HIDUPKATOLIK.COM – Laporan baru UNICEF menyatakan bahwa satu dari lima anak di antara 40 negara terkaya menghadapi kemiskinan, kekurangan kebutuhan dasar seperti makanan dan perumahan.
Enam puluh sembilan juta anak, lebih dari satu dari lima anak, hidup dalam kemiskinan di 40 negara terkaya di dunia. Hal inilah yang muncul dari data terbaru yang dipublikasikan pada Rabu (6/12) oleh UNICEF. Hal ini menandakan bahwa lebih dari dua puluh persen anak-anak di negara-negara UE dan negara-negara OECD kaya lainnya tidak memiliki cukup makanan, pakaian, perlengkapan sekolah, atau bahkan rumah.
Laporan
‘Kartu Laporan 18 – Kemiskinan anak di tengah kekayaan’ adalah seri terbaru yang memantau kesejahteraan anak di negara-negara OECD dan UE. Laporan tersebut melaporkan bahwa Perancis, Islandia, Norwegia, Inggris, dan Swiss mencatat peningkatan besar dalam kemiskinan anak antara tahun 2014 dan 2021, sementara Latvia, Lituania, Polandia, dan Slovenia mencapai penurunan terbesar. Menurut UNICEF, laporan tersebut menyajikan “gambaran terkini dan sebanding mengenai kemiskinan yang mempengaruhi anak-anak di negara-negara OECD dan UE dan menganalisis kebijakan dukungan pendapatan pemerintah untuk keluarga dengan anak”.
Angka-angka ini tetap ada meskipun faktanya antara tahun 2012 dan 2021 telah terjadi penurunan angka kemiskinan anak sekitar delapan persen.
Siapa yang paling terkena dampaknya
Laporan tersebut menyoroti bahwa risiko kemiskinan atau pengucilan sosial mempengaruhi 28,8% anak-anak dan remaja di bawah usia 16 tahun pada tahun 2022, dibandingkan dengan 24,4% dari total populasi. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa anak di bawah umur lebih dirugikan ketika mereka tinggal di wilayah Selatan dan Kepulauan (46,6%), dibandingkan dengan wilayah Tengah (21,4%) dan Utara (18,3%). Terdapat perbedaan penting dalam hal risiko antara keluarga dengan orangtua tunggal (39,1%) dibandingkan dengan pasangan (27,2%). Secara khusus, angka tersebut mencapai 41,3% ketika hanya ibu yang hadir dalam keluarga.
Ketidaksamaan
Laporan ini juga menekankan hubungan yang jelas antara kemiskinan anak dan kesenjangan ekonomi dan juga menyoroti risiko kemiskinan yang lebih tinggi bagi anak-anak dari keluarga dengan orangtua tunggal dan minoritas. Di AS, 30% anak-anak keturunan Afrika-Amerika dan 29% anak-anak penduduk asli Amerika hidup di bawah garis kemiskinan, dibandingkan dengan 10% anak-anak kulit putih non-Hispanik. Di Uni Eropa, seorang anak yang orangtuanya bukan anggota Uni Eropa mempunyai kemungkinan 2,4 kali lebih besar untuk hidup dalam kemiskinan. **
Francesca Merlo (Vatican News)/Frans de Sales