web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

What’s in a Name dan Santo Fidelis

5/5 - (5 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – What’s in a name? That which we call a rose. By any other name would smell as sweet. Sepotong kalimat yang sangat terkenal dari drama romantis nan tragis “Romeo and Yuliet”, mahakarya dari William Shakespeare.

Ia ingin mengatakan bahwa sekuntum mawar, walau diganti dengan nama apapun lainnya, tetap akan memberi harum yang sama. Nama tak punya makna. Istilah yang lebih sering kita dengar, “apalah arti sebuah nama”. Apakah benar demikian?

Kita pasti akan menjawab, tidak!. Nama kita masing-masing, khususnya nama baptis mengandung nilai-nilai keutamaan yang patut diteladani. Untuk nama baptis, orang katolik umumnya memilih nama orang-orang kudus dari lingkar kehidupan Yesus atau mereka yang hidup setelah jaman Yesus dan dinyatakan kudus oleh Gereja.

Contohnya banyak wanita memilih nama Maria. Pastilah ini merujuk pada Bunda Maria. Sosok sederhana, rendah hati, dan taat pada kehendak Allah. Maria juga seorang ibu sejati, tabah, tidak mudah emosi, dan selalu menyimpan segala sesuatu dalam hati. Sehingga bila seseorang menyandang nama Maria, sebaiknya ia meneladani sikap hidup seperti Maria.

Ketika cucu saya lahir, saya menyarankan nama Joseph sebagai nama baptis. Harapannya, kelak ia menjadi seorang yang bertanggung jawab, taat akan perintah Tuhan, setia mendampingi keluarga, dan rendah hati, tidak mementing diri sendiri. Karena itulah keutamaan St Joseph yang saya ketahui.

Lalu bagaimana dengan nama baptis saya sendiri. Saya baptis dewasa dan saya memilih sendiri nama baptis. Waktu itu menjelang pelajaran agama berakhir, katekis minta kami memilih nama baptis.

Sayangnya saya belum tahu bahwa nama baptis sebaiknya dipilih dari nama orang kudus yang keutamaan hidupnya bisa kita jadikan teladan hidup. Jadilah saya pilih nama hanya agar kalau disingkat menjadi indah.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga dari Sinode ke Sinode, Terus Bertumbuh dan Berakar

Saat itu saya pilih nama dari satu buku rohani, tapi saya lupa judulnya. Sedihnya beberapa tahun setelah baptis, ketika sadar pentingnya mengetahui riwayat hidup orang kudus yang namanya saya sandang, saya tidak dapat menemukannya. Jadi sampai sekarang saya tidak tahu. Jangan-jangan nama yang saya gunakan hanya tokoh fiktif.

Santo Fidelis

Sebenarnya Gereja punya beberapa orang kudus dengan huruf awal F pada namanya, sama seperti nama baptis saya. Salah satunya adalah Santo Fidelis dari Sigmarigen. Gereja memperingati Santo Fidelis setiap tanggal 24 April. Mari kita sedikit berkenalan dengan orang kudus yang berasal dari abad pertengahan ini.

Pada tahun 1577 di kota kecil Sigmaringen, Jerman selatan, sekitar 70 km dari perbatasan dengan Swiss, lahirlah seorang bayi dari keluarga terpandang. Oleh orang tuanya, ia diberi nama Mark Rey. Ia tumbuh dalam keluarga yang saleh. Sehingga tak heran sejak kecil ia dikenang sebagai anak yang murah hati.

Ia suka berbagi kepada teman-teman bahkan orang asing. Karena berasal dari keluarga cukup mampu, ia dapat menyelesaikan studi filsafat dan hukum di Universitas Freiburg kota Breisgau, sekitar 135 km sebelah barat kota asalnya.

Karena karakternya yang hampir tak bercela, Mark Rey dirujuk oleh profesornya untuk menjadi tutor, mendampingi para remaja bangsawan dalam tur keliling Eropa. Selama menjalani tugas ini, Mark tidak hanya mengajarkan hal-hal duniawi namun juga praktik-praktik keutamaan Kristiani.

Ya praktik bukan sekedar teori, karena Mark mencontohkan semua keutamaan yang diajarkan dalam hidup keseharian.  Enam tahun ia menjalani tugas ini dan semua remaja ini bersaksi, betapa Mark sungguh unggul. Mereka  tak pernah sekali pun melihat Mark marah.

Baca Juga:  MAJALAH HIDUP EDISI TERBARU, No. 46 TAHUN 2024

Mark melanjutkan hidup dengan berprofesi sebagai penasihat hukum. Dengan kepiawaiannya ia dengan cepat dikenal sebagai ahli hukum yang disegani. Ia sering memilih menangani kasus pro bono, karena ia selalu tertarik menolong orang-orang tak mampu.

Namun sayang ia tak nyaman dengan lingkungan kerjanya. Ia yang mencintai kejujuran, menjadi mahluk asing di lingkungan dimana uang dapat membeli keadilan. Hal ini berujung pada keputusan untuk mundur dari dunia hukum dan mengikuti jejak kakaknya yang telah menjadi imam Kapusin.

Nama Fidelis mempunyai arti “seorang yang setia”. Nama ini diberikan sebagai nama biara kepada Mark Rey saat ia bergabung dengan Ordo Saudara Dina Kapusin (OFMCap)pada tahun 1612.

Saat upacara penerimaan, imam pemimpin mengutip Wahyu 2:10c yang berbunyi “Hendaklah engkau setia sampai mati dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.” Kutipan ayat ini seolah menjadi nubuat bagi Fidelis. Kelak ia menjadi martir di Swiss saat membela iman.

Fidelis melanjutkan pendidikan eologi lalu ditahbiskan. Bermodalkan integritas tinggi, dalam waktu singkat ia ditunjuk menjadi guardian, pemimpin Kapusin. Ia mencontohkan dan membimbing para saudara seturut sikap hidup menurut Santo Fransiskus Asisi.

Ke Swiss

Pada 6 Januari 1622, Paus Gregorius XV mendirikan Kongregasi Propaganda Fide (sekarang kita mengenalnya sebagai Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-bangsa), suatu kongregasi dengan tugas menyebarkan Injil. Ada satu misi dari Paus untuk para Kapusin yang tergabung dalam kongregasi ini, yaitu  pergi ke Swiss. Misi untuk mengetahui seberapa dalam penetrasi penganut ajaran Calvinist dan Zwinglian.

Baca Juga:  Renungan Harian 20 November 2024 “Waspadai Iri Hati”

Baru beberapa bulan, kehadiran para Kapusin di Swiss, terlebih Fidelis yang mumpuni dalam berkhotbah dan menyakinkan orang akan iman yang benar, membuat banyak orang berbalik ke pangkuan Gereja Katolik.

Tentu saja ini membuat penganut keras Calvinist dan Zwinglian marah. Mereka menjadikan Fidelis sebagai target utama orang yang harus disingkirkan.

Pagi itu, 24 April 1622, Fidelis seakan mendapat bisikan malaikat, bahwa hari itu adalah akhir perjuangannya. Alih-alih ketakutan, Fidelis yang baru berusia 45 tahun, malah sukacita dan bersemangat.

Memang sudah sering Fidelis memohon dalam doa-doanya agar ia dapat menjadi martir dalam membela iman. Jadi walau banyak saudara (rekan-rekan Kapusin) memintanya untuk tidak berkotbah hari itu, ia bergeming.

Ada dua kisah bagaimana Fidelis menjadi martir. Ada yang berkisah, Fidelis dikeroyok oleh orang-orang bersenjata yang menariknya turun dari mimbar ketika sedang kotbah. Ia dibunuh saat itu juga.

Ada kisah lain dari Pater Leonard Foley, OFM dalam bukunya “Saint of The Day”, Fidelis ditembak ketika kotbah, namun luput.

Saat itu seorang protestan menawarkan diri untuk melindunginya, namun dengan halus Fidelis menolak. Ia berdalih hidupnya ada dalam tangan Tuhan. Ketika dalam perjalanan pulang, Fidelis dihadang orang-orang bersenjata dan dibunuh dengan kejam.

Tuhan mengabulkan harapan Fidelis, ia diperkenankan mati sebagai martir. Martir pembela iman ini memperoleh kanonisasi pada tahun 1746 dari Paus Benediktus XIV. Santo Fidelis diakui sebagai pelindung ahli hukum.

Santo Fidelis, doakanlah kami.

Fidensius Gunawan, Kontributor, Alumni KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles