HIDUPKATOLIK.com – 2Kor.1:1-7; Mzm.34:2-9; Mat.5:1-12
Paulus menyapa umat Korintus dengan penuh syukur, seoah-olah seorang ibu menyapa anak kesayangannya. Ia bersyukur atas umat Korintus bukan karena fasilitas dan pelayanan istimewa yang diberikan umat kepadanya ataum kepada Timotius, melainkan karena kesediaan mereka untuk turut menderita sengsara demi Injil bersama Paulus. Itulah penghiburan besar bagi Paulus.
Yesus dalam Khotbah di Bukit memang memaparkan bahwa kebahagiaan murid Tuhan bukan terletak pada hal-hal material maupun kesenangan duniawi belaka. Kebahagiaan sejati justru lahir dari kualitas rohani (miskin secara rohani, berdukacita/”solider dengan
penderitaan sesama”, lemah lembut, lapar akan kebenaran, murah hati, suci hati, cinta damai) dan kesanggupan menderita karena kebenaran Injili. Itulah kebahagiaan yang tahan uji dan langgeng.
Menjadi saksi dan pewarta Injil tidak diukur dengan kesuksesan menjaring sekian banyak pengikut, kepopuleran nama, maupun kemakmuran ekonomi. Kriteria pewarta Injil yang otentik justru diuji di dalam kesulitan, tantangan, penderitaan dan kesengsaraan yang
dialami, apakah mampu bertahan dan mengatasinya? Kemampuan menahan derita datang dari Roh Tuhan; karena itu seorang saksi Injil harus tetap rendah hati terbuka kepada karya Roh di dalam dirinya.
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap, Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak, Kalimantan Barat