web page hit counter
Kamis, 21 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

SEMUA KARENA CINTA-NYA…

4/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.COM – SIANG hari ini tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 14.00 WIB. Saya baru saja sampai di depan pagar pintu gerbang gereja. Panas terik sinar matahari menemani saya menapaki langkah satu per satu menuju ke ruangan di bagian belakang gereja. Hari ini saya mendapat suatu tugas istimewa yang langka, yaitu menjadi pembaca bacaan di Misa pemberkatan perkawinan. Perkawinan dari  anak salah seorang sahabat, yang saya panggil akrab mami. Berdebar-debar jantung saya ketika menunggu waktunya untuk memulai tugas itu.

Jam di ruang sakristi menunjukkan pukul 14.57 WIB ketika saya melangkah masuk ke bagian panti imam di dalam gereja. Saya berdiri di ambo menghadap ke umat seakan-akan  memberikan isyarat bahwa acara pemberkatan perkawinan ini akan segera dimulai. Saya mulai membacakan prolog untuk menyambut pasangan pengantin dan keluarga yang sudah menunggu berdiri di depan pintu utama gereja. Misa pemberkatan perkawinan itu pun di mulai dengan diiringi lagu pembukaan. Pastor juga sudah siap menyambut pasangan pengantin itu.

Pasangan pengantin yang berbahagia itu memasuki gereja sambil menebarkan senyum bahagia kepada semua tamu yang hadir saat itu. Berjalan bersama dengan mesra, bergandengan tangan sambil melangkah pelan tapi pasti menuju kedepan altar gereja.

Dengan disaksikan para undangan yang hadir dan pastor, pasangan pengantin ini mengucapkan janji perkawinan untuk selalu setia sampai akhir nanti. Saling memasangkan cincin sebagai tanda janji setia kepada pasangan. Setia pada cinta yang mereka bangun, baik di dalam suka maupun duka, untung dan malang, di waktu sehat maupun sakit. Restu dan doa dari orangtua serta para undangan juga mengiringi langkah awal janji perkawinan ini. Ada senyum bahagia, ada tangis haru dan tetesan air mata ketika upacara pemberkatan perkawinan ini berlangsung.

Baca Juga:  Pementasan Teater dan Konser Mini “Bukan Pahlawan Biasa” SMA Karya Budi Putussibau

“Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya  dan bersatu  dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. (Kej 2:24)

Ayat ini sangat berkesan ketika setiap kali saya ucapkan. Karena sangat jelas menggambarkan makna suatu persatuan yang akan  dibangun oleh dua pribadi yang sangat berbeda. Dua pribadi yang dipersatukan karena cinta. Perkawinan itu menyatukan cinta dua orang  yang berbeda karakter, kebiasaan, kekurangan, kelebihan, talenta dan banyak lagi. Kudusnya suatu perkawinan bagi Gereja Katolik melambangkan cinta yang mesra antara Kristus dan Gereja sehingga tidak dapat diceraikan oleh siapapun kecuali Tuhan sendiri yang memisahkan mereka.

Menyatukan dua pribadi yang berbeda ini tidaklah mudah karena dibutuhkan suatu proses yang sangat panjang dan seumur hidup, untuk bisa saling menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Sebagai pasangan yang mau saling membantu dan melengkapi, agar tujuan kebahagian dan kesejahteraan keluarga bisa tercapai bersama-sama dengan cinta yang luar biasa.

Perkawinan yang saya pahami menurut Gereja Katolik adalah perkawinan yang hanya memiliki satu isteri atau satu suami, yang tak terceraikan dan bersifat Sakramen. Karena ini merupakan tanda cinta kasih dari Tuhan, suami isteri dituntun untuk saling mengasihi, menghargai satu sama lain dan menjadi terang bagi sesama.

Baca Juga:  Renungan Harian 20 November 2024 “Waspadai Iri Hati”

Perkawinan juga merupakan awal dari suatu perpisahan dengan orangtua karena pasangan pengantin ini akan membuka suatu lembaran baru, membangun sebuah rumah tangga yang menyatukan dua pribadi sebagai suami isteri atau pasangan. Bukan karena pasangan pengantin ini tidak lagi mencintai orangtuanya tetapi lebih kepada pasangan ini harus menjadi pribadi dewasa yang saling mendukung pasangannya. Di dalam perkawinan, dua pribadi suami isteri adalah dua pribadi yang harus selalu berjuang saling menyatukan dan membuang segala hal-hal yang bisa membuat pertengkaran atau kesalahpahaman. Keputusan dan pendapat suami isteri atau pasangan adalah yang lebih utama dibandingkan dengan pendapat orang lain. Karena mereka adalah satu… satu hati… satu pikiran.

Kerikil-kerikil kehidupan perkawinan itu pasti akan terjadi. Banyak sekali hal-hal yang mungkin akan terjadi yang tidak sesuai atau tidak seperti yang anda atau saya bayangkan. Kebahagian yang dulu dimimpi-mimpikan tidak sesuai dan akhirnya menjadi bahan pertengkaran antar pasangan. Untuk menghalau semua ini dibutuhkan kerja sama dua pribadi ini untuk bisa saling terbuka, saling mengalah, saling menahan diri, saling menghargai, saling mendukung dalam menghadapinya, saling menjaga kesetiaan cinta, saling belajar untuk membahagiakan dan saling menjaga kedekatan bersama dengan  Tuhan. Lalu  masih ada lagi saling-saling yang lain yang harus diciptakan…. demi kebahagiaan bersama pasangan.

Di dalam kehidupan rumah tangga saya juga banyak hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan saya atau suami. Tetapi dari perbedaan dan permasalah yang terjadi ini saya dan suami belajar untuk bisa menyatukan atau menyelesaikan permasalahan itu. Belajar dan belajar terus dari setiap permasalahan yang timbul, kesalahpahaman yang terjadi, dan kesulitan dalam menjalani kehidupan perkawinan itu. Saya dan suami juga membawa Tuhan, Bunda Maria serta didalam doa-doa untuk menemani dan menjalani kehidupan perkawinan ini. Tanpa Tuhan perkawinan saya mungkin saja sudah kacau balau dan kata jelek yang satu itu akan selalu muncul dan mengintai  kehidupan perkawinan ini… Bagaiman dengan anda?

Baca Juga:  PESAN NATAL KWI DAN PGI: “MARILAH SEKARANG KITA PERGI KE BETLEHEM” (LUK 2:15)

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman, saya juga harus mau berbicara dan mengungkapkan apa yang ada di dalam pikiran ini karena  suami saya tidak mengerti telepati atau membaca apa yang ada dalam pikiran saya. Katanya perempuan itu lebih sering berpikir dengan hati dan perasaan, sedangkan laki-laki lebih banyak berpikir secara logika dan cuek. Hahaha…

Mari kita saling menjaga, menyatukan, mengimani arti dari perkawinan yang dulu telah dibangun dengan penuh cinta. Kembali kepada masa dulu yang penuh cinta, perjuangan dan pengorbanan untuk bisa sampai ke altar gereja. Mengingat kembali janji pernikahan yang dulu pernah saya dan anda ucapkan untuk selalu setia.

Mencintai pasangan merupakan salah satu tanda cinta kita kepada kasih Tuhan. Mari kita berdoa juga semoga waktu yang diberikan untuk bisa berjalan bersama itu semakin panjang dan selalu membawa kebahagian serta sukacita bagi keluarga tercinta.

Saranghae!

Eviantine Evi Susanto, Kontributor, Ibu Rumah Tangga

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles