HIDUPKATOLIK.COM – Hari Biasa; Gal. 1:6-12; Mzm. 111:1-2,7-8,9,10c; Luk. 10:25-37
DALAM perumpamaan Orang Samaria yang baik hati, ahli kitab bertanya, “Siapakah sesamaku manusia?” Di balik pertanyaan itu ada suatu pengandaian adanya kategori orang-orang yang adalah sesama dan orang-orang yang bukan sesama. Dalam perumpamaan, Yesus justru menunjukkan apa artinya menjadi sesama dari pada menjawab pertanyaan siapakah sesamaku manusia. Di akhir perumpamaan Yesus sendiri bertanya “Siapakah di antara ketiga orang ini, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”
Berhadapan dengan orang yang setengah mati dirampok di pinggir jalan, Orang Samaria itu mengambil tindakan belas kasih yang maksimal kepada orang yang kemungkinan besar adalah seorang Yahudi, musuh orang Samaria. Seorang yang tergeletak setengah mati itu adalah sesama manusia yang sangat membutuhkan bantuan. Yang penting, menurut Yesus, adalah menjadi sesama, dan sesama yang sejati tidak mengajukan pertanyaan, siapa sesamaku manusia, tidak memilah-milah manusia dalam kategori sesama dan bukan sesama. Sesama yang sejati tahu bahwa cinta tidak memiliki batas dan bahwa setiap manusia adalah sesama, termasuk mereka yang mungkin dianggap asing dan bahkan musuh.
Yesus, seperti orang Samaria, tidak membeda-bedakan. Dia memberikan diri-Nya secara setara kepada semua orang, apakah mereka orang Yahudi, orang Samaria atau kafir. Dia meminta pengikut-Nya untuk melakukan hal yang sama. Kita harus mengungkapkan kehadiran belas kasih Tuhan kepada semua orang tanpa diskriminasi.
Romo Yohanes Leonardus Suharno, SX Formator Postulan Serikat Xaverian (SX) – MA Biblical Studies Catholic Theological Union, Chicago