adalah suatu pelecehan, bukan hanya pada Sakramen Mahakudus, tapi juga pada Imamat. Ini salah besar.“
Hal serupa bukan hanya terjadi saat Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Kardinal. Namun juga saat Misa mingguan, di mana saya sendiri pun sering bertugas sebagai pemberi Komuni. Terkadang sebagian umat memilih pergi ke barisan imam untuk menerima Komuni daripada mengantri barisan di depan saya.
Barangkali hal serupa bukan hanya terjadi di Austria, mungkin juga di gereja-gereja lokal di Indonesia atau di mana pun sangat mungkin bisa terjadi. Mungkin sebagian dari kita masih “pilih-pilih“ saat akan menerima Komuni, merasa lebih afdol ketika menerima Komuni dari seorang imam, uskup atau kardinal daripada menerima Komuni dari seorang prodiakon atau bahkan dari seorang perempuan, entah suster atau awam.
Mutiara yang jatuh ke selokan tetaplah mutiara yang berharga. Begitu pula dengan Hosti yang telah dikonsekrasi, tetaplah Yesus yang sama entah siapa pun yang memberikannya atau siapa pun yang menerimanya. Si pemberi Komuni sebagai seorang manusia memanglah orang berdosa yang tak luput dari kesalahan. Namun kekudusan/kesucian Hosti yang diberikannya tidaklah akan berubah karena itu adalah Yesus sendiri.
Peristiwa yang terjadi di Katedral Stephan ini hendaklah menjadi refleksi bagi kita semua umat beriman, “Siapakah yang saya cari?“ Jika saya sungguh ingin bertemu Yesus lewat Ekaristi, maka yang terpenting dan terutama adalah Kristus itu sendiri dalam wujud hosti yang kita terima, bukan soal siapa yang memberi.
Mari kita bersikap lebih bijak, lebih menghargai keberadaan prodiakon atau siapapun yang membantu imam memberikan Komuni saat Misa. Mereka pun tidak bergitu saja dapat memberikan Komuni, tetapi telah melalui proses-proses tertentu sehingga dianggap pantas untuk membantu imam membagikan Komuni.
Salam dari Vienna Austria
Sr. Bene Xavier MSsR (Kontributor)