web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

BELAJAR MEMBANGUN KELUARGA SEPERTI KELUARGA KUDUS

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – KELUARGA adalah kata yang penuh dengan makna kebersamaan dan kehangatan bersama orang-orang yang kita cintai. Ada sukacita, bahagia, sedih, khawatir, takut dan air mata, semua bercampur menjadi satu disana. Banyak hal yang pastinya dapat terjadi di dalam keluarga dan mungkin susah untuk dijelaskan.

Banyak contoh keluarga yang bisa kita lihat diluar sana. Ada keluarga yang harmonis dan bahagia.  Ada keluarga yang kurang harmonis dan susah untuk keluar dari lingkaran itu. Tetapi itu semua adalah sedikit serba serbi yang ada di dalam keluarga. Keluarga seperti apa yang anda inginkan dan harapkan?

Keluarga terbentuk ketika dua sejoli menyatakan kesediaannya untuk berjanji setia dalam untung dan malang, sehat dan sakit di depan imam yang memberkati mereka di depan altar gereja. Peristiwa  bahagia ini pastinya sangat ditunggu-tunggu oleh setiap pasangan dan hati mereka berbunga-bunga kebahagiaan. Berapa lamakah kebahagiaan itu akan terjadi? Saya mencoba menjawab, tidak tahu…. Mengapa?

Karena ketika saya menyukai dan jatuh cinta pada seseorang, pasti ada banyak keinginan untuk mau selalu bersama. Semua yang saya lihat terkadang adalah hanya hal-hal yang baik, kebahagiaan dan sukacitanya saja. Tetapi ketika keluarga kecil itu mulai terbentuk, maka muncullah satu persatu yang tidak sesuai dengan keinginan diri masing-masing.

Bayangan sukacita dan kebahagiaan itu pelan-pelan menjadi kabur. Belum lagi, banyak hal yang tidak saya ketahui sebelum menikah menjadi hal yang baru, aneh, nyata dan terkadang tidak bisa diterima dengan baik. Karena itu saya dan suami mencoba belajar untuk bisa saling mengerti, menerima, berbicara jujur dan terbuka dari hati ke hati. Kebahagiaan itu bisa diciptakan bila masing-masing pribadi mau saling mengalah, menerima, membuang si ego jauh-jauh  dan mau mengakui kesalahan demi keutuhan dan keharmonisan keluarga.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Banyak pasangan yang membangun keluarga memilih ayat ini; “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kej. 2:24) Ayat ini selalu mengingatkan saya pada arti dari keutuhan suatu keluarga. 

Ketika suatu pasangan  menikah maka ia  akan menjadi satu keluarga bersama dengan suami atau istrinya. Pasangan ini akan bersama-sama memulai menjalani tanggung jawab yang baru di dalam keluarga.  Membangun keluarga yang harmonis, sukacita, solid dan mandiri tanpa orang tua alias berdua saja. Ini bukan berarti kita akan meninggalkan orang tua atau tidak mencintai atau tidak menghormati orang tua. Tetapi lebih kepada belajar hidup mandiri untuk mewujudkan keluarga dengan fondasi yang baik dan kuat. Keluarga seperti apakah yang ingin kita bangun?

Saling berusaha untuk belajar menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga. Mau belajar menerima setiap kelebihan dan kekurangan pasangan. Waktu bertemu secara pribadi  bersama pasangan yang selalu terjaga. Proses belajar suami dan istri untuk bisa saling mengenal satu sama lain, menurut saya ini sangatlah penting. Keberadaan orang tua tetap ada dan sangat penting, tetapi mereka bisa memantau kita dari jauh. Karena untuk bisa menyatukan dua pribadi yang berbeda adalah tidak mudah dan membutuhkan banyak waktu. Banyak hal yang terkadang harus diterima, dimahlumi dan diusahakan hanya untuk kepentingan keutuhan di dalam keluarga.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga dari Sinode ke Sinode, Terus Bertumbuh dan Berakar

Keluarga Kudus

Pesta Keluarga Kudus Nazaret baru saja berlalu, ada Bapak Yusuf, Ibu Maria dan Bayi Yesus. Keluarga kudus ini melambangkan suatu keluarga yang harmonis, taat, sederhana dan saling mengasihi. Bapak Yusuf adalah seorang tukang kayu di kota Nazaret. Ia seorang yang taat, saleh dan sederhana. Kesederhanaannya terlihat dalam pekerjaannya dan cara hidupnya yang biasa-biasa saja di dalam masyarakat. Ketaatan, kerendahan hati dan kebaikan hati bapak Yusuf yang mau menerima Ibu Maria sebagai istrinya. Ia mendampingi, mengajarkan dan membesarkan Yesus, Putra Allah yang menjadi manusia. Peran kebapaannya yang menyelamatkan, menjaga Istri dan Anak dari bahaya. Ibu Maria yang menerima kehendak Allah dan melahirkan bayi Yesus yang kudus. Pasangan yang membawa kedamaian dan pengharapan baru bagi setiap keluarga. Pasangan ini juga yang mau menerima dan mewujudkan kehendak Allah demi kebahagian dan sukacita di dunia.

Pandemi Covid-19 sudah berjalan satu tahun sembilan bulan. Waktu yang cukup lama bagi semua orang di dalam keluarga untuk menjaga ketaatan dan bisa bertahan berada di dalam rumah. Menurut saya pandemi ini membawa berkat dan hal-hal positif  yang bisa terjadi bagi sukacita keluarga. Setiap anggota di dalam keluarga menjadi punya waktu yang lama untuk bisa bercanda, bercerita dan melakukan segala sesuatu bersama-sama. Saya bisa melihat banyak bapak-bapak yang rajin membantu istrinya, untuk melakukan pekerjaan sederhana yang ada di rumah. Pekerjaan mengepel lantai, menyapu lantai, menyiram tanaman dikebun, membuang sampah, mencuci piring, menemani anak belajar dan banyak lagi. Mungkin semua pekerjaan ini ada yang belum pernah dilakukan di masa sebelum pandemi. Hal ini mungkin dikarenakan kesibukan setiap anggota keluarga, sehingga susah atau jarang untuk bisa berinteraksi bersama. Apa saja yang sudah anda lakukan bersama keluarga selama pandemi ini?

Baca Juga:  Kongregasi Misionaris Claris Tingkatkan Kompetensi Para (Calon) Anggota

Kebersamaan di dalam keluarga itu bisa diciptakan dan patut untuk disyukuri karena dapat memulihkan dan mempererat hubungan di dalam keluarga. Bapak lebih punya banyak waktu dan dekat kepada anak-anak dan istrinya.  Ibu bisa lebih kreatif dan terbantu dengan hadirnya anggota keluarga di dalam rumah. Orang tua akan bahagia bila melihat anak dan cucunya damai, rukun dan bahagia.

Mari kita bersama Tuhan Yesus selalu menjaga keharmonisan, kedamaian dan sukacita di dalam keluarga dengan hal-hal yang sederhana. Saling menciptakan kedamaian, sukacita dan kebahagian bersama-sama. Belajar membangun keluarga yang harmonis dan bahagia seperti keluarga kudus, yang sederhana, saling mengasihi, taat dan melakukan yang baik sesuai dengan kehendak-Nya.

Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga, Alumni KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles