HIDUPKATOLIK.COM – Pw. St. Lusia,PrwMrt: Bil. 24:2-7.15:17a; Mzm. 25:4-5ab.6.7bc.8-9; Mat. 21:23-27
KECEMBURUAN ahli-ahli Taurat dan para pemuka agama Yahudi terhadap Yesus tak dapat terelakkan. Mereka sendiri tentu merasa tertarik dengan cara-Nya Yesus mengajar, namun itu sekaligus menjadi tantangan yang menjengkelkan hingga mereka menanyakan, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan
kuasa itu kepada-Mu?”. Seharusnya mereka sudah paham akan Yesus melalui Sabda dan tindakan-Nya yang melampaui otoritas manusia.
Bagi Yesus, otoritas atau kuasa yang ada dalam diri-Nya adalah kuasa pelayanan dan kasih. Kuat kuasa-Nya untuk memberdayakan orang lain ke arah transformasi diri menjadi anak-anak Allah.
Dalam kehidupan bermasyarakat tidak jarang kita menjumpai para pemegang kuasa yang memanfaatkan kuasa itu untuk kepentingan pribadi atau kelompok, bahkan cenderung bertindak dengan memaksakan kehendak. Raja Balak meminta Bileam dalam bacaan pertama, untuk mengutuk orang-orang Israel, sebaliknya Bileam tidak melakukan hal itu
tetapi ia mendatangkan berkat berlimpah bagi mereka. Kita belajar dari Bileam
untuk memanfaatkan otoritas yang ada demi pelayanan kasih.
Sr. Grasiana, PRR , Doktor Teologi Biblis dari Pontifi cio Univeritas St. Thomas Aquinas
Angelicum, Roma