HIDUPKATOLIK.COM – Hari Raya Maria Dikandung tanpa Noda Asal.Kej.3:9-15,20; Mzm.98:1,2- 3ab,3bc-4; Ef.1:3-6, 11-12; Luk.1:26-38
HARI Raya Maria Dikandung tanpa Noda Asal ditetapkan sebagai dogma oleh Paus Pius IX pada tanggal 8 Desember 1854 melalui bulla Ineffabilis Deus. Empat tahun kemudian, tanggal 25 Maret 1858, Bunda Maria menampakkan diri kepada St. Bernadette Soubirous di Lourdes dan memperkenalkan diri sebagai, “Aku yang dikandung tanpa noda.” (“Que soy era immaculada concepciou”)
Dalam Perjanjian Lama, perempuan (Hawa) menjadi sarana yang menjauhkan manusia dari Allah dan surga dengan membiarkan diri digodai Iblis karena kesombongannya ingin menjadi seperti Allah. Sedangkan dalam Perjanjian Baru, perempuan (Maria) pula yang menjadi sarana penyatu kembali manusia dengan Allah dan surga dengan kesediaannya bekerja sama dengan Allah dalam imannya yang penuh kerendahan hati, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.”
Memiliki iman yang penuh kerendahan hati tidaklah sesederhana dengan mengatakan, “Aku percaya akan Allah… akan Yesus… akan Roh Kudus… akan Gereja Katolik…”, dst. seperti yang biasa kita lakukan dalam Credo. Iman mengandaikan kepercayaan penuh dengan berani menerima risiko pengakuan iman tersebut, seperti Maria, gadis sederhana tetapi murni jiwa raganya, berani menanggung risiko dirajam batu sampai mati, ketika mau mengandung dari Roh Kudus.
Kita sadar, kesucian Maria datang dari kehadiran Yesus di dalam rahimnya dan kemurnian imannya. Sebagai pengikut Yesus yang mengakui iman akan Tuhan Yesus Penyelamat, kita pun dalam arti tertentu “mengandung” Yesus di dalam hati dan diri kita, karena Ia hadir dalam diri kita. Seharusnya pun kita menyucikan hidup kita supaya layak “mengandung” Yesus dalam diri kita.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Pendidikan Agama Katolik/Etika Sosial Universitas Widya Dharma Pontianak