web page hit counter
Senin, 25 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Direktur YOUCAT Indonesia Romo Yohanes Benny Suwito: Gaungkan Identitas sebagai Pewarta

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM – Jikalau seorang Kristiani kehilangan identitasnya sebagai pewarta, ia sebenarnya kehilangan identitas sebagai murid Yesus.  

YOUCAT adalah hasil penting dari hati Gereja, Mater et Magistra, sebagai hasil kolaborasi dengan orang muda sesuai dengan anjuran Kardinal Schönborn, yaitu, “Jika ingin melakukan sesuatu untuk kaum muda, lakukanlah bersama kaum muda…” Bagaimana perjalanan YOUCAT Indonesia menggaungkan spiritualitas pewarta dalam diri orang muda Katolik di Indonesia? Inilah nukilan wawancara bersama Direktur YOUCAT Indonesia, Romo Yohanes Benny Suwito via zoom pada Selasa, 30/9/21.

Sejak kapan Romo mengenal YOUCAT?

Seperti orang lainnya, saya mengenal YOUCAT tahun 2011 ketika di Madrid, Spanyol. Nah, saya juga tidak pernah menyangka, buku yang saya lihat itu ternyata membawa saya hingga detik ini.

Lalu bagaimana akhirnya bisa terjun mendampingi YOUCAT Indonesia?

Tahun 2015 saya mendengar bahwa Nadia membuat YOUCAT Center Indonesia di Surabaya setelah ia pulang dari Jerman.  Kebetulan saya studi lanjut ke Spanyol. Dalam perjalan itu, saya mulai dikontak oleh Nadia. Kemudian ia tanya-tanya. Saya sewaktu itu hanya memberi saran-saran saja karena saya tertarik dengan YOUCAT Foundation dan gerakannya. Selama saya di Spanyol, saya tetap berkontak dengan Nadia. Sharing tentang kondisi YOUCAT dan mendengarkan persoalan yang terjadi. Saat itu juga dibimbing oleh ​​Romo Agustinus Budi Tri Utama (Romo Didik-Vikaris Jenderal Keuskupan Surabaya ketika itu). Lalu Nadia memang menawarkan saya kalau pulang nanti bisa mendampingi di YOUCAT. Saya waktu itu tidak menolak. Hanya menyampaikan, “Ya, lihat saja nanti” gitu. Akhir bulan Juni 2017 pulang studi kembali ke Surabaya. Belum dikaryakan ke mana-mana. Dari situ Romo Didik mulai mengajak menemani ke YOUCAT. Saya antusias saja karena melihat YOUCAT ini menarik. Bagi saya, orang muda perlu mendapatkan pemahaman-pemahaman tentang ajaran Gereja. Pertama-tama memang bukan YOUCATnya tapi karena gerakannya. Spirit di YOUCAT itulah yang membuat saya tertarik. Singkat cerita akhirnya saya nyemplung ya, diberikan mandat oleh Keuskupan Surabaya.

Peragaan Permainan Suit YOUCAT.

Saat diberi mandat, apa saja yang Romo benahi?

Saya tidak menyangka di dalam YOUCAT yang sudah berjalan selama hampir dua tahun, ditemui beberapa persoalan. Waktu itu namanya masih YOUCAT Center Indonesia. Saya mulai berpikir YOUCAT mau dibawa ke mana? Saya kira ketika itu Nadia dan teman-temannya punya visi yang baik, tetapi leadershipnya belum ada. Maka saya mulai mempelajari keorganisasianya. Seiring perjalanan waktu saya berpikir, ini nda bisa kalau YOUCAT Indonesia dikerjakan asal-asalan. Suatu gerakan butuh komitmen dan orang yang hadir di situ. Ini menuntut keseriusan yang lebih besar. Maka saya berpikir untuk mencari fulltimer.

Pembenahannya apakah berhenti dengan fulltimer saja Romo?

Tidak, mimpi saya adalah mengembangkan YOUCAT lebih besar. Membangun YOUCAT agar mempunyai fondasi yang baik dan menggerakan supaya visi itu berjalan. Kali ini, masalahnya soal tempat. Kami belum memiliki home base. Mau mengembangkan YOUCAT tapi ya terbatas. Pelan-pelan dirombak sekaligus dikembangkan visi misi yang baru. Bagi saya, YOUCAT itu bukan komunitas melainkan gerakan. Maka yang dilakukan adalah bergerak, berkatekese untuk orang muda, Seperti ke universitas sampai ke pendampingan OMK. Lalu 2018 diadakan Trainers for Trainers (TFT) yang pertama. Berjalan dengan baik, dan saya sangat bersyukur ketika itu pihak KWI juga mendukung, Sekretaris Komisi Kepemudaan KWI saat itu, Romo Antonius Haryanto juga datang ke Surabaya.

Dalam sisi dana, kami juga kesulitan ketika itu. Tapi pengambilan risiko diperlukan dan harus berjalan. Perlahan kami mulai melangkah maju membenahi organisasi. Mulai ada rapat kerja dan melihat perkembangan ke depan hingga jadi seperti sekarang. Apalagi ketika kami punya base camp baru di rumah Sam Ratulangi No. 8, satu kompleks dengan base camp PPM (Pelayanan Pastoral Mahasiswa) tahun 2020. YOUCAT mulai stabil, tertata dan mempunyai program berbagai macam. TFT kedua terlaksana. Dan, ya ternyata pandemi muncul dan kami dituntut untuk mencari jalan pengembangan lain. Salah satunya muncul Study Group YOUCAT. Sebelum pandemi kami sudah sempat diundang keluar, mencoba membuat kerja sama dengan beberapa universitas seperti Atma Jaya Jakarta, Fakultas Pendidikan Agama. Lalu sudah ditawarkan retret tapi gagal karena pandemi. Saya sempat coba-coba mengurus ke Propaganda Fide dan Puji Tuhan mendapatkan dana, suatu rahmat yang bisa membantu kariernya YOUCAT.

Mengapa visi dan misi YOUCAT sempat Romo ubah?

Merombak karena yang sebelumnya masih abstrak. Belum jelas arah tujuannya ke mana. Harus jelas apa yang hendak dilakukan oleh YOUCAT khusus dalam misinya. Pertama-tama kan, membantu formasi pendampingan anak muda dalam pengembangan iman Katolik. Kedua, menyediakan materi pembinaan terutama bagi para pendamping anak muda. Ketiga, mempersiapkan anak mudanya sendiri menjadi saksi iman di tengah masyarakat.

Bagaimana pemaknaan moto YOUCAT, “Amor Veritatis”?

YOUCAT merupakan orang muda. Bagi saya, mereka itu pencari. Sehingga pertama-tama saya memilih Santo Pelindung yakni St. Agustinus. Kenapa? Karena ia adalah seorang pemuda yang mencari kebenaran. Penah galau di masa muda. Akhirnya ia menemukan Tuhan. Nah harapannya, YOUCAT ini membawa anak muda yang galau, yang tidak tahu apa-apa kepada pemahaman yang benar akan imannya. Oleh karena itu, semangat motonya adalah “Amor Veritatis”. Cinta akan Kebenaran. Apalagi di era disrupsi ini, saat segala informasi baik dan jahat ditawarkan dengan bebas, maka dengan metode YOUCAT “Know, Share, Meet, Express” mau menemani dan mempersiapkan orang muda dalam pencariannya mencari kebenaran sejati.

Dalam visi juga dijabarkan bahwa YOUCAT menjadi aktor utama bagi Gereja dalam pewartaan iman Kristiani terutama bagi anak muda. Apakah makna dari aktor utama ini ?

Ya, aktor utama itu mau mengatakan bahwa bukan hanya didampingi, tetapi merujuk pada masing-masing pribadi. Yang mau dikembangkan bukan hanya intelektualnya saja tetapi penataan spiritualnya. Maka di TFT ada pengembangan spiritual sekalian praktik mereka bisa mendampingi anak muda. Bagi saya, tidak bisa seorang pendamping jika tidak memiliki passion di dalam hidupnya. Maka dia punya passion kemudian ada spiritualitas yang membakarnya. Kadang orang lelah mendampingi anak muda. Nah sehingga muncullah doa sang pewarta itu. Itu yang diharapkan. Visinya besar. YOUCAT menjadi semacam tempat pelatihan untuk mencetak katekis muda dari gayanya YOUCAT. Nah itu belum terlaksana.

Permainan Domino YOUCAT

Karena YOUCAT adalah sebuah gerakan, bagaimana Gereja Katolik mendefinisikan gerakan itu?

Gerakan ini bukan dari atas, melainkan dari bawah. Dari awam. Yang membuka kuat gerakan dari awam kan sejak Konsili Vatikan II. Konsili ini melihat kebutuhan zaman, dan kehadiran kaum awam punya kerinduan untuk terlibat dan untuk berpartisipasi dengan Gereja. Maka tumbuhlah gerakan di dalam Gereja. Sebetulnya gerakan ini sungguh-sungguh dibangun yaitu bagaimana Gereja mengundang semua orang melalui Tritugas Kristus (imam, nabi, dan raja) yang ada di dalam Sakramen Baptisnya. Nah inilah roh dari semangat gerakan itu. Sebagai gerakan, tidak bisa tidak harus diakui hidup dalam komunitas. Tapi bukan kemudian jatuh dalam kenyamanan komunitas, takutnya menjadi eksklusif. Gerakan sendiri itu inklusif, membuka diri selebar-lebarnya, dengan cara/metode praktis taktis, supaya kalau dalam YOUCAT, orang-orang merasakan ajaran dari YOUCAT itu mudah dipahami. Maka memang lebih cocok ketua YOUCAT ini awam. Direkturnya juga. Hierarki semestinya hanya semestinya menemani dan membantu.

Tapi, jangan sampai satu gerakan itu jatuh sekadar gerakan yang tanpa dasar, tanpa fondasi, sehingga tidak ada isinya. Maka menanggapi Christus Vivit dan Insturmentum Laboris 2018 yang menggambarkan orang muda “menuntut” pada Gereja agar mereka tahu dan mengerti iman dan ajaran resmi Gereja dengan benar yang kadang tidak diberikan dengan baik. Maka untuk mempersiapkan itu, saya menyekolahkan Ricky di sekolah teologi karena tidak bisa tanpa orang yang mengerti sungguh dan serius dalam gerakan ini. Di Brasil, dua tokoh misionaris YOUCAT belajar teologi bahkan sampai licenciat karena cintanya pada YOUCAT.

Spiritualitas pewarta seperti apa yang diharapkan YOUCAT hadir di dunia orang muda?

Harapannya melalui spiritualitas pewarta ini, seorang anak muda itu bisa menemukan dirinya sebagai seorang pribadi Kristiani dengan pemahaman kuat akan Sakramen Baptisnya yang mengandung Tritugas Kristusnya jadi imam, nabi, dan raja. Ia tergerak mengikuti Kristus dan mau menyampaikan ajaran iman untuk menjadi penjala manusia. Tapi sebagai anak muda, pewarta bukan seorang yang sekadar unjuk gigi lalu menjadi populer, namun mau keluar dari dirinya yang terdalam menjadi pribadi yang mengerti bahwa aku adalah murid Yesus, aku adalah anggota Gereja, maka aku terlibat untuk mengambil peran serta di dalam pewartaan. Mengapa? Karena pewartaan adalah tugas murid Yesus sendiri. Identitas murid Kristus. Jikalau seorang Kristiani kehilangan identitasnya sebagai pewarta, ia sebenarnya kehilangan identitas sebagai murid Yesus. Seorang pewarta dapat dikatakan sukses ketika dalam pikiran, perasaan, dan tindakannya menempatkan Yesus seperti St.Paulus yang berkata, “Bukan aku lagi yang hidup melainkan Kristus yang hidup dalam diriku.” Ini artinya ia sudah sampai ke dalam cita-cita kekudusan di dalam hidup sehari-hari.

Presentasi YOUCAT oleh Uskup Agung Wina, Austria, Y.U Christoph Kardinal Schönborn kepada Paus Benediktus XVI tahun 2011
Dok. Sala Stampa, Vatican

Harapannya?

Perjalanan YOUCAT Indonesia sudah enam tahun. Harapannya YOUCAT untuk Gereja Indonesia agar bisa menjadi rekan Gereja di Indonesia di dalam membangun pendampingan bagi anak muda dan pendampingnya sendiri. Dan kita bisa bersama-sama menjadi pewarta. Mengahsilkan banyak pewarta muda seperti semangatnya YOUCAT.

Felicia Permata Hanggu/Karina Chrisyantia

HIDUP, Edisi No. 50, Tahun ke-75, Minggu, 5 Desember 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles