HIDUPKATOLIK.COM – Selain sebagai pusat sejarah perkembangan agama Katolik di Sumatera Selatan, Tanjung Sakti juga merupakan pusat penyebaran agama Katolik pada zaman kolonial.
Sampai saat ini masih berdiri kokoh dua gereja tertua di Desa Pajar Bulan dan Pagar Jati, Kecamatan Tanjung Sakti Pumi. Berdiri sejak tahun 1887.
Banyak benda-benda rohani yang tersimpan selama ini di gudang gereja perlu diselamatkan dan didukumentasikan.
Atas prakarsa Pastor Tutus Purbasaputra, SCJ yang saat ini menjadi Pastor Paroki Santo Mikael Tanjung Sakti, berapa tahun ini, benda-benda rohani yang masih tersebar di keluarga-keluarga umat ataupun yang berada di Belanda mulai dikumpulkan kembali.
Pada Minggu (25/9/2022) Uskup Agung Palembang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono meresmikan museum benda-benda rohani Katolik yang berjumlah lebih dari 80 macam.
Pastor Titus menjelaskan bahwa di Tanjung Sakti saat ini berbagai peninggalan zaman penjajahan, yang sudah tersimpan di museum seperti piala, monstran, (benda rohani ini saat zaman Jepang tahun 1942 disembunyikan di dalam tanah atau di kubur untuk menghilangkan jejak ), organ/piano, dupa, brankas, mesin tik kuno, buku latin, dan makam-makam tua masih terawat dengan baik.
Oleh Romo Titus, benda-benda bersejarah ini disimpan di museum yang letaknya masih satu komplek di gereja. Tujuan museum ini adalah menghadirkan kembali benda-benda rohani tersebut agar nilai nilai sejarah dan kesakralan rohaninya terjaga, serta memperdalam iman warisan yang ada.
Romo Titus berharap, semoga sumbangan-sumbangan untuk melengkapi museum ini akan terus mengalir baik berupa foto-foto umat Tanjung Sakti awal ataupun yang lainnya. Terlebih dua gereja yang masih ada adalah Gereja Santo Mikael dan Gereja Santa Immaculata Pagar Jati. Gereja tertua di Sumatra Selatan ini telah berusia lebih dari seratus dua puluh tahun dan menjadi cikal bakal Keuskupan Agung Palembang.
Gereja Katolik Sumatera Selatan pertama kali didirikan tahun 1887 saat seorang misionaris Jesuit, P.J. Van Meurs SJ datang ke desa kecil di Tanjung Sakti, Pasemah Ulu Manna yang pada masa itu masuk keresidenan Bengkulu.
Van Meurs memulai misinya dengan membuka sekolah bagi anak-anak Pasemah dan melayani pengobatan bagi orang sakit.
Pada tanggal 15 September 1889 Pastor Meurs untuk pertama kalinya membaptis orang Pasemah, sampai Pastor Van Kampen — yang dipanggil nenek oleh masyarakat Tanjung sakti saat meninggal– dimakamkan di taman misi yang tidak jauh dari Gereja St. Mikael.
Laurentius Rami salah seorang sesepuh di Tanjung Sakti mengungkapkan harapan, semoga museum ini menambah wawasan umat Katolik untuk berwisata di bumi Pasemah yang indah menawan.
Umat berharap kepada pemerintah Kabupaten Lahat yang menyatakan bahwa dua gereja ini sebagai warisan cagar budaya, SK ataupun surat penetapannya bisa di sampaikan ke pihak gereja di Tanjung Sakti.
Daris Awalistyo (Palembang)