HIDUPKATOLIK.COM – Para uskup Katolik di Myanmar menuntut penghormatan terhadap kehidupan manusia dan kesucian tempat ibadat, rumah sakit, dan sekolah di negara Asia Tenggara yang dilanda konflik itu.
“Martabat manusia dan hak untuk hidup tidak akan pernah bisa dikompromikan. Kami sangat menuntut penghormatan terhadap kehidupan, penghormatan terhadap kesucian tempat-tempat ibadat, rumah sakit dan sekolah lagi,” kata Konferensi Waligereja Myanmar dalam sebuah pernyataan 11 Juni.
Kardinal Charles Bo dari Yangon, ketua konferensi, dan 18 uskup menandatangani dokumen tersebut, yang dirilis setelah pertemuan umum para uskup di Yangon pada 7-10 Juni, ucanews.com melaporkan.
Junta militer Myanmar terus menargetkan gereja dan institusinya dalam beberapa bulan terakhir.
Lusinan gereja termasuk gereja Katolik di negara bagian Kayah dan Chin telah dihancurkan dalam serangan udara dan tembakan artileri sementara ribuan orang termasuk orang Kristen telah mengungsi, beberapa melarikan diri ke negara tetangga India.
Sedikitnya 450 rumah dibakar oleh pasukan junta di desa-desa Katolik bersejarah Chan Thar dan Chaung Yoe di wilayah Sagaing dalam beberapa pekan terakhir.
Pernyataan para uskup, bagaimanapun, tidak secara khusus menyebutkan pembakaran rumah di desa-desa Katolik, meski menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi yang memburuk di negara itu dan situasi orang-orang yang terkena dampak tanpa memandang ras dan agama.
Mereka mendesak agar bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan diizinkan untuk menjangkau orang-orang terlantar di seluruh negeri.
“Karena CBCM mewakili keadilan, perdamaian, rekonsiliasi, CBCM sangat menuntut semua pihak untuk memfasilitasi akses kemanusiaan ke penderitaan dan pengungsi internal untuk memberi mereka bantuan kemanusiaan dasar,” kata para uskup.
Para pemimpin Katolik juga meminta semua keuskupan di negara itu untuk memajukan perdamaian melalui doa, rosario setiap hari dan merayakan Misa di awal setiap bulan.
Lebih dari 1.900 orang, termasuk lebih dari 100 anak-anak, telah terbunuh dan 14.000 lainnya ditahan sejak kudeta militer 1 Februari 2021.
Pastor Frans de Sales, SCJ; Sumber: Catholic News Servic