HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XV; Kel.1:8-14, 22; Mzm.124:1-3, 4-6, 7-8; Mat.10:34-11:1
Siapapun yang ingin memahami tujuan kedatangan Yesus, perlu melihat bukan dari sudut pandang dirinya yang subyektif, sempit, dan dibatasi oleh kebutuhan sepihak. Ia harus memakai perspektif Allah yang mengutus- Nya ke dunia penuh tantangan dan pertentangan. Bagi yang menerima- Nya, Yesus adalah sumber damai. Bagi yang melawan-Nya, Yesus bagaikan pedang yang membawa perpecahan dan pemisahan tak terduga.
Seorang utusan tidak melebihi Guru yang mengutusnya. Ia harus siap menghadapi risiko yang sama yaitu hinaan dan aniaya. Yesus meluruskan kesalahpahaman banyak orang yang memiliki gambaran terlalu emosional tentang diri-Nya. Penolakan dari orang yang tidak siap bertobat selalu ada sepanjang zaman, apapun alasannya. Itulah petaka yang melahirkan kekuatan negatif dan goncangan terhadap damai dan keselamatan yang diwartakan Yesus.
Menjadi murid Yesus tidak bisa hanya ikut-ikutan. Ini merupakan ketetapan hati dan tanggung jawab yang menentukan untuk selamanya. Ia menemukan hidup sesungguhnya di dalam Kristus yang tersalib sehingga rela kehilangan nyawanya di dunia yang hanya sementara. Salib yang harus dipikul bukanlah penderitaan pada umumnya yang dialami semua orang, melainkan penderitaan khusus sebagai konsekuensi menjadi murid Kristus.
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta