HIDUPKATOLIK.COM – “PARIWISATA adalah pesta rakyat. Pariwisata bukan hanya pesta turis, tetapi juga pesta kita. Pariwisata bukan hanya gawean orang berduit, tetapi juga lonto leok kita. Pariwisata haruslah berpartisipasi. Tetapi bukan hanya dalam hal kejsehateraan, bukan sekadar penerima pasif keuntungan ekonomi. Berpartisipasi berarti masyarakat lokal menjadi pelaku, menjadi subjek pariwisata, yang mendesain pariwisata sesuai kearifan lokal dan roh spiritualitas setempat.”
Suara lantang Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat disambut tepukan tangan meriah lebih dari lima ribu umat, saat ia mengucapkan kalimat-kalimat itu pada penutupan Festival Golo Koe di Marina Labuan Bajo, Senin, 15/8/2022, sore. Itu adalah hari terakhir Festival yang berlangsung selama sepekan, 8 – 15 Agustus 2022. Pada hari-hari itu, masyarakat di Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur yang menjadi wilayah Keuskupan Ruteng boleh berwisata ke Labuan Bajo, mengalami keindahan alam, kekayaan nilai budaya dan tradisi keagamaan Katolik.
Aneka Kegiatan
Festival dibuka di Marina Labuan Bajo pada Senin, 8/8/2022 dengan parade defile utusan dari 86 paroki dan praparoki di Keuskupan Ruteng, komunitas biara, lembaga-lembaga pendidikan Keuskupan Ruteng, utusan komunitas lintas agama dan kelompok-kelompok etnis di Labuan Bajo. Seremoni pembukaan pada hari pertama dilanjutkan dengan pembukaan pameran dan bazar serta konser musik yang menghadirkan artis nasional asal Manggarai Flores, Ivan Nestorman.
Pameran dan Bazar diselenggarakan selama sepekan, 8 – 15 Agustus 2022. Lokasinya tidak jauh dari ampiteater Marina Labuan Bajo. Di sana, sebanyak 150 pelaku UMKM dan lembaga pastoral yang memamerkan karya mereka. Para pelaku berasal dari seluruh wilayah Keuskupan Ruteng yang mencakup Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur. Ada yang menjajakan produk makanan dan minuman. Yang lain menjual kain tenun ikat, tikar dari daun pandan, topi dan berbagai hasil kerajinan tangan.
Di lokasi yang sama setiap hari, ada pertunjukan musik, teater dan tarian yang dibawakan oleh utusan paroki-paroki, sekolah kelompok-kelompok etnis, dan sangar kesenian. Sedangkan beberapa kegiatan lain dilaksankan di tempat berbeda yaitu bakti sosial pemberian donasi kepada keluarga rentan dan kaum difabel, Kebangunan Rohani Katolik dan seminar kepariwisataan di Gereja Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi.
Dua agenda utama festival yaitu prosesi akbar patung Maria Assumpta Nusantara pada Minggu, 14/8/ 2022 dan Misa inkulturasi pada Senin keesokan harinya. Prosesi berlangsung pada sore hari, dimulai dengan ibadat di Gereja Stella Maris, tidak jauh dari Marina Labuan Bajo. Patung Maria kemudian diarak menuju kapal untuk prosesi di sekitar perairan laut Labuan Bajo. Sebanyak lima puluh perahu nelayan mengiringi kapal yang membawa patung Maria Assumpta.
Dari perairan laut sekitar Labuan Bajo, prosesi dilanjutkan di jalanan mulai dari kawasan Marina Labuan Bajo dan berakhir di Golo Koe pada pukul 20.00 WIT. Ribuan umat mengikuti dengan berjalan kaki sejauh lima kilo meter. Mereka membawa lilin di tangan sambil melantunkan untaian doa lagu-lagu. Di beberapa titik persinggahan, kelompok umat melakukan upacara penyambutan meriah dan tarian-tarian daerah.
Hari terakhir diisi dengan Perayaan Ekaristi inkulturatif dalam rangka Hari Raya Maria Diangkat Ke Surga dan peringatan kemerdekaan Indonesia. Uskup Ruteng Mgr. Siprianus memimpin perayaan meriah itu bersama lebih dari seratus imam konselebran.
Perayaan di ruang terbuka Marina Labuan Bajo dimeriahkan juga tarian yang dibawakan oleh 250 pelajar Seminari Yohanes Paulus II Labuan Bajo. Selain belasan ribu umat, turut hadir pada acara itu Plt. Dirjen Bimas Katolik Indonesia, A.M. Adiyarto Sumardjono. Dia membawakan sambutan Menteri Agama,Yaqut Cholil Qoumas pada akhir Ekaristi.
Pemukulan gong dan kembang api pada akhir Ekaristi menandai penutupan Festival secara resmi. Pemukulan gong dilakukan Mgr. Siprianus didampingi oleh Adiyarto, Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi dan Wakil Bupati Manggarai Barat sekaligus Ketua Umum Panitia Festival Golo Koe, Yulianus Weng. Penampilan artis nasional Citra Skolastika menambah meriah rangkaian penutupan.
Pesan Toleransi
Festival bisa dibilang sebagai pesta rakyat karena perayaan selama sepekan itu dihadiri oleh lebih dari lima ribu warga setiap harinya. Sebagian besar adalah masyarakat lokal yang datang baik pembawa acara dan peserta pameran maupun sebagai pengunjung. Meski perayaan ini diselenggarakan oleh Keuskupan Ruteng, namun masyarakat yang hadir itu bukan hanya orang-orang beragama Katolik melainkan juga yang beragama lain.
Nuansa keragaman budaya dan agama dalam kehidupan masyarakat Labuan Bajo dan Manggarai Raya sangat terasa pada setiap agenda kegiatan festival. Kelompok-kelompok etnis dan agama diberi ruang untuk terlibat dengan membawakan acara pada panggung pentasan. Utusan sekolah-sekolah keagamaan Islam, contohnya, memeriahkan upacara pembukaan dengan drum band. Demikian pula utusan kelompok etnis Bali, Sulawesi dan Flores. Mereka menampilkan tarian dan lagu khas budaya masing-masing. Bahkan pada prosesi patung Maria Assumpta Nusantara, Minggu, 14/8/2022, satu barisan ibu-ibu muslim membawakan lagu-lagu dan narasi tentang perdamaian dan toleransi.
“Dalam Festival, telah kita tunjukkan The New Labuan Bajo. Bukan sekadar terletak pada keindahan alam dan kemegahan fasilitas wisata, tetapi terutama Labuan Bajo yang aman dan damai, toleran dan harmonis, berbela rasa dan berbagi, ramah lingkungan, beradab dan religius,” kata Uskup Siprianus pada penutupan.
Mgr. Siprianus juga menyinggung pariwisata yang mesti melibatkan banyak orang terutama masyarakat lokal seperti yang diupayakan selama Festival. “Kita telah menunjukkan ke seantero Nusantara dan penjuru dunia bahwa pariwisata sejatinya bukan menyingkirkan tetapi merangkul. Pariwisata mestinya bukan memelaratkan melainkan menyejahterakan masyarakat setempat. Pariwisata seyogyanya bukan membuat orang terasing dan tercabik dari budayanya, melainkan dibangun dan bertumbuh dalam keunikan kultur dan kekayaan spiritualitas lokal,” urainya.
Harapan Gereja
Penyelenggaraan Festival sudah direncanakan sejak awal 2022, ketika Keuskupan Ruteng mencanangkan tahun ini sebagai Tahun Pariwisata Holistik. Dengan pencanangan itu, Keuskupan mengangkat berbagai isu seputar pariwisata sebagai fokus karya pastoral sepanjang Tahun. Festival sejak awal tahun memang telah ditetapkan sebagai agenda kegiatan yang melibatkan seluruh umat dan paroki di keuskupan Ruteng.
Perhatian pada pastoral kepariwisataan oleh Keuskupan sejalan dengan pembangunan pariwisata yang sedang digalakkan di wilayah Labuan Bajo dan Flores. Sebagaimana diketahui, Pemerintah Pusat selama beberapa tahun terakhir telah membangun infrastruktur kepariwisataan di Labuan Bajo menyusul penetapan wilayah itu sebagai salah satu dari lima destinasi super prioritas di Indonesia, bersama Danau Toba, Likupang, Borobudur, dann Mandalika.
Perubahan pada tatanan kehidupan masyarakat pun terjadi akibat pembangunan itu. Ada banyak peluang menguntungkan dan memajukan kesejahteraan masyarakat. Tetapi tidak sedikit pula tantangan dan hal-hal buruk yang bisa terjadi.
Keuskupan memandang perlu untuk secara aktif terlibat dalam geliat pembangunan pariwisata Labuan Bajo. “Gereja berpartisipasi dalam gerak maju pembangunan pariwisata karena ia merupakan bagian dari kehidupan manusia seutuhnya yang menjadi subjek pelayanan pastoral gereja. Selain itu Gereja memandang pariwisata sebagai satu upaya mengendus jejak Allah melalui alam ciptaan yang harmoni dan indah,” kata Mgr. Siprianus dalam sebuah video untuk memperkenalkan Festival Golo Koe awal Agustus 2022.
Dalam gagasan dasar Tahun Pariwisata Holistik 2022, ada tiga kata kunci yang menjadi moto sekaligus harapan dari pengembangan pariwisata. Ketiga kata kunci itu adalah berpartisipasi, berbudaya, dan berkelanjutan.
Gereja mengharapkan pariwisata pertama-tama melibatkan banyak orang terutama masyarakat lokal. Kemudian, pengembangan pariwisata itu diharapkan tetap menghargai dan mengangkat aneka kekayaan tradisi budaya setempat. Selain itu, pariwisata juga mesti berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan dan keutuhan alam ciptaan.
Festival dengan berbagai kegiatannya diharapkan menumbuhkembangkan pariwisata Labuan Bajo-Flores yang berakar dan bertumbuh dalam keunikan dan kekayaan kultural dan spiritual setempat. Festival religi kultural ini juga mendorong dan menggiatkan semua kegiatan ekonomi kreatif masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Kerja Bersama
Selain kelancaran, kemeriahan rangkaian acara dan banyaknya pengunjung, kerja kolaboratif dalam penyelenggaraan festival juga menjadi salah satu yang dikagumi dalam penyelenggaraan perhelatan akbar ini. Kegiatan terlaksana atas kerja sama Gereja dengan berbagai pihak, terutama Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat dan Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF) dan lembaga-lembaga terkait kepariwisataan Labuan Bajo.
Kerja sama itu mendapat apresiasi dari sejumlah pihak. Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan mengapresiasi kegiatan yang mencirikan semangat kebhinekaan dengan melibatkan kelompok-kelompok masyarakat lintas agama dan budaya di Labuan Bajo. “Saya mengucapkan terima kasih kepada Keuskupan Ruteng yang berhasil menyelenggarakan keigatan ini dengan mendukung kegiatan ini sebagai wadah berkarya bagi seluruh masyarakat,” katanya dalam video yang dibuat khusus untuk Festival pada 8 Agustus 2022.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno melalui Video yang direkam khusus untuk ditayangkan pada Festival mengatakan kegiatan ini sejalan dengan langkah Kemenparekraf yang ingin membangkitkan pariwisata melalui berbagai penyelenggarakan event yang dapat menjadi atraksi bagi para wisatawan sehingga dapat memberi esensi dan menggerakkan roda perekonomian Indonesia. “Selamat dan sukses untuk Festival Golo Koe,” ungkapnya.
Menteri Komunikasi dan Informatika, Johny G Plate menyempatkan diri hadir. Ia menyapa ribuan peserta dan mengunjungi pameran di Marina Labuan Bajo, Sabtu, 13/8/2022 malam. Dia menyatakan gagasan besar pastoral pariwiasta holistik ini perlu didukung oleh semua pihak sebagai model dari karya pastoral yang menyentuh secara lebih luas di berbagai bidang kehidupan umat.
“Mari kita terus bergandengan tangan merajut semangat kebhinnekaan yang inklusif, menyemaikan kebaikan dan optimisme dalam seluruh karya pelayanan, sesuai tugas, peran dan tanggung jawab masing-masing. Sehingga pada waktunya akan memanen buah-buah kebaikan bagi kemajuan masyarakat,”ajaknya.
Agenda Tahunan
Festival ini merupakan kali pertama terlaksana. Ke depan, ini diharapkan menjadi agenda tahunan Keuskupan Ruteng dalam kerja sama dengan pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam bidang kepariwisataan Labuan Bajo.
Edistasius Endi menyatakan hal ini dalam sambutan pada penutupan. Ia mengungkapkan keberhasilan Festival terjadi berkat kerja kerjas dan kolaborasi dari semua yang terlibat.
“Saya kira ini harus kita budayakan. Tidak hanya di event ini. Saya kira juga tidak hanya berhenti di tahun ini. Kita jadikan momen ini menjadi agenda rutin yang dilaksanakan pada tanggal yang sama untuk tahun-tahun ke depan,” katanya.
Ia berharap kegiatan ini akan dikemas dengan lebih baik lagi di tahun-tahun ke depan. Lebih dari itu, Festival membawa dampak kemajuan bagi masyarakat. “Tahun depan harus lebih lagi menjadi dampak yang luar biasa untuk seluruh sektor sendi kehidupan umat, bangsa dan negara,” imbuh Endi.
Hal yang sama disampaikan Mgr. Siprianus. Secara resmi ia memaklumkan Festival ini menjadi kegiatan rutin tahunan Gereja Keuskupan Ruteng. “Mari kita pulang dengan sukacita, kembali ke paroki-paroki, ke kampung-kampung, ke rumah masing-masing untuk berbagi kegembiraan dan cinta. Sambil tak lupa bersenandung merdu: Festival Golo Koe, aku rindu padamu! Tahun depan kita bertemu lagi di sini,” ungkap Uskup Siprianus.
RD Erick Ratu dari Ruteng
HIDUP, Edisi No. 35, Tahun ke-76, Minggu, 28 Agustus 2022