web page hit counter
Senin, 25 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

“BLACK WIDOW FAMILY” DAN LEM PENGIKAT

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.COM – HARAPAN saya untuk nonton bioskop lagi akhirnya tercapai. Bioskop mulai dibuka lagi di masa pandemi ini mulai September 2021. Film yang saya tunggu-tunggu untuk ditonton di bioskop, akhirnya kesampaian juga untuk saya tonton.

Black Widow, sang janda hitam. Yang ternyata bukan dalam arti seorang “janda” dalam arti harafiah. Film dengan rating 79% di rottentomatoes ini, benar-benar sesuai dengan harapan saya sebagai pecinta film sci-fi action. Pantas saja Scarlett Johansson menggugat Disney karena penayangan film ini di media streaming, yang berpotensi mengurangi penghasilan Scarlett secara pribadi.

 

Plot cerita yang ditawarkan juga menarik. Awalnya diceritakan di tahun 1995 Natasha (sekitar 12 tahun) dan adiknya Yelena (masih balita) adalah anak-anak dari Alexei dan Melina yang merupakan mata-mata Soviet yang ditugaskan di Ohio, USA sebagai sebuah keluarga. Keluarga bohongan yang sengaja dipersatukan ini, hanya bertahan 3 tahun, dan akhirnya ketahuan sehingga mereka melarikan diri ke Kuba. Di sana keluarga ini dipisahkan lagi sesuai kepentingan organisasi. Natasha dan Yelena kemudian dilatih menjadi agen rahasia. Natasha pada akhirnya kita kenal sebagai Black Widow.

Baca Juga:  Rekoleksi Pasutri TNI-POLRI: Siap Menikah, Siap Menderita

Cerita melompat ke masa kini, 21 tahun sejak cerita pertama. Masing-masing anggota keluarga bohongan yang sudah tidak saling jumpa, berkumpul lagi dalam sebuah reuni yang digerakkan oleh dendam kepada Dreykov. Dari reuni inilah bisa kita lihat perbedaan masing-masing anggota keluarga angkat tersebut dalam mengartikan “keluarga” yang pernah mereka jalani bersama-sama selama 3 tahun. Yelena yang dulunya masih balita, adalah yang paling merasa sedih mengetahui bahwa anggota keluarga yang lain menganggap bahwa kebersamaan mereka dahulu hanyalah dalam rangka tugas. Bagi Yelena, masa-masa 3 tahun itu adalah masa-masa terbaik di dalam hidupnya. Hanya di masa itulah dia merasa memiliki keluarga yang menyayangi dan mengasuhnya.

Memang menurut Salivicon G. Bailon dan Aracellis Maglaya (1989) “keluarga” adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan satu kebudayaan. Sehingga keluarga tidak harus memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Tetapi sudah pasti sebuah keluarga memiliki satu lem pengikat yang bentuknya bisa bermacam-macam, yang di dalam film Black Widow, lem itu berupa sebuah tugas.

Baca Juga:  Uskup Agung Palembang: Banyak Intelektual Katolik, Hanya Sedikit yang Mau Berproses

Sangatlah sempurna bila lem pengikat itu adalah Tuhan sendiri, seperti yang dimiliki oleh keluarga Nazareth. Bunda Maria mendapat panggilan khusus untuk menjadi Bunda dari Sang Putera. Santo Yusuf mendapat panggilan khusus menjadi kepala keluarga yang melindungi dan mengasihi. Dan Sang Putera adalah Mesias yang di dalam keluarga menjadi sumber dan puncak kebahagiaan. Semua anggota keluarga selalu memberikan yang terbaik kepada anggota keluarga yang lain.

Walaupun lem pengikat di dalam keluarga Black Widow tidaklah ideal, tetapi ketika menghadapi masalah secara bersama-sama, maka keluarga tersebut bisa bahu-membahu. Tanpa rencana yang dipersiapkan, setiap tokoh berhasil menghadapi lawan-lawannya masing-masing. Dan akhirnya para tokoh merasakan indahnya sebuah keluarga. (Namanya juga film ya?)

Baca Juga:  Renungan Harian 23 November 2024 “Lepas Bebas”

Kembali saya diajak memeriksa diri. Apakah keluarga saya sudah sehati? Kalau tokoh-tokoh di Black Widow punya cita-cita yang sama, apakah saya sudah punya cita-cita yang sama di dalam keluarga? Kalau di dalam perusahaan ada visi dan misi, apakah di dalam keluarga saya ada visi dan misinya? Jangan-jangan saya dan keluarga hanya melewati hidup dari hari ke hari tanpa cita-cita yang jelas, sehingga lem pengikat-nya lama-lama kurang melekat. Masing-masing malah lebih banyak waktu dalam kesibukan individu. Lama-lama identitas keluarga hanyalah karena tinggal di dalam rumah yang sama ☹

Ah, akhirnya saya iri kepada Natasha yang menyadari bahwa keluarganya bersama Alexei, Melina dan Yelena adalah nyata. “It was real to me too,” kata Natasha kepada Yelena adiknya. Keluarga yang saya miliki sekarang adalah nyata. Dan saya ingin mempertahankannya tetap nyata.

Julius Saviordi, Kontributor, Alumni KPKS Tangerang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles