web page hit counter
Sabtu, 23 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Ketua Lembaga Biblika Indonesia, Romo Albertus Purnomo, OFM: Gereja sebagai Kerajaan Surga

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – Minggu, 22 Januari 2023 Minggu Biasa III (Hari Minggu Sabda Allah, Hari Kelima Pekan Doa Sedunia) Yes.8:23b-9:3; Mzm.27:1,4,13-14; 1Kor.1:10-13,17; Mat.4:12-23 (panjang) atau Mat.4:12-17 (singkat)

“TIDAK akan ada Kerajaan Allah di dunia ini tanpa Kerajaan Allah di dalam hati kita.” Kutipan dari Albert Schweitzer, peraih nobel perdamaian (1952), teolog, filsuf sekaligus dokter ini, mengingatkan kembali misi utama Yesus Kristus di dunia ini, yaitu mewartakan dan menghadirkan Kerajaan Allah atau Kerajaan Surga (dalam bahasa penginjil Matius). Injil Matius memperlihatkannya dalam kalimat pertama pewartaan-Nya begitu singkat dan padat: “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.” Apa maksudnya?

Yesus memulai tugas pewartaan-Nya setelah Yohanes Pembaptis ditangkap. Bukan Nazaret, kota kelahiran-Nya yang menjadi pusat pewartaannya, tetapi di Kapernaum. Kapernaum adalah sebuah daerah yang luas, di tepi danau Galilea dan dahulu merupakan bagian dari suku Zebulon dan Naftali (Yos. 19:10-16; 32-39). Kehadiran Yesus di Kapernaum lantas dihubungkan oleh penginjil Matius dengan nubuat nabi Yesaya yang menyinggung dua suku tersebut (Yes.8:23-9:1). Di sini Matius hendak menegaskan, apa yang dilakukan Yesus merupakan pemenuhan nubuat para nabi dalam Perjanjian Lama. Meski demikian, nubuat itu aslinya ditujukan kepada penduduk Israel di Galilea yang mengalami penderitaan dan masa gelap setelah penyerbuan Asyur (732 SM).

Baca Juga:  Pementasan Teater dan Konser Mini “Bukan Pahlawan Biasa” SMA Karya Budi Putussibau

Sebagai “Terang yang besar” – meminjam istilah nabi Yesaya – Yesus memulai tugas pewartaannya dengan seruan: “Bertobatlah sebab Kerajaan Surga sudah dekat.” Di sini, bertobat kiranya berarti lebih dari sekadar merasa sedih dan menyesal atas dosa-dosa yang dilakukan. Kata Yunani yang diterjemahkan dengan “bertobatlah” ini berasal dari kata metanoia. Secara harfiah, metanonia menunjuk pada “perubahan pola berpikir.” Namun, tidak hanya berhenti pada tataran intelektual saja. Metanoia juga melibatkan sebuah transformasi atau perubahan sikap dan perbuatan seseorang. Dalam arti lengkap, dari perspektif Alkitabiah, pertobatan pertama-tama menunjuk pada kesiapan diri untuk melihat kehidupan dan harapan di masa depan dalam cara yang sungguh-sungguh baru, terbuka dan menerima perbuatan Allah yang biasanya mengejutkan sehingga tercipta transformasi hidup.

Baca Juga:  Renungan Harian 23 November 2024 “Lepas Bebas”

Ketika Yesus mewartakan Kerajaan Surga, pada waktu itu telah tersebar keyakinan bahwa bangsa Israel telah ditinggalkan oleh Allah dan takluk oleh pengaruh kuasa jahat. Penjajahan bangsa Romawi di tanah Israel adalah salah satu manifestasinya. Orang Yahudi merindukan kembali masa di mana Allah menjadi pelindung dan pemimpin mereka, yang membentengi mereka dari para musuh yang jahat, seperti pada saat peristiwa Keluaran dari Mesir dan pembuangan di Babel. Karena itu, tidak sedikit orang Yahudi yang berpikir bahwa Kerajaan Surga adalah kerajaan politis yang dipimpin oleh seorang mesias (yang diurapi) dan membawa kepada zaman keemasan seperti pada masa Daud.

Tetapi, pemahaman Kerajaan Surga seperti itu berbeda dengan apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Bagi Yesus, Kerajaan Surga lebih bersifat spiritual. Syarat untuk menciptakan Kerajaan Surga menurut Yesus adalah pertobatan, bukan pemberontakan terhadap pemerintah yang menindas. Kerajaan Surga adalah kumpulan orang-orang yang terpanggil untuk bertobat, sebuah komunitas di mana Allah, yang termanifestasi dalam diri Yesus, sungguh-sungguh hadir dan mengubah hidup mereka.

Baca Juga:  MAJALAH HIDUP EDISI TERBARU, No. 47 TAHUN 2024

Gereja sebenarnya adalah manifestasi Kerajaan Surga yang dicanangkan Yesus dan terus hidup dan berkembang sampai sekarang. Sebab, pada dasarnya, Gereja adalah komunitas orang yang menanggapi seruan Yesus untuk bertobat. Gereja seharusnya menjadi komunitas yang menyadari kehadiran dan karya Allah di dalamnya sekaligus komunitas yang telah mengalami sebuah transformasi hidup karena mendengar Injil dari Yesus Kristus. Selain itu, untuk melanjutkan tugas Yesus sebagai “Terang yang besar”, Gereja seharusnya berani untuk terus menyinari mereka yang masih hidup dalam “kegelapan” dan membebaskan mereka dari belenggu penderitaan dan kesengsaraan.

Namun, ideal indah tentang Gereja di atas tergantung dari kita sebagai pengikut Yesus Kristus. Apakah kita sendiri sudah bertobat dan menyadari Kerajaan Surga sudah hadir? Sebab, selama belum sampai pada kesadaran akan arti pertobatan, mimpi tentang Kerajaan Surga di dunia sekarang ini masih jauh dari kata ‘terpenuhi’.

“Gereja sebenarnya adalah manifestasi Kerajaan Surga yang dicanangkan Yesus dan terus hidup dan berkembang sampai sekarang.”

HIDUP, Edisi No. 04, Tahun ke-77, Minggu, 22/1/203

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles