HIDUPKATOLIK.com – Kis. 2:36- 41; Mzm. 33:4-5, 18-19, 20-22; Yoh. 20:11-18
DI tengah pandemi, kesedihan seakan mengakrabi hidup kita. Kabar-kabar duka datang silih berganti ketika kenalan dan kerabat satu per satu pergi mendahului. Tentunya hal itu memukul perasaan kita, sebab mereka ini adalah orang-orang yang kita kasihi, kita andalkan, mungkin juga menjadi tempat kita bersandar.
Maria Magdalena mengalami hal itu ketika Yesus wafat di kayu salib. Kesedihannya semakin mendalam ketika ia mengira jenazah Yesus hilang dicuri orang. Saat Yesus yang bangkit menjumpainya, penuhlah ia dengan sukacita. Tangan Yesus ia pegang dengan erat, sampai-sampai Yesus berkata, “Janganlah engkau memegang Aku terus” (TB2).
Kebangkitan Yesus menyadarkan kita bahwa kematian bukanlah titik akhir. Ini justru titik awal dimulainya kehidupan baru. Karena itu, relakan Yesus pergi. Jangan dihalang-halangi, sebab Ia memang harus kembali kepada Bapa. Kepergian itu tidak berarti Ia meninggalkan kita. Yesus terus berkarya dalam berbagai macam bentuk. Yesus bahkan hadir di dalam
hati kita masing-masing, sehingga Ia sebenarnya tidak pergi ke mana-mana.
Jarot Hadianto, Unit Naskah dan Penerbitan Lembaga Biblika Indonesia