HIDUPKATOLIK.com – Kis. 6:8-15; Mzm.119:23-24, 26-27, 29-30; Yoh.6:22-29
KITA tidak bisa begitu saja menuduh orang-orang Yahudi yang meminta Yesus disalibkan sebagai orang-orang yang tidak beriman. Juga kita tidak bisa langsung menghakimi orang-orang Yahudi yang mengadili Stefanus sebagai orang-orang yang tidak percaya. Mereka adalah orang-orang beriman kepada Allah sejak dari nenek-moyang mereka, Abraham, yang hidup seribuan tahun sebelumnya. Namun, bagaimana mungkin kaum Yahudi beriman
kepada Allah ini bisa sampai meminta Yesus disalibkan dan menuduh Stefanus sebagai
orang murtad?
Percaya kepada Allah sering terekspresikan sesuai dengan cara pemahaman dan cara pandang seseorang. Seorang teroris yang membunuh atau mengebom pengikut agama lain mungkin merasa diri sebagai seorang yang sangat beriman, karena cara memahami imannya yang unik. Ia bisa saja salah di mata orang banyak, namun benar dalam pemahamannya.
Karena itulah orang-orang Yahudi sulit memahami Yesus yang mengangkat hukum Taurat ke dalam dimensi yang baru, yang mlebih menyeluruh dan universal. Mereka melihat Yesus hanya pembuat mukjizat, bukan Mesias yang dijanjikan. Pesan Yesus terasa asing bagi mereka. Malahan Yesus dinilai sebagai bidaah, penghujat Allah. Beriman yang otentik berarti bersedia menyelaraskan hidup dan pemahaman kita sesuai dengan hidup dan cara pikir Yesus. Dan itu tidak mudah, baik orang Yahudi dulu maupun mungkin bagi kita sekarang. Siapkah kita?
Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap Dosen Kitab Suci STT Pastor Bonus, Pontianak, Kalimantan Barat