HIDUPKATOLIK.COM – Pekan Biasa XXXII; Tit 1:1-9; Mzm 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk 17:1-6
KEBAIKAN dan kejahatan adalah realitas yang mewarnai dinamika hidup manusia sepanjang waktu. Ketegangan antara keduanya sering membawa kegelisahan dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku sehari-hari. Selalu ada penyesatan yang melawan kebaikan. “Tidak mungkin tidak akan ada penyesatan, celakalah orang yang mengadakannya,” kata Yesus. Konsekuensi amat berat, si penyesat sesungguhnya tidak pantas untuk hidup.
Allah memberi semua orang kesempatan untuk bertobat. Yesus meminta agar orang bersalah tidak segera dikucilkan namun diajak bicara baik-baik lebih dahulu, diberi tahu dan kalau mereka menyesal, harus diampuni. Menegur dan mengingatkan orang berdosa adalah cara Tuhan mengasihi kita, agar dibebaskan dari upah dosa yang adalah maut. Semua tindakan ini yaitu menegur, menyesal, mohon ampun dan mengampuni, membutuhkan iman.
Rasul Paulus memberi petunjuk agar berhati-hati mencari dan menetapkan tokoh jemaat yang mengemban perutusan menjadi teladan bagi semua orang. Ia harus pribadi yang bijaksana, dapat menguasai diri, tidak angkuh dan tidak serakah. Bagaimana sikapku terhadap penyesat, apakah berani menegur dan memaafkan? Bagaimana sikapku ketika terjebak dalam tindakan penyesatan, apakah rela mengakui dan meminta maaf?
Monica Maria Meifung Alumna Prodi Ilmu Teologi STF Driyarkara Jakarta