web page hit counter
Senin, 25 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Sinode Para Uskup Sedunia 2021-2023: Mencoba Menangkap Isi Hati Paus Fransiskus

3.3/5 - (3 votes)

HIDUPKATOLIK.COM Sinode kali ini berbeda dengan Sinode Para Uskup yang pernah ada.  Tiga aspek utama pada tema yang diusung Sinode Para Uskup 2021-2023, yaitu persekutuan (komunio), keterlibatan (partisipasi), dan perutusan (misi). Dengan kata lain, Paus Fransiskus ingin mengarahkan Gereja berfokus pada perutusan, pewartaan, dan gerakan misioner lewat semangat kerendahan hati dan belaskasih. Mempertimbangkan kepentingan itu, proses Sinode ini diawali dari Gereja lokal. Berikut kutipan pernyataan para uskup perwakilan Gereja lokal Indonesia tentang makna, fokus, dan proses Sinode di keuskupan masing-masing.

Selamat Bersama-sama
Ignatius Kardinal Suharyo
Uskup Agung Jakarta

“SINODE ini berbeda dibandingkan tahun sebelumnya. Biasanya hanya para uskup dan wakil konferensi waligereja sedunia yang hadir. Sinode kali ini disiapkan dengan mendengarkan gagasan-gagasan yang muncul dari Gereja lokal (keuskupan). Dengan cara ini, Paus ingin mewujudkan Gereja yang terus membaharui diri. Semangat pembaharuan ini berangkat dari pengalaman pribadinya tentang pengenalan akan Allah yang melahirkan transformasi terus-menerus. Watak sinodal adalah berjalan bersama-sama, tetapi kalau hanya berjalan bersama-sama belum tentu baik, sebab sering terjadi pertengkaran. Maka dibutuhkan proses berjalan bersama-sama dengan Yesus. Khusus di Keuskupan Agung Jakarta, langkah-langkah sinode sudah disiapkan oleh panitia dengan tujuan agar semua umat harus merasa ‘selamat bersama-sama’. Dalam persiapan ini diharapkan ada percakapan rohani, survei online untuk mendengarkan umat, dan secara pribadi umat bisa menuliskan harapan mereka untuk Gereja semesta.”

Baca Juga:  Uskup Agung Palembang: Banyak Intelektual Katolik, Hanya Sedikit yang Mau Berproses

Sharing Akar Rumput
Mgr. Yohanes Harun Yuwono
Uskup Agung Palembang/Administrator Tanjungkarang

“Paus mengundang seluruh umat Keuskupan Agung Palembang dan KeusupanTanjungkarang untuk mengadakan Sinode. Paus ingin mendengarkan masukkan dari seluruh umat beriman. Setiap pribadi dalam kebersamaan dengan umat lain harus aktif bercerita tentang cara hidup menggereja. Paus ingin mendengar sharing dari akar rumput hingga para pejabat Gereja. Maka umat harus jujur mengungkapkan kecemasan dan harapannya di tengah-tengah hidup menggereja. Para uskup berharap ada sharing tentang kerinduan mereka mengenai Gereja sebagai komunio, partisipasi, dan misi.”

Narasumber Utama
Mgr. Fransiskus Kopong Kung
Uskup Larantuka

“UMAT Larantuka diminta dalam Sinode ini untuk berjalan bersama-sama. Di tengah dunia dewasa ini semangat berjalan bersama-sama terasa masih kurang. Hal ini terungkap dalam berbagai persoalan. Ada umat yang masih jauh dari kemurahan hati Gereja yang terbuka bagi semua. Bagi kami, Sinode yang diangkat Paus dimaknai sebagai penegasan kembali cita-cita Gereja di dunia. Salah satu cita-citanya adalah terlibat dalam kehidupan mereka yang kecil, sakit, dan menderita. Begitu luar biasanya mereka yang kecil dan menderita hingga Paus menaruh perhatian kepada mereka. Mereka menjadi narasumber utama bagi Gereja universal. Umat Larantuka diharapkan berbaur satu sama lain agar visi-misi Gereja lokal terarah pada pengembangan dan pembaharuan Gereja universal yang mengedepankan persekutuan, partisipasi, dan misioner.”

Baca Juga:  Keuskupan Tanjungkarang Memperoleh Tiga Imam Baru: Imam Tanda Kehadiran Allah

Tanda Pertobatan
Mgr. Petrus Boddeng Timang
Uskup Banjarmasin

“SALAH satu ciri iman Katolik tertuang dalam perikop Mat. 18:20… ‘Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka’. Sebagai perkumpulan orang-orang yang percaya, Paus berharap umat harus terlibat dalam kehidupan menggereja. Sinode ini akan berpuncak pada sebuah harapan bahwa umat beriman tidak perlu putus asa dan kehilangan harapan untuk mengungkapkan identitas Gereja sebagai persekutuan, memiliki semangat partisipatif, dan terlibat dalam misi. Tiga gerakan ini hendaknya menjadi ciri khas umat beriman di keuskupan kami. Sinode ini diharapkan menjadi tanda pertobatan kepada umat Banjarmasin bahwa umat perlu memberi diri kepada orang lain dalam komunitas kecil, bersama-sama mendengarkan Sabda Tuhan dalam doa dan membaca Kitab Suci, hingga pada akhirnya menjadi misionaris di tengah karya pelayanan sehari-hari.”

Gereja Persaudaraan
Mgr. Johannes Liku Ada
Uskup Agung Makassar

“SINODE ini memiliki model istimewa. Sebutannya saja adalah Sinode Para Uskup, tetapi modelnya melibatkan seluruh Gereja universal. Baru kali ini ada Sinode pada milenium kedua yang modelnya menggali pengalaman umat dari akar rumput. Keuskupan Agung Makassar (KAMS), selama perjalanannya baru dua kali menggelar sinode yaitu tahun 2009 dan 2012. Dalam Sinode Gereja universal ini, Paus mengharapkan umat beriman berjalan bersama-sama dari keluarga, lingkungan, wilayah, stasi, paroki, keuskupan, regional (Asia), hingga universal. Proses ini tidak mudah tetapi inilah makna Gereja persaudaraan, partisipasi, dan misioner. Lewat panitia kecil, KAMS berusaha menampilkan ciri khas Gereja yang lahir dari komunitas-komunitas kecil umat beriman. Sekian lamanya, komunitas-komunitas ini telah menjadi kekhasan pastoral di KAMS.”

Baca Juga:  Rekoleksi Pasutri TNI-POLRI: Siap Menikah, Siap Menderita

Kecemasan dan Harapan
Mgr. Hilarion Datus Lega
Uskup Manokwari-Sorong

“SINODE di Keuskupan Manokwari-Sorong, sebagai Gereja lokal bertumbuh bersamaan dengan isu-isu sosial yang ada di Tanah Papua. Sinode yang artinya berjalan bersama-sama mengajak umat di Tanah Papua khusus Manokwari-Sorong untuk melihat realitas yang mendatangkan perbedaan sebagai persoalan utama. Paus mengajak umat Katolik untuk terlibat sebagai persekutuan umat beriman dan mengerakkan hati umat untuk menjadi misionaris di tengah dunia. Artinya isu-isu dan persoalan di tengah kehidupan bermasyarakat hendaknya menjadi suatu kecemasan yang diharapkan muncul dari refleksi umat beriman di keuskupan kami. Tidak dipungkiri isu-isu sentral ini akan menjadi refleksi di tengah komunitas gerejawi di Tanah Papua dan berharap dari diskusi dan dialog persaudaraan bisa mendatangkan harapan baru bagi Gereja lokal di Tanah Papua.”

Yusti H. Wuarmanuk

 HIDUP, Edisi No. 45, Tahun ke-75, Minggu, 7 November 2021

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles