web page hit counter
Sabtu, 23 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ini Pandangan Gereja tentang Artificial Intelligence

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Romo Benny, Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan sedang tren saat ini. Bahkan sebuah stasiun televisi swasta pernah menggunakan AI sebagai presenter. Bagaimana pandangan Gereja Katolik soal AI yang mampu meniru fungsi kognitif manusia?

Leonardus, Jakarta

MANUSIA merupakan citra Allah (Bdk. Kej. 1:27). Dia memiliki kemampuan yang melebihi makhluk lain di dunia sehingga diminta untuk merawat dan mengelola dunia (Bdk. Kej. 1:28-30). Sebagai ciptaan, manusia memiliki kecerdasan yang dapat berkreasi bagi kemajuan peradaban umat manusia. Dan sejak dahulu, manusia mengembangkan teknologi untuk membantu karyanya yang dipercayakan oleh Allah kepada mereka.

Dari masa ke masa, manusia tak henti-hentinya berusaha untuk memfasilitasi hidupnya supaya segala yang mereka lakukan semakin mudah. Tentu, jika pada zaman ini manusia mengupayakan karya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) pada dasarnya bukan untuk menggantikan manusia tetapi untuk membantu manusia sebagaimana tujuan dari semua teknologi.

Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, jikalau ada TV swasta menggunakan AI sebagai presenter bukan berarti kemudian TV swasta itu bisa menggantikan seorang presenter manusia dengan AI. Mungkin AI dapat melakukan lebih dari presenter tetapi AI tidak pernah bisa menggantikan manusia sebagai manusia karena AI bagaimanapun adalah “benda,” bukan manusia yang bisa berkreasi.

Baca Juga:  Kongregasi Misionaris Claris Tingkatkan Kompetensi Para (Calon) Anggota

AI hanyalah mesin yang menggantikan manusia sesuai dengan peran tertentu, tetapi AI tidak bisa menggantikan seluruh diri manusia kalaupun di kemudian hari ada AI yang bisa 99% mirip manusia, tetapi AI bukan 100% manusia. Fakta ini tidak bisa disangkal karena AI adalah buatan dari manusia sedangkan manusia adalah ciptaan Allah.

Oleh sebab itu, Gereja tidak bersikap menolak begitu saja terhadap kehadiran AI bagi peradaban manusia. Apalagi Gereja tahu persis bahwa AI adalah sebuah produk, sebuah karya manusia sehingga AI memiliki nilai dan manfaat bagi hidup manusia jikalau itu digunakan dengan baik. Dengan kata lain, Gereja menempatkan diri untuk memberikan dukungan kepada perkembangan teknologi yang bermanfaat bagi umat manusia. Gereja bersyukur bahwa manusia memiliki kemampuan yang istimewa sehingga masyarakat manusia semakin hari semakin berkembang dari masa ke masa.

Baca Juga:  MAJALAH HIDUP EDISI TERBARU, No. 47 TAHUN 2024

Namun, Gereja menyadari bahwa segala yang ditemukan dan dibuat oleh manusia terkadang tidak dimanfaatkan dengan benar atau menempatkan perkembangan teknologi secara tidak tepat, misalnya penemuan senjata api yang tidak dimanfaatkan dengan benar ketika peredarannya tidak diatur sebagaimana mestinya sehingga berulang kali ada pemanfaatan yang tidak tepat terhadap teknologi tersebut yang menyebabkan korban jiwa di kalangan anak sekolah.

Demikian pula keberadaan AI bagi hidup manusia diharapkan tidak mereduksi manusia meskipun pekerjaan manusia akan bergeser dengan adanya teknologi yang baru ini. Di masa depan, tidak menutup kemungkinan peran sopir tidak diperlukan lagi tetapi manusia akan memiliki pekerjaan-pekerjaan baru yang dibutuhkan di masa mendatang.

Maka beberapa hal yang pantas diperhatikan berkaitan dengan prinsip moral tentang penggunaan AI yang paling utama adalah penghargaan pada martabat manusia. Artinya, Gereja mendukung penggunaan AI dalam kehidupan manusia tetapi para pengguna perlu memperhatikan bahwa penggunaannya tidak bisa bertentangan dengan manusia itu sendiri. Para pengguna tetap menjaga bahwa AI dimanfaatkan dengan benar untuk hidup dan karya manusia yang berguna bukan untuk kontra produksi yang malah tidak mengguntungkan bagi hidup manusia.

Baca Juga:  PESAN NATAL KWI DAN PGI: “MARILAH SEKARANG KITA PERGI KE BETLEHEM” (LUK 2:15)

Sebagai contoh, Gereja menolak ketika AI digunakan untuk senjata otomatis yang mematikan kehidupan manusia karena sebagai karya manusia, AI bisa keliru di dalam pelaksanaannya karena AI bukanlah manusia yang memiliki akal budi dan bisa membuat pertimbangan akan tindakan baik dan buruk.

AI hanyalah produk, hasil dari bahasa programming yang telah ditanamkan di dalam “otak”-nya. Dengan kata lain, AI hanya menjalankan apa yang telah diprogramkan baginya sehingga AI dapat menjalankan fungsi sebagaimana telah diperintahkan oleh manusia.

Pengasuh: Romo Yohanes Benny Suwito, Dosen di Institut Teologi Yohanes Maria Vianey, Surabaya dan Universitas Widya Mandala, Surabaya

Majalah HIDUP, Edisi No. 34, Tahun Ke-77, Minggu, 20 Agustus 2023

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles