HIDUPKATOLIK.COM – PAUS Fransiskus menunjuk Pastor Yanuaris Theofilus Matopai sebagai Uskup Jayapura, Papua. Informasi ini diumumkan resmi oleh Uskup Emeritus Jayapura Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM, Sabtu, (29/10/2022).
“Nuncio Apostolik untuk Indonesia menyampaikan kepada saya agar saya mengumumkan di Gereja lokal Keuskupan ini bahwa Paus telah mengangkat seorang untuk menjadi Uskup Jayapura yang baru meneruskan karya kami,” kata Mgr Leo.
Menurut Uskup Leo, Mgr. Yan You, panggilan Uskup Terpilih, adalah imam orang asli Papua.
“Dia asli Papua,” ujarnya disambut tepukan tangan riuh umat yang hadir di Katedral Papua.
“Ini hadiah Natal dan Tahun Baru dari Paus bagi Gereja Papua,” lanjutnya.
Lawan Tradisi
“Matopai” adalah nama adat yang diberikan para tetua adat usai Yan ditahbiskan imam di Nabire, 16 Juni 1991 oleh Uskup Jayapura kala itu, Mgr. Herman Munninghoff, OFM. Matopai dalam bahasa Suku Mee artinya, “membentuk sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada.” Nama ini diberikan karena Yan adalah buah pertama yang dihasilkan Paroki St. Fransiskus Assisi Epouto, Dekanat Paniai, Keuskupan Jayapura. Ia membuka jalan panggilan bagi banyak calon imam dari paroki itu.
Soal imamatnya, Mgr. Yan mengatakan cita-citanya menjadi imam tidak berjalan mudah. Ada banyak tantangan yang dirasakannya di awal-awal keinginan masuk seminari. Tantangan utama datang dari keluarga. Sebagai anak adat, lelaki sulung dalam keluarga harus menikah dan menghasilkan keturunan. Sang ayah sangat paham akan desakan adat ini sehingga berharap Yan mengurung niatnya. Sebab jadi imam, hilang harapan meneruskan keturunan.
“Bahkan paman saya mengirimkan radiogram berisikan pemberitahuan kepada pimpinan biara agar Yan You muda tidak diterima,” cerita Mgr. Yan kala mengingat pamannya Maximus Tatogo dalam radiogram itu secara mengejutkan mengatakan Yan telah menghamili seorang wanita di kampung halaman. Ia harus segera pulang untuk urusan adat dan pernikahan.
“Ini kisah unik dalam panggilan yang dibuat keluarga saya. Hanya mau supaya saya tidak jadi imam. Sebab bagi orang Papua tidak menikah dan menghasilkan keturunan itu tidak menghargai adat. Tapi di balik cerita ini ada pesan bahwa ada solusi dari Tuhan menghadapi masalah rumit dalam panggilan,” sebut Mgr. Yan.
Meski desakan dan berbagai usaha dibuat untuk menghalanginya menjadi imam, tangan Tuhan bekerja. Semakin banyak tantangan, Yan dengan tegar menghadapinya. Baginya menjadi imam itu adalah panggilan. Bahkan bila keluarga harus ditinggalkan, Yan sudah siap. Cinta kepada keluarga harus dilupakan demi Kristus. Seluruh hidup harus dipersembahkan untuk Tuhan.
Di antara semua keluarga, menurut Mgr. Yan, sang ibu adalah yang paling berjasa termasuk mendukung panggilannya dalam doa dan diam. Dengan penuh keyakinan dan secara sembunyi-sembunyi sering mengirimkan dukungan, salam, dan pesan-pesan saat Uskup Yan menjalani studi di seminari.
Tidak mudah bagi Mama Rosa karena harus menghadapi tekanan adat yang kuat. Tapi dengan keyakinan dan usaha yang kuat Mama bisa ‘melawan’ tradisi dan keinginan kaum pria saat itu. “Mama saya membantu panggilan saya meski tahu akan dimarahin oleh bapak dan beberapa paman. Ia kuat dengan air mata, ia meyakini keluarga saya akan pilihan saya. Kekuatan doanya bisa melawan semua itu. Pada akhirnya Mama bahagia melihat anaknya ditahbiskan imam dan kini dipilih sebagai uskup,” ungkap Mgr. Yan.
Nilai Kebenaran
Dalam buku berjudul, “Melodi Prahara: Antara Imamat dan Keluarga,” Mgr. Yan menggambarkan panggilannya sebagai buah dari perjuangan. Buku ini adalah refleksi 25 tahun imamatnya yang menggambarkan bagaimana masa kecil Yan You yang penuh dengan kesederhanaan. Kelahiran Kampung Uwebutu, Kabupaten Paniai, 1 Januari 1961 menyebutkan menjadi pengikut Kristus harus diwarnai kesederhanaan sebagaimana dalam tri kaul para biarawan/biarawati.
Sejak kecil, Yan dididik dalam keuletan sehingga memiliki karakter nilai kristiani yang kuat. Ada banyak kisah kehidupan soal karakter yang diwariskan Lukas You dan Rosalina Tatogo, orangtuanya. Uskup Yan masih ingat beberapa kisah yang pernah dialaminya. Pada usia 6 tahun, Yan menolong seekor anak ayam yang saat itu basah kuyub. Maksud hati ingin menolong Yan dihajar sampai pingsan oleh Lukas. Sang ayah menuduh Yan mencuri ayam orang lain, meski tahu Yan tidak mungkin melakukan itu. Sang ayah ingin memberi ketegasan dan membuktikan kepada pemilih ayam dan orang kampung soal kejujuran hidup Yan. “Bapak saya itu orang teladan di kampung maka ketika saya ditegur secara fisik, saya harus menerima itu sebagai sebuah kesempatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik,” ujarnya.
Pastor Yulianus Mote dalam sebuah pesan tentang Mgr. Yan mengatakan, dirinya seorang yang tangguh dan memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan segala sesuatu. Komitmennya terhadap dunia pendidikan sangat besar, meski harus menentang budaya yang keras di Papua.
“Di setiap tempat pelayanan, Mgr. Yan pasti mengusahakan pendidikan bagi anak-anak. Saya ingat waktu dirinya bertugas di Paroki Jiwika, Dekanat Jayawijaya, Wamena. Uskup Yan bertengkar dengan kepala suku di sana. Waktu itu kebanyakan anak perempuan dilarang sekolah dan disiapkan untuk menikah. Padahal anak-anak pintar dan masih di bawah umur. Pastor Yan berhasil menyelamatkan beberapa wanita dari kawin muda. Mereka lalu protes kepada saya waktu itu,” cerita Pastor Yulianus.
Bagi si Matopai You, kebenaran merupakan prinsip yang dia pegang dalam kehidupannya. Dia tidak berkompromi kalau apa yang dilihat dan dikatakan itu benar. Dengan komitmen kuat, ia tetap mempertahankannya demi kebaikan bersama. “Sesuai dengan namanya yang setia pada kebenaran,” ujar mantan murid Mgr. Yan saat SMA ini.
Wilhelmus Pigai tokoh awam Katolik juga Ketua Informasi Provinsi Papua menambahkan dengan terpilihnya Mgr. Yan sebagai uskup adalah hadiah terindah dari Tuhan untuk tanah Papua. Ini adalah tonggak baru sejarah Gereja di Papua sejak 1894. “Rencana Tuhan itu selalu datang tidak cepat dan juga tidak terlambat. Meski umat Papua menunggu 128 tahun untuk momen ini. Umat yakin Mgr. Yan You akan menjadi pemersatu dan terlibat dengan kehidupan masyarakat Papua,” sebutnya.
Selain sosok yang rendah hati, dia juga memiliki hidup selibat yang baik. Dia layak mendapatkan kepercayaan ini. “Dia seorang gembala yang taat, setia, dan serius dalam imamatnya. Dia tidak paham kiri dan kanan, dia selalu mengambil jalan kebenaran dan keadilan ketika menghadapi semua masalah,” tutupnya.
Biodata
Mgr. Yanuaris Theofilus Matopai You
Pendidikan:
- STFT Fajar Timur Jayapura (1987)
- Magister bidang Psikologi Universitas Gadja Mada Yogyakarta (2007-2010)
- Doktoral bidang Antropologi Universitas Cendrawasih (2020)
Pengalaman Tugas & Karya
- Melayani di Paroki Sta. Maria Binta Laut Kokonau (1983)
- Melayani di Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire (1987-1988)
- Pembinaan di Seminari Tahun Rohani Pondok Emaus Tateli Manado (1989)
- Menjalani masa diakonat di Paroki Kristus Sahabat Kita Nabire (1990-1991)
- Pastor Paroki Kristus Terang Dunia Jiwika Wamena (1991-1998)
- Pastor Paroki St. Wilibrodus Arso Keerom (1998-2003)
- Vikaris Jenderal Keuskupan Jayapura dan Pastor Paroki Kristus Raja Katedral Jayapura (2003-2007)
- Dosen STFT Fajar Timur dan STPK Yohanes Rasul Waena, pembina calon imam Keuskupan Jayapura (2010-sekarang)
- Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Teologi Katolik (2015-sekarang)
- Ketua Yayasan Pendidikan dan Persekolahan Katolik St. Fransiskus Asisi (2015)
- Ketua STFT Fajar Timur (2022)
- Menjadi Uskup Jayapura (2022)
Yustinus Hendro Wuarmanuk
HIDUP, Edisi No. 03, Tahun ke-77, Minggu, 15 Januari 2023