HIDUPKATOLIK.COM – RENCANA pendirian sebuah Universitas Katolik (Unika) di Kalimantan Barat (Kalbar) datang dari inisiatif Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus. Sejak tahun 2014, Uskup Agus ingin sebuah Unika di Keuskupan Pontianak (KAP) untuk masyarakat di Kalbar secara umum. Rencana ini semakin matang ketika Mgr. Agus melibatkan beberapa intelektual Katolik bersama para pastor Ordo Pengkhotbah (Dominikan/OP). “Tim Tujuh” terbentuk diawali serangkaian pertemuan. Sejalan dengan usaha ini, pada 9 Agustus 2012, Pemerintah Indonesia menerbitkan Surat Edaran tentang Moratorium Pendirian Perguruan Tinggi (SE Dirjen Dikti No. 1061/E/T/2012). Dengan moratorium ini, salah satu anggota tim tersebut menawarkan Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pamane Tolino untuk dikelola KAP. STKIP ini berlokasi di Ngabang, Kabupaten Landak, Kalbar.
Berikut ini tanggapan sejumlah tokoh atas berdirinya Unika Pertama di Pulau Kalimantan tersebut:
Kornelis, Mantan Gubernur Kalbar:
“IDE membangun Unika Santo Agustinus Hippo terjadi di masa kepemimpinan saya sebagai Gubernur. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa orang Dayak juga bisa tampil di kancah nasional dan internasional. Orang Dayak bukan kelas dua di negeri ini tetapi setara dengan semua warga negara, suku manapun. Maka ketika Romo Johanes Robini, OP datang membawa permohonan pendirian Unika, saya berharap sungguh agar Unika ini bisa melahirkan manusia-manusia cerdas dan inovatif. Saya hanya ingin mengangkat martabat orang Dayak menjadi manusia pintar. Jangan sampai dicap sebagai manusia bodoh, primitif, dan miskin.”
Frangky Sibarani, Dewan Pembina Yayasan Landak Bersatu:
“SEBAGAI dewan pembina, paling penting adalah bagaimana mengaktivasi Unika ini agar menyentuh semua orang tanpa kecuali. Hal ini sejalan dengan visi-misi Unika Santo Thomas dengan fokus utama pendidikan kepada orang-orang kecil. Dengan adanya Unika ini harapannya orang Dayak tidak perlu lagi jauh-jauh ke Pulau Jawa atau pulau lain untuk kuliah. Apa untungnya kuliah di luar Kalimantan tetapi indeks pendidikan menurut bahkan indeks pendidikan tidak mengalami perubahan di daerah. Unika Santo Thomas ingin mewujudkan pendidikan yang menyentuh aspek kedaerahan dengan wawasan internasional.”
Samuel, Pj. Bupati Landak:
“PENDIDIKAN adalah dimensi dari indeks pembangunan manusia. Maka Unika ini diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat agar lebih manusiawi. Pemerintah Kabupaten Landak fokus menyelesaikan persoalan pendidikan, maka pemerintah sangat terbuka ketika ada universitas yang bagus di tempat ini. Kami yakin universitas ini akan berjalan maju pesat karena dikelola oleh orang-orang yang luar biasa. Para pastor Pasionis dan Ordo Pengkotbah, para dosen dan Keuskupan Agung Pontianak tentu memiliki misi mulia bagi pembangunan pendidikan di Landak. Untuk itu, pemerintah sangat terbuka dan mendukung penuh agar di tempat ini lahir pribadi-pribadi yang berkarakter cinta tanah air dan Gereja serta peduli kepada sesama.”
Sebastianus Darwis, Bupati Bengkayang:
“GENERASI Muda merupakan garda terdepan dalam membangun bangsa dan sebagai generasi penerus bangsa, dimana generasi sekarang harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih luas untuk kedepannya. Selain itu pendidikan juga sangat berperan penting dalam memajukan negara untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Atas pertimbangan ini, Pemerintah Kabupaten Bengkayang berkomitmen untuk memberi beasiswa kepada generasi muda agar bisa mengenyam pendidikan di tempat ini. Beasiswa diberikan bukan berarti gratis, tetapi diharapkan setelah lulus dari Unika Santo Agustinus Hippo, generasi muda bisa kembali membangun daerah.”
Carolin Margret Natasa, Bupati Landak 2017-2022:
“PENDIDIKAN zaman sekarang adalah berbasis realitas sosial dan budaya setempat. Semua unsur pembelajaran, bahan ajar, sarana belajar, kegiatan belajar, waktu dan tempat, dan hal penting lainnya harus dirancang sesuai dengan situasi, kondisi, dan potensi lokal setempat. Unika Santo Agustinus Hippo bila mengarahkan strategi pembelajaran pada budaya maka hal-hal ini harus mendapat perhatian. Jangan sampai pendidikannya tidak menyasar dan tepat sasaran. Potensi dan profil lulusan dari generasi muda harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat umum yang kecil, lemah, dan tak berdaya. Harapannya mereka memiliki semangat untuk melayani di wilayah terpencil, kepada mereka yang kurang perhatian dan belum mendapat akses pelayanan yang maksimal.
Makarius Sintong, Tokoh Umat Dayak:
“ADA beberapa faktor yang membuat pendidikan menurun salah satunya adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pendidikan. Mereka lebih memilih bekerja (menghasilkan uang) daripada melanjutkan pendidikan. Faktor yang disebabkan yaitu kurangnya kesadaran individu, faktor ekonomi, dan faktor sosial budaya. Faktor sosial budaya disini berkaitan dengan kultur masyarakat seperti pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Maka kedepannya Unika ini perlu mendapat dukungan dari masyarakat, pemerintah, dan Gereja. Dukungan masyarakat yang dibutuhkan diantaranya dukungan moral terhadap para pengajar dan subjek bina. Hal ini untuk menjawab tantangan globalisasi dan kemajuan IPTEK. Sebab usaha ini harusnya butuh sinergitas tenaga pengajar, generasi muda, pemerintah, Gereja, dan masyarakat.”
Yustinus Hendro Wuarmanuk
HIDUP, Edisi No. 48, Tahun ke-76, Minggu, 27 November 2022