web page hit counter
Minggu, 24 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Apakah Boleh Doa Tanpa Menyebut Amin

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM Romo, apa sebenaranya arti kata “Amin?” Kenapa sebegitu powerful? Jika kita doa tanpa menyebut “Amin”, apakah doa itu afdol?

Frederica, Depok

Mungkin, tanpa disadari banyak orang ternyata tidak memahami kata “Amin”. Padahal, kata ini tidak pernah terlewat dalam doa yang diucapkan setiap hari, bahkan dalam perkataan antarsesama dalam kehidupan sehari-hari. Kata “Amin” terkadang bagi sebagian orang, adalah suatu kata “wajib” untuk mengakhiri doa. Dan, bagi sebagian orang, kata “Amin” menjadi seperti jawaban seorang beriman untuk meng-iyakan sesuatu yang berhubungan dengan pengharapan. Namun, “Apa sebenarnya kata ‘Amin’ itu?”

Kata “Amin” secara etimologi berasal dari kata “aman” dalam Bahasa Ibrani yang berarti “dia memegang teguh”, “sungguh”, “benar”, “jadilah demikian”. Selain itu, sebagai kata, “Amin” ini berhubungan dengan kata “emet” dalam bahasa yang sama, yang berarti “kebenaran”. Berdasarkan hal ini, kata “Amin” mempunyai makna yang bukan sekadar kata “iya” akan sesuatu tetapi berhubungan dengan Allah sendiri sehingga kata “Amin” senantiasa berhubungan dengan Allah.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Dalam Kitab Suci, Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kata “Amin” muncul beberapa kali. Kitab Yesaya misalnya menggunakan kata “Amin” untuk mengungkapkan “Allah kebenaran” yang hendak mengatakan bahwa Allah itu setia pada janji-Nya. Dan Tuhan Yesus sendiri dalam Injil sering kali menggunakan kata “Amin” sebagaimana dalam Injil Bahasa Latin Tuhan Yesus mengatakan: “Amen, amen, dico vobis”. Seruan Tuhan ini bukan sekadar kata yang tampak dibuat- buat, tetapi kata ini adalah suatu kata “untuk menekankan pada ajaran yang disampaikan-Nya di mana ajaran itu memiliki kebenaran yang berasal dari Allah” (Bdk. KGK 1063). Oleh sebab itu, Katekismus Gereja Katolik (KGK) yang mengutip kata-kata Sirilus dari Yerusalem menegaskan bahwa “Dengan perkataan ‘Amin’, artinya ‘Semoga terjadi’, kamu mengesahkan isi doa yang diajarkan Allah” (KGK 2856). Kata “Amin” bisa disebut powerful karena seorang pribadi meyakini dengan segenap imannya akan doa yang diserukan dan dilambungkan kepada Allah. Dan apalagi “Yesus Kristus sendiri adalah ‘Amin’ (Why. 3:14). Ia adalah Amin dari cinta Bapa yang definitif terhadap kita” (KGK 1065).

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Selain itu, kata “Amin” bagi orang Katolik adalah kata “menerima dengan sebulat hati”. Kata yang sederhana tetapi bermakna. Inilah sebabnya Paus Yohanes Paulus II dalam Ecclesia de Eucharistica menunjukkan bahwa sikap Bunda Maria ketika menerima pesan dari Malaikat Gabriel untuk menjadi Bunda Allah adalah bentuk ungkapan “Amin”. Artinya, Bunda Maria menerima dengan sebulat hati, dengan kepercayaan pada panggilan menjadi Bunda Allah tersebut. Dan sebagai ungkapan penerimaan kepercayaan total dengan sebulat hati, kata “Amin” terdapat dalam “Syahadat” yang sebenarnya juga merupakan ungkapan kata yang sama dengan “Aku percaya”. Oleh sebab itu, tepatlah jika Santo Agustinus menyatakan: “Semoga syahadatmu merupakan cermin bagimu. Pandanglah dirimu di dalamnya, untuk melihat, apakah engkau juga benar- benar percaya segara sesuatu, yang engkau harus percaya. Dan bergembiralah setia hari akan imanmu” (Sermon 58, 11,13).

Baca Juga:  Keuskupan Tanjungkarang Memperoleh Tiga Imam Baru: Imam Tanda Kehadiran Allah

Kini, “Bagaimana jikalau seorang berdoa tidak mengucapkan kata ‘Amin’?” Secara sederhana, berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan di atas, doa sudah semestinya selalu menggunakan kata “Amin”. Artinya, seorang beriman yang berdoa kepada Allah Bapa menyatakan kesungguhan hatinya bahwa dia percaya pada Tuhan yang disembah dalam doa. Selain itu, sebagai orang beriman, seorang yang percaya pada Kristus Yesus, kata “Amin” adalah ungkapan batin dan bukan kewajiban sehingga tanpa “Amin” seorang beriman belum menyampaikan keyakinannya secara sempurna. Oleh sebab itu, sudah sepantasnyalah dan semestinya kata “Amin” diungkapkan dengan keseluruhan diri ketika seorang itu berdoa.

HIDUP NO.10, 7 Maret 2021

 

Romo Yohanes Benny Suwito
(Dosen Teologi Institut Teologi Yohanes Maria Vianney, Surabaya)

 

Silakan kirim pertanyaan Anda ke:

re**********@hi***.tv











atau WhatsApp 0812.9295.5952. Kami menjamin kerahasiaan identitas Anda.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles