HIDUPKATOLIK.COM – Selama Audiensi Umum mingguannya, Rabu (6/9), Paus Fransiskus merefleksikan Perjalanan Apostoliknya ke Mongolia yang baru saja berakhir, dengan mengatakan bahwa ia telah “berkunjung ke jantung Asia dan hal itu memberikan manfaat bagi saya,” dan menunjukkan bagaimana Tuhan mencari “hati yang sederhana” yang mencintai dan menginginkan Dia.
“Saya telah berkunjung ke jantung Asia dan hal itu memberikan manfaat bagi saya.”
Ini adalah bagaimana Paus Fransiskus menilai Kunjungannya baru-baru ini ke Mongolia, yang menandai Perjalanan Apostoliknya yang ke-43 ke luar negeri dan ke-61 negara yang dikunjunginya sebagai Paus, dalam Audiensi Umum mingguannya pada hari Rabu di Lapangan Santo Petrus.
Bapa Suci telah mengunjungi negara Asia, yang berbatasan dengan Tiongkok dan Rusia, untuk mendekatkan dan mendorong komunitas Katolik di negara Asia, yang berjumlah sekitar 1.500 orang.
Dalam Audiensi Umum, Paus menyampaikan rasa terima kasihnya kepada semua orang yang menemani kunjungannya dengan doa-doa mereka, dan membarui rasa terima kasihnya kepada semua orang yang menyambutnya, terutama orang-orang Mongolia yang “mulia dan bijaksana”, yang telah menunjukkan kepadanya “keramahan dan kasih sayang.”
Bapa Suci memulai dengan mengakui bahwa beberapa orang mungkin bertanya: “mengapa Paus pergi begitu jauh untuk mengunjungi sekelompok kecil umat beriman?”
Jawabnya sambil berkata, “Karena justru di sana, jauh dari sorotan, kita sering menemukan tanda-tanda kehadiran Tuhan, yang tidak melihat penampilan, tapi hati.”
Tuhan mencari hati yang sederhana
“Tuhan tidak mencari pusat perhatian,” tegas Bapa Suci, melainkan “hati sederhana dari mereka yang menginginkan dan mencintai-Nya tanpa terlihat, tanpa ingin menjadi lebih tinggi dari orang lain.”
Paus bergembira atas rahmat besar yang ia alami di Mongolia, bertemu dengan “Gereja yang rendah hati dan gembira,” “di dalam hati Allah,” dan menegaskan, “Saya dapat memberikan kesaksian tentang kegembiraan mereka karena berada di pusat Gereja untuk beberapa hari.”
Dia menarik perhatian pada sejarah pergerakan Gereja lokal
“Hal ini muncul, oleh rahmat Allah, dari semangat kerasulan – yang sedang kita renungkan saat ini – dari beberapa misionaris yang, karena semangatnya terhadap Injil, sekitar tiga puluh tahun yang lalu pergi ke negara yang tidak mereka kenal bahasanya dan, meskipun mereka berasal dari negara yang berbeda,” katanya sambil mengamati, “mereka menciptakan komunitas yang bersatu dan benar-benar Katolik.”
Paus memuji komunitas tersebut karena melambangkan sifat katolik, yang ia definisikan sebagai “sebuah inkarnasi universalitas, yang memahami kebaikan di mana ia tinggal dan melayani orang-orang yang tinggal bersamanya.”
Menyaksikan kasih Yesus dengan lemah lembut
“Beginilah cara Gereja hidup,” kata Paus Fransiskus, “bersaksi tentang kasih Yesus dengan kelembutan, dengan kehidupan sebelum kata-kata, bahagia dengan kekayaan sejatinya: pelayanan kepada Tuhan dan saudara-saudarinya.”
Paus tandaskan bagaimana Gereja muda itu dilahirkan: melalui kasih, yang merupakan kesaksian iman yang terbaik. Bapa Suci mengenang dengan penuh emosi kegembiraan yang dialaminya saat memberkati dan meresmikan ‘Rumah Belas Kasih’, operasi amal pertama yang didirikan di Mongolia sebagai ekspresi seluruh komponen Gereja Lokal.
Rumah itu, katanya, adalah panggilan bagi “setiap komunitas kita untuk menjadi rumah belas kasihan: sebuah tempat yang terbuka dan ramah, di mana penderitaan setiap orang dapat masuk tanpa rasa malu ke dalam kontak dengan belas kasihan Tuhan yang membangkitkan dan menyembuhkan.”
Paus memuji Gereja misioner Mongolia, dan mengenang pertemuan antaragama dan ekumenis hari Minggu di Teater Hun di Ulaanbaatar.
Kunjungan bermakna ke Mongolia
“Saya telah berkunjung ke jantung Asia dan hal itu memberikan manfaat bagi saya,” kata Paus. “Senang sekali bagi saya bisa bertemu dengan orang-orang Mongolia, yang menghargai akar dan tradisi mereka, menghormati orang yang lebih tua dan hidup harmonis dengan lingkungan: mereka adalah orang-orang yang memandang ke langit dan merasakan nafas penciptaan.”
Mengingat “hamparan yang tak terbatas dan sunyi” di Mongolia, Paus mendesak umat beriman untuk bergabung dengannya dalam upaya untuk “memperluas batas pandangan kita, untuk melihat kebaikan orang lain dan dapat memperluas wawasan kita.” **
Deobarh Castellano Lubov (Vatican News)/Frans de Sales