HIDUPKATOLIK.COM – PAGI ini saya sedang membuka lemari pendingin di rumah dan mengambil berbagai macam sayur yang ada di dalamnya. Hari ini saya berencana ingin memasak capcay. Saya lalu mulai menata isinya di dalam baskom sayur.
Ada sepotong wortel, beberapa lembar sawi putih, lima buah buncis, sebungkus jamur putih dan tiga buah bakso ikan. Bahan-bahan ini semuanya cukup untuk memasak sayur capcay.
Hmm….. harap dimahlumi ya, karena hanya itu bahan-bahan sayur yang tersedia di dalam lemari pendingin saya.
Lalu saya pun mulai membersihkan, mencuci, memotong dan mau memasak sayur-sayur itu. Saya tidak lupa untuk menambahkan beberapa irisan bawang putih, garam dan lada secukupnya, terkadang saya juga menambahkan sedikit irisan jahe.
Dalam waktu sekitar lima belas menit sayur capcay sudah matang dan tersaji di meja makan. Hmm… mudahkan.. inilah masakan sayur capcay sederhana versi saya.
Mungkin anda akan berkomentar… mana enak, kok engak ada dagingnya atau …..wah sayurnya kurang banyak, atau …..pasti engak seenak masakan saya… dan banyak lagi ya…. Hahaha…
Ketika memasak di dapur kecil ini, saya tidak sendirian . Setiap pagi saya di temani suami yang ikut beres-beres pagi dan dua ekor anabul yang selalu setia menemani. Dua anabul ini selalu memperhatikan gerak gerik kami, sekali-sekali berjalan-jalan mengikuti kemana kami melangkah dan tentunya mengharapkan sesuatu dari kami.
Dari pengalaman masak memasak pagi ini, ada beberapa inspirasi yang terekam di kepala saya. Seakan-akan mau memberitahukan bahwa perjalanan hidup saya ini seperti masakan capcay yang tersaji di meja makan hari ini.
Capcay menurut Wikipedia adalah suatu masakan sayur khas China. Capcay merupakan masakan dengan banyak sayur yang bisa di masak dengan kuah ataupun di tumis. Capcai dalam Bahasa Hokkian berarti sepuluh sayur atau aneka ragam sayur. Karena di dalam masakan ini bisa dicampur dengan berbagai macam sayur sesuai dengan selera anda. Serta bisa ditambahkan berbagai macam unsur daging sesuai dengan keinginan anda.
Lalu kenapa saya bisa mengatakan ada capcay di dalam hidup ini?
Capcay bagi saya berarti beraneka ragam kesempatan dan peristiwa yang dapat diciptakan ataupun dialami untuk membuat hati ini berbahagia, bagi saya dan keluarga tercinta ini.
Contoh kecil pagi hari ini. Ketika saya sedang memasak, suami membantu mencucikan peralatan dapur yang saya gunakan. Karena di rumah, saya tidak memiliki asisten untuk membantu setiap aktifitas yang ada di rumah. Aktifitas sederhana yang dilakukan oleh suami saya ini, bagi saya sangat berarti karena di sana mengandung banyak makna tersembunyi.
Kebersamaan, bersama-sama kami mengarungi dan menjalani hidup ini baik itu suka maupun duka. Ada yang memasak dan ada yang mau selalu membantu membersihkannya. Walaupun tidak banyak yang bisa dibantu tetapi itu sangat berarti.
Peduli, mau terlibat di dalam sesuatu yang merupakan bukan suatu kebiasaannya. Karena dapur lebih identik dengan tempat istri dan suami lebih sering hanya menikmati hasilnya. Karena menurut saya, terkadang suami perlu tahu situasi dan ada apa yang terjadi di dapur. Sehingga suami saya tahu, dimana saya meletakkan sendok, garpu, piring, panci dan lain-lain di dapur.
Damai, ada damai di dalam keluarga. Bisa mengerjakan aktifitas di dapur bersama-sama dan berkumpul bersama untuk makan bersama setiap hari adalah sesuatu yang patut disyukuri. Tuhan memberikan saya dan anda rejeki sehingga bisa diolah dan dinikmati bersama-sama dengan penuh syukur dan damai.
Nah, hal-hal sederhana seperti ini bisa kita ciptakan bersama-sama di dalam keluarga untuk menghadapi capcay hidup ini. Walaupun kehidupan yang banyak ragam ini bisa terjadi setiap hari terkadang tanpa bisa diduga. Dan yang selalu dicari di dalam menjalani kehidupan ini adalah kebahagiaan dan sukacita. Tetapi terkadang kebahagiaan yang di cari itu belum tentu sesuai dengan apa yang diharapkan atau malah sangat jauh dari apa yang diinginkan.
Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. (Pkh. 3:1)
Hari demi hari berganti menjadi dari tahun demi tahun, hingga saat ini. Dari waktu saya masih belia dan hingga kini yang sudah mau memasuki masa tua. Bila saya ingin merenungkannya, pasti banyak sekali peristiwa yang telah terjadi. Peristiwa kehidupan yang terjadi itu seperti capcay, kadang lucu, bikin tertawa dan gembira hati. Bisa juga bikin marah, mengesalkan hati, kecewa dan menangis tiada henti. Semua peristiwa itu pasti akan dialami oleh setiap orang dalam dunia ini dengan porsi yang berbeda-beda sesuai dengan racikan kehidupan yang telah Tuhan berikan.
Peristiwa yang menyenangkan hati dan gembira akan membawa saya kepada ucapan puji syukur dan keinginan untuk selalu memuliakan nama-Nya. Peristiwa duka dan sedih akan membawa saya kepada pembelajaran kehidupan yang harus dicari makna dan perbaikan diri. Mau menerima rencana dan kehendak Tuhan tidaklah mudah karena yang banyak terjadi adalah hanya mau menerima kehendak sendiri dan mempertahankannya.
Yang selalu saya ingat di dalam menjalani kehidupan ini adalah waktu hidup ini adalah milik Tuhan, manusia hanya bisa menjalankannya. Ada waktunya saya diberikan kesehatan dan umur panjang, tetapi ada pula waktunya saya diberikan sakit dan pergi untuk meninggalkan dunia ini.
Saya percaya Tuhan itu sangat baik, karena saya masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri dan waktu yang tersisa ini untuk bertobat.
Belajar untuk menggunakan waktu yang masih tersisa ini dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kehendak Yang Mahakuasa bersama keluarga, komunitas dan orang-orang yang ada di sekitar saya.
Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga, Alumni KPKS Tangerang