HIDUPKATOLIK.COM – YUUUUKS… Itu adalah kata pertama yang terucapkan ketika seorang teman melambungkan bola kecil yang sangat ringan itu ke udara untuk pertama kalinya. Pukulan awal dari pertandingan ini dikenal dengan nama servis. Ketika di pukul, bola kecil itu terlebih dahulu harus mendarat di meja pemukul, kemudian bola memantul untuk melewati net dan jatuh dengan manis di bagian meja lawan.
Bola kecil di dalam pertandingan ini dapat menimbulkan kegembiraan bila mendarat dengan baik di meja lawan dan tidak dapat diterima oleh lawan. Bola kecil ini juga bisa menimbulkan kekecewaan bila tidak bisa diterima dengan baik dan keluar dari meja pertandingan. Walaupun di dalam setiap pertandingan pasti akan ada yang menang atau kalah. Tetapi bila di dalam pertandingan itu tidak ada lawannya atau hanya bermain sendiri maka tidak akan terjadi suatu pertandingan. Dan permainan itu menjadi tidak asik dan membosankan.
Perjalanan hidup kita juga bisa seperti pertandingan tenis meja atau ping pong ini. Apa aja ya, yang bisa kita maknai dan renungkan lewat permainan ini? Saya mencoba untuk menemukan beberapa hal yang menarik untuk direnungkan.
Yang pertama, pertandingan tenis meja ini minimal harus dimainkan oleh dua orang. Sehingga ada yang memberi bola dan ada yang menerima bola. Seperti di dalam hidup berkeluarga, ada saatnya saya dan suami harus bisa menerima semua kekurangan dan kelebihan masing-masing. Mau saling mengkoreksi diri, memberi, memaafkan, menerima, membantu dan mendukung satu dengan yang lain. Sehingga perjalanan perkawinan ini bisa dilakoni berdua, bersama dengan kondisi apapun sampai akhir nanti.
TUHAN Allah berfirman: “Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia.” (Kej. 2:18)
Yang kedua, untuk bisa bertanding tenis meja dengan baik dibutuhkan latihan yang rutin atau sering. Perjalanan hidup setiap manusia merupakan suatu proses kehidupan yang harus dijalani, baik itu susah ataupun senang. Apa yang terjadi esok hari dan di masa yang akan datang, tidak ada yang tahu dengan pasti.
Kehidupan setiap manusia di mulai pada saat janin dikandung dalam rahim seorang ibu, kemudian dilahirkan. Tangisan bayi pertama kali dilahirkan menandakan rahmat kehidupan yang baru di dunia ini akan di mulai. Menjadi anak kecil yang belajar merangkak, berjalan, dan akhirnya bisa berlari. Ketika beranjak mulai dewasa, kita akan masuk ke dalam lingkungan sekolah, pekerjaan, komunitas, lalu menikah, berkeluarga, menjadi tua dan akhirnya kembali kepada Bapa. Semua proses pertandingan kehidupan ini akan kita lewati, sukacita atau dukacita akan berbeda ceritanya bagi setiap orang.
Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia. (Yoh.16:33b)
Yang ketiga, dalam pertandingan atau bermain tenis meja tujuan yang saya cari adalah kebahagiaan atau sukacita. Karena dengan bermain tenis meja bersama teman-teman, akan terbangun keakraban, keceriaan dan sukacita sesama pemain. Melepaskan sejenak kesibukan dan rutinitas keluarga untuk berolahraga, agar tubuh berkeringat dan sehat. Bermain tenis meja itu kata mbah google, dapat membantu membangun kekuatan, kecepatan, konsentrasi tanpa menimbulkan resiko cedera serius. Dengan bermain tenis meja secara rutin dapat mencegah terjadinya penyakit Alzheimer atau penurunan daya ingat alias pikun.
Kerja sama yang baik antara otak, mata, tangan dan kaki sangatlah dibutuhkan. Ternyata susah loh… untuk bisa menerima bola kecil yang datang itu kalau kerjasama otak dan kemampuan tangan yang cepat untuk mengambil keputusan itu tidak terjalin dengan baik. Saya andaikan seperti ketika Tuhan memanggil kita untuk terlibat didalam suatu komunitas, doa pribadi, penerimaan sakramen, pelayanan, dll… Apakah kita akan peka akan panggilan itu? Apakah jawaban kita? Langsung dijawab, ditunda, diam saja atau…?
Maka aku menjawab: “Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku masih muda.” (Yer.1:6)
Yang keempat, dalam pertandingan atau bermain tenis meja akan membentuk suatu karakter diri seseorang. Ada waktunya pertandingan itu menghasilkan kemenangan dan kekalahan pada pemainnya. Karena di dalam pertandingan ini saya akan dilatih untuk bisa menghargai orang lain, mau menerima suatu kekalahan, memupuk kebiasaan untuk jujur, tidak sombong saat menang, mau mendukung sesama, mau berbagi dan lain-lain.
Karakter juga terbangun di dalam diri kita masing-masing, apalagi pada masa pandemi ini juga perlu diperhatikan. Dalam situasi yang tidak menentu dan banyak hal-hal baru yang harus diadaptasikan. Ada yang mudah marah, gampang mengkritik orang lain, mau menang sendiri. Tetapi ada juga yang sangat murah hati, siap berbagi, menolong teman-teman yang membutuhkan, rajin berdoa, terlibat didalam pelayanan dan banyak lagi. Disini saya diingatkan kembali oleh Tuhan yang mengajarkan tentang hukum yang utama yaitu kasih. Mau mengasihi dimanapun saya berada, siap ataupun tidak siap waktunya.
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Mat.22:37-39)
Mungkin masih banyak lagi yang bisa saya atau anda renungkan di dalam menjalani pertandingan kehidupan ini. Pertandingan yang banyak diinginkan adalah menang dengan gembira dan penuh sukacita. Terlepas dari dosa dan diampuni sehingga bisa terlahir kembali sebagai manusia yang baru, murid Yesus yang baik.
Masa Prapaskah yang sedang kita jalani ini, merupakan suatu masa untuk memenangkan pertandingan dari hal-hal yang akan membuat kita terjerumus dalam dosa. Mau melakukan sesuatu yang bisa meringankan dosa-dosa yang telah dibuat, baik sengaja ataupun tidak disengaja. Lebih banyaklah memohon pengampunan atas dosa dan bersyukurlah selalu atas rahmat kehidupan yang sangat besar ini.
Tuhan itu Maharahim, Ia berkuasa untuk mengampuni, mengangkat dan membimbing bila ada umatnya yang terjatuh di dalam dosa. Oleh karena itu, mari kita memasuki Masa Prapaskah ini dengan hati yang penuh syukur dan dengan kerendahan hati mau selalu setia berjalan bersama Tuhan sampai pertandingan kehidupan di dunia ini selesai, mencapai garis finish seperti yang diinginkan Tuhan.
Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga, Alumni KPKS Tangerang