web page hit counter
Selasa, 26 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Rorate dan Agape: Tradisi Kuno Adven di Eropa

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – Setiap kali Kalender Liturgi Gereja Katolik memasuki Masa Adven (di bulan Desember), di Eropa sedang mengalami awal Musim Dingin. Sejak berada di Wina, Austria dan Munich, Jerman saya telah 3 kali melewati Masa Adven. Ada sebuah tradisi kuno yang masih terus dilakukan umat Katolik disini.

Pagi hari yang dingin dan berkabut, bahkan kadang bersalju, langit masih sangat gelap walaupun sudah jam 6. Umat bersama-sama menuju gereja. Berjaket tebal, sepatu boots, lengkap dengan topi dan sarung tangan, mereka membawa lentera dari rumah untuk digunakan di gereja dalam Perayaan Ekaristi. Ya, selama Masa Adven, mereka tidak menggunakan lampu saat Misa, melainkan lentera dan lilin-lilin. Tradisi kuno ini dikenal dengan istilah “Rorate.”

Baca Juga:  Telentang di Atas Gunung Sampah, Pastor Mutiara Andalas: Kita Tidak Menyalibkan Tuhan di Tempat Sampah

Rorate, yang diambil dari bahasa Latin jika diterjemahkan dalam Bahasa Jerman “herkommen”, artinya “datanglah.” Tentu saja hal ini berkaitan dengan Masa Adven, masa penantian selama 4 minggu dalam Kalender Liturgi Gereja Katolik sebagai persiapan merayakan Natal.

Rorate yang dilakukan oleh umat Katolik Austria merupakan Perayaan Ekaristi pagi hari seperti Misa pada umumnya. Yang membedakan hanya suasana tanpa lampu, diganti dengan nyala lilin-lilin. Tradisi ini sudah berlangsung selama berabad-abad. Tidaklah heran karena kekatolikan di Austria sudah berusia 18 abad.

Dekorasi altar di salah satu gereja di Wina Austria saat Rorate.

Beberapa umat menjelaskan pada saya bahwa penggunaan lilin sudah dilakukan secara turun-temurun sebagai tradisi rorate. Pada zaman dahulu kala listrik masih sulit dan musim dingin penuh salju, maka umat ke gereja membawa lentera dan dirayakan Ekaristi dengan lentera. Lalu berkembang menjadi lilin-lilin yang indah dan penggunaan lentera hanya untuk bagian halaman gereja. Mereka mempertahankan suasana ini dan tidak ingin menggantinya dengan cahaya dari lampu listrik karena cahaya lilin memberikan suasana hening dan syahdu yang mendalam.

Baca Juga:  Keuskupan Tanjungkarang Memperoleh Tiga Imam Baru: Imam Tanda Kehadiran Allah

Setelah merayakan Ekaristi, mereka akan bersama-sama melakukan Agape, sebuah perjamuan makan pagi bersama. Mereka akan menyantap roti, keju, daging dan minum teh atau kopi. Agape juga berasal dari Bahasa Latin, yang sebenarnya berarti cinta Tuhan kepada manusia yang tak terbatas. Perjamuan makan agape ini dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas cinta kasih Allah dalam kehidupan manusia. Makanan dan minuman yang disantap merupakan sumbangan dari umat kepada Gereja.

Advensgebet

Selain Rorate dan Agape, dilakukan juga kegiatan Advensgebet (Doa Masa Adven). Biasanya dilakukan sore atau malam hari. Masing-masing orang membawa lilin atau lentera. Mereka melakukan rute perjalanan ke beberapa titik lokasi yang telah ditentukan. Kegiatan ini mirip ibadat jalan salib.

Baca Juga:  Rekoleksi Pasutri TNI-POLRI: Siap Menikah, Siap Menderita
Pelaksanaan Advensgebet di Munich Jerman.

Di setiap perhentian, mereka akan merenungkan suatu hal, entah itu berbagai problem yang sedang dihadapi dunia, relasi dengan keluarga dan teman, keperihatinan kemanusiaan, dll serta tentu saja merenungkan ayat-ayat Kitab Suci.

Bagaimana di tempat Anda, tradisi apa yang dilakukan selama Adven?

Suster Bene Xavier dari Munich, Jerman

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles