HIDUPKATOLIK.COM – Hari Biasa; Kej. 28:10-22a; Mzm. 91:1-2,3-4,14-15ab; Mat. 9:18-26.
DALAM Injil, ditampilkan dua orang dengan identitas dan kebutuhan yang sangat berbeda datang kepada Yesus. Seorang kepala rumah ibadat bisa dipastikan seorang laki-laki, memiliki otoritas keagamaan dan sangat dekat dengan Bait Allah datang kepada Yesus dengan permohonan atas nama anak perempuannya. Sementara itu seorang wanita, sakit pendarahan, orang yang dianggap najis yang tidak memiliki otoritas apapun datang kepada Yesus dengan diam-diam untuk kesembuhan dirinya. Kepala rumah ibadat mendekati Yesus dengan cara yang sangat umum, datang dan menyembah di hadapan-Nya dan berbicara dengan lantang apa yang menjadi kebutuhannya. Sementara wanita yang sakit pendarahan itu mendekati Yesus dengan sangat personal, mendekati dari belakang dan menjamah jumbai jubah Yesus, dan hanya berbicara kepada dirinya sendiri.
Cara orang-orang datang dan mendekati Yesus bisa sangat berbeda satu sama lain. Tak seorang pun dari kita datang Tuhan dengan cara yang persis sama. Kepala rumah ibadat dan wanita yang sakit pendarahan itu adalah orang-orang beriman tetapi mereka masing-masing mengungkapkan iman mereka dengan sangat berbeda.
Tuhan menghormati kita dalam keunikan kita. Dia memanggil kita dengan nama, menghormati individualitas kita. Iman Kristen adalah iman komunial; kita bersama-sama menuju Tuhan yang selalu bekerja untuk membentuk sebuah komunitas orang beriman. Namun, sifat komuniter iman kita tidak pernah menghancurkan keunikan kita masing-masing. Seperti Paulus mengakui dengan sangat jelas, gereja adalah satu kesatuan dalam keragaman, seperti tubuh manusia.
Romo Yohanes Leonardus Suharno, SX Formator Postulan Serikat Xaverian (SX) – MA Biblical Studies Catholic Theological Union, Chicago