HIDUPKATOLIK.com – Kis. 17:15.22–18:1; Mzm. 148:1-2, 11-12ab, 12c-14a, 14bcd; Yoh. 16:12-15
KOTBAH Paulus di Aeropagus di Athena tetap menjadi satu model yang paling menantang bagi para misionaris yang mau menginjili kebudayaan atau menginkulturasikan Kabar Gembira dalam konteks budaya setempat. Sasarannya adalah menemukan titik perjumpaan yang tepat sehingga pesan Injili bisa meresap masuk dalam cara berpikir orang dengan latarbelakang budayanya sendiri. Kecakapan ini adalah anugerah istimewa dari Allah yang menghendaki orang diselamatkan dalam totalitasnya. Oleh karena itu apa yang dilakukan oleh Paulus sesungguh bukan sekadar satu penyesuaian budaya, melainkan satu usaha menuntun orang untuk sampai pada pengenalan kebenaran yang sejati. Persis seperti yang dijanjikan Yesus sendiri, “apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 16:13). Inkulturasi Kabar Gembira dengan demikian adalah satu usaha bersama terus menerus antara pewartanya sendiri yang harus belajar (satu docibilitas misioner) bagaimana caranya agar inti iman kristiani
itu dapat dipahami dalam konteks budaya yang baru. Demikian pula umat harus terus menerus belajar untuk menerima dan menyambut pesan universal itu dalam bahasa dan kenyataan yang lokal dan nyata, yakni dalam konteks kehidupan mereka sendiri.
Romo Vitus Rubianto Solichin, SX, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta