web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

September Kelabu tapi Penuh Sukacita

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Biasanya bulan September disambut dengan lagu September Ceria yang dipasang di berbagai media sosial oleh beberapa pencinta lagu ini. Lagu ini sepertinya ingin mengingatkan saya tentang keceriaan bulan September yang dinyanyikan oleh artis cantik tahun 80-an Vina Panduwinata. Tapi bulan September ini menjadi tidak ceria dan berbeda karena kondisi tubuh saya yang terasa sangat lelah dan minta istirahat.

Diawali dengan sakit pada lambung saya yang tidak mau lagi bersahabat dan saya obati juga dengan seadanya yaitu sesuai dengan persediaan obat biasa yang ada didalam kotak obat di rumah. Itupun saya sudah malas dan ogah-ogahan untuk makan obatnya, jauh dari kata teratur karena sudah dianggap biasa. Haha… emang bandel emak yang satu ini.

Akibatnya tubuh yang saya rasakan seperti kelelahan yang berkepanjangan, sakit kepala, sebentar saja saya bergerak untuk membersihkan rumah. Tubuh saya langsung lemas dan mengeluarkan butiran keringat-keringat dingin, sedikit melayang dan bergoyang. Tapi itu semua saya anggap biasa, paling-paling saya kurang asupan makanan alias lapar.

Belum beres urusan kelelahan dan lambung ini, muncullah bunyi batuk-batuk kecil yang menyerang tenggorokan dan membuat saya tidak bisa tidur lelap di malam hari. Campur aduklah kondisi tubuh ini tetapi masih saja saya bawa dalam keceriaan untuk tetap bisa beraktivitas dan melayani diberbagai komunitas.

Baca Juga:  Renungan Harian 21 November 2024 “Yesus Menangis”

Akhirnya tubuh ini berontak dan suhu tubuh saya meningkat tajam, ditambah seluruh tubuh yang sakit seperti habis dipukul-pukul. Keadaan ini memaksa saya untuk menyerah dan pergi ke Instalasi Gawat Darurat pada suatu Rumah Sakit. Ketakutan itu datang ketika saya mendengar kata Rumah Sakit dan tentunya jarum suntik yang pasti akan selalu jadi momok ada dibenak ini karena jarum suntik itu akan membantu menyelesaikan semua permasalahannya. Dalam hal ini, nyatanya saya sedikit tawar menawar kepada salah satu perawat agar memasang infus dan mengambil darah dengan jarum suntik yg paling kecil dan belum lagi saya minta dilakukan dengan pelan-pelan serta hati-hati. Hadeh repot ya… emak yang satu ini.

Setelah saya masuk  ke ruang perawatan, mulai lagi ada cerita baru yang membuat saya tambah tidak bisa tidur. Karena tetangga bangsal saya adalah seorang anak muda alias ABG yang lagi senang-senangnya  menebarkan bunga dimana-mana sehingga ia bisa berlama-lama berchit chat dengan siapapun hingga jam satu atau dua pagi tiba.

Keesokan pagi harinya ada lagi tetangga bangsal yang masuk ke ruangan ini dengan kondisi seorang oma berumur 72 tahun yang datang dengan tak sadarkan diri. Oma ini sudah hampir 6 tahun hanya bisa beraktivitas di tempat tidur dengan dibantu perawat dan keluarganya. Sekali-kali oma diajak duduk dan berjemur di pagi hari kata anak laki-lakinya yang menjaganya saat itu. Dengan penangan dokter, di sore hari Oma ini sudah terbangun dan tersadarkan diri walaupun masih dibantu dengan alat pengatur Oksigen di bagian hidung dan mulutnya.

Baca Juga:  Renungan Harian 22 November 2024 “Suara Merdu vs Sumbang”

Di siang hari ruangan bangsal kamar saya jadi penuh karena masuk lagi seorang oma berumur 58 tahun yang terjatuh di kamar mandi di rumah anaknya, sehingga membuat pelipis kepalanya terluka. Ternyata Oma ini mengalami penurunan atau kekurangan Hemoglobin di dalam tubuhnya. Sehingga membuat oma ini sempat tak sadar tubuhnya bergoyang dan jatuh. Oma ini harus melakukan transfusi darah beberapa kantong agar tubuhnya  bisa sehat kembali.

Pengalaman beberapa hari di Rumah Sakit ini membuat saya banyak berpikir bahwa hidup ini sangat bermakna jadi musti dijaga dengan lebih baik lagi. Terutama ketika saya melihat seorang oma yang berumur 72 tahun itu,  yang menderita banyak komplikasi penyakit dan mengalami demensia. Saya terkagum-kagum mendengar anak laki-laki satu-satunya oma ini mengajak berbicara, bercanda dan merawatnya dengan sabar. Oma ini mempunyai 2 anak Perempuan dan 1 anak laki-laki. Oma ini tinggal di rumah anak laki-lakinya dan kala itu saya sama sekali tidak melihat anak perempuannya datang menjenguk.

Mama mau makan bubur? Kalau mau nanti dede belikan.
Buburnya mau pakai kerupuk? Mama bisakan pegang kerupuknya..
Mama mau minum lagi? sudah pipis belum tadi? Hayo pipis aja nanti dede gantikan pampersnya.

Kala itu jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan waktu jenguk pasien sudah selesai.

Baca Juga:  Perlu Peningkatan Kapasitas, Unio Regio Makassar-Amboina-Manado Adakan Pelatihan Motivasi dan Kepemimpinan kepada Para Imam

Saya sempat berpikir, bila nanti saya sudah seumur Oma itu. Apakah yang akan dilakukan anak-anak kepada orang tuanya? Secara nyata saya sendiri saat ini tidak bisa merawat mama ketika ia membutuhkan anak-anaknya. Kesibukan dan padatnya aktivitas saya merupakan suatu alasan saya tidak bisa menjenguk dan menemani mama setiap waktu. Kami hanya bisa berbagi cerita lewat hape setiap harinya.

Didalam kesendirian saya dalam gelapnya malam di Rumah Sakit, kerinduan untuk bisa bertemu, bercanda dan bercerita apapun kepada mama adalah suatu hal yang sangat istimewa. Mama tahu anak-anaknya tidak baik saja tetapi mama percaya anak-anaknya bisa melalui semua permasalahan kehidupan ini bersama doa yang selalu ia panjatkan.

Peristiwa kelabu di bulan September ini membukakan mata saya, sehingga menjadi peristiwa sukacita kehidupan. Bisa mengalami dan mendengarkan cerita tetangga-tetangga bangsal di ruang perawatan itu  adalah suatu keberuntungan dalam hidup saya. Pelajaran kehidupan Tuhan tunjukkan dan percayakan untuk terjadi disetiap keadaan baik atau tidak baik. Siap ataupun tidak siap harus bisa diterima dan dijalani dengan baik bersama Sang Pemberi kehidupan.

September ceria milik kita bersama……

Eviantine Evi Susanto, Kontributor Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles