web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Awalnya Hanya Biji Sesawi, Ursulin (OSU) Tumbuh Menjadi ‘Pohon’ Besar di Indonesia: Pada Perayaan 100 Tahun, Ibu Fatmawati Hadir

Rate this post

TEMA perayaan 165 tahun Biara Ursulin dan persekolahan Ursulin Santa Maria Juanda Jakarta adalah, “Bertahan dan Maju Sampai Akhir”. Tema ini menjadi penting mengingat perayaan tahun ini dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19. Tidak gampang. Pandemi memaksa setiap orang untuk berjuang, termasuk para Suster Ursulin. Sekolah-sekolah Santa Maria ditutup dengan pembelajaran jarak jauh, juga kehidupan asrama diliburkan.

Perayaan 165 tahun ini dilaksanakan dalam kesederhanaan dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Walau begitu, kata Ketua Museum Santa Maria Juanda, Jakarta, Sr. Lucia Anggraini, OSU, refleksi tema perayaan 165 tahun ini bukan semata-mata karena situasi pandemi. Tema ini adalah kata-kata St. Angela Merici, pendiri Ordo Ursulin, yang terdapat dalam Prakata Regula St. Angela nomor 10. Sebenarnya masih ada lanjutan kata-kata ini: Bertahan dan maju sampai akhir. Permulaan yang baik tidak cukup tanpa ketahanan.

“Para suster menyadari benih awal yang baik dari para perintis harus diakhiri juga dengan karya-karya yang manis. Penting dicatat bahwa untuk mengawali sesuatu atau mengakhiri sesuatu tidak cukup dengan perjuangan, paling penting adalah ketahanan,” ungkap Sr. Lucia.

Berbagi dalam Kesederhanaan

Bagi Sr. Lucia, ketahanan itu menjadi sangat penting dalam perayaan 165 tahun. Atas semangat itu, Ursulin berusaha merayakan 165 tahun ini dengan tetap memperhatikan semangat awal yang telah ditanamkan para pendiri. Semangat berbagi dalam hidup komunitas, dalam hidup doa, dan dalam karya khususnya di bidang pendidikan menjadi semangat utama yang terus dipertahankan.

Sr. Lucia Anggraini, OSU

Perayaan kesederhanaan itu diungkapkan dalam beberapa kegiatan. Ada “Tour the Biara episode 16”, tanggal 6 Februari 2021 dengan tema, “Dulu dan Sekarang Biara Ursulin Juanda Jakarta”. Selain itu, ada Misa syukur secara live streaming yang diadakan pada 15 Februari 2021.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Dalam khotbah Misa syukur, Ketua Komisi Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Jakarta (Komisi Komsos KAJ), Pastor M. Harry Sulistyo menyebutkan, dalam semangat ketahanan terkandung dua tindakan yaitu usaha dan keaktifan. Kalau mau bertahan dan maju terus, kata Pastor Harry, tentu ada prinsip-prinsip yang penting, setidaknya ada usaha dan panggilan untuk terlibat aktif.

Selanjutnya, syarat agar terus bertahan dan maju sampai akhir adalah berbahagia. Bahagia itu terjadi ketika kita mau memberi diri untuk orang lain. Bahagia itu kala kita diajak untuk memberi ketimbang menerima. Sebab situasi pandemi ini, banyak orang membutuhkan pertolongan. Kala kita menolong orang lain, di situ kita juga sedang menolong diri sendiri. “Saya pikir para Suster Ursulin telah melakukan tindakan berbagi itu dengan sangat baik dari awal hingga hari ini,” ujar Pastor Harry.

Selain Misa syukur, perayaan 165 tahun ini menghasilkan sebuah karya yang diperbaharui yaitu terbitnya buku berjudul, “Ursulin Santa Maria Jakarta: Pendidik Perempuan Pertama di Indonesia”. Buku setebal 250 halaman ini memberi gambaran jelas tentang kehidupan komunitas, kehidupan doa, dan kehidupan karya para Suster Ursulin dari sejak menginjakkan kaki di Batavia hingga sampai hari ini.

“Buku ini memberi gambaran yang jelas tentang karya-karya para Suster Ursulin khususnya di bidang pendidikan. Sejarah mencatat, Ursulin adalah pendidik perempuan pertama di Indonesia. Lewat Ursulin, banyak suster yang kala itu kurang mendapat pendidikan bisa menikmatinya hingga kini 165 tahun,” ujar Sr. Lucia.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Rasa Bangga

Di Indonesia, karya pelayanan pendidikan para Suster Ursulin ada di berbagai tempat, seperti Jakarta, Banten, Bandung, Sukabumi, Surabaya, Madiun, Sidoarjo, Malang, Pacet, Klaten, Surakarta, Ende, Atambua, Labuan Bajo, dan di Kotamubagu, Sulawesi Utara. Pendidikan yang dilakukan mengarahkan setiap peserta didik agar memiliki kemampuan untuk menyelaraskan kebudayaan dan iman, serta dapat menjadi ragi Injil di lingkungannya.

Sr. Agustina Dede Mite, OSU

Kepala Asrama Suster Santa Maria Juanda, Sr. Agustina Dede Mite, OSU menambahkan dirinya merasa bangga tinggal dalam komunitas Ursulin Jalan Juanda. Komunitas ini adalah komunitas awal yang menandai kehadiran Ursulin di Batavia. Sebagai komunitas awal, para Suster Ursulin dituntut untuk menjadi role model bagi kehidupan komunitas, kehidupan doa, dan kehidupan karya.

Kini, para Suster Ursulin di Jalan Juanda hidup dalam komunitas dengan aneka usia, terpaut 21 – hampir 95 tahun. Tinggal bersama dalam satu biara, sudah tentu dengan macam-macam karakter. Setiap Ursulin berusaha saling memahami dan mengenal satu sama lain dengan keunikannya masing-masing. Setiap suster berusaha menghidupi spiritualitas St. Angela Merici, dengan menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya.

Ibu Negara, Fatmawati Soekarno membuka pameran dalam rangka 100 tahun Santa Maria tahun 1956.

St. Angela pernah mengatakan, jangan berkecil hati, apabila Anda merasa tidak mampu memahami dan menjalankan semua tugas yang menjadi tuntutan, yakin dengan sebulat-bulatnya bahwa Allah akan membantu kami dalam segala hal. Sebab, bila kita bertindak, maju, percaya, dan berusaha dengan segenap hati maka kita akan menyaksikan hal-hal yang menganggumkan yaitu kemuliaan Allah dan kebahagiaan “jiwa-jiwa”.

Dalam konteks menyelematkan “jiwa-jiwa” Sr. Agustina merasakan benar pandemi ini membuat ia mulai merasa rindu hidup bersama anak-anak asrama Santa Maria. Kini ada orangtua yang sudah mengeluh karena pandemi ini membuat kebiasaan hidup anak-anak “tidak normal” lagi. “Perilaku-perilaku anak-anak asrama tidak lagi seperti hidup bersama di asrama dibawah asuhan para suster,” ujar Sr. Agustina sambil tersenyum.

Baca Juga:  PESAN NATAL KWI DAN PGI: “MARILAH SEKARANG KITA PERGI KE BETLEHEM” (LUK 2:15)

“Kami mendapat tugas berat kala pandemi berakhir. Setidaknya anak-anak yang sudah lama hidup di komunitas harus mulai kehidupan asrama dari awal lagi. Tapi itulah tugas yang diberikan Tuhan kepada kami,” tambahnya.

Walau di tengah pandemi,  ada keyakinan baru yang hendak disampaikan para suster kepada umat beriman. Bahwa St. Angela adalah orang kudus yang selalu dijiwai Roh Kudus. Ia melangkah dengan pasti, walau melawan arus. Meskipun berpakaian jubah kuno seorang Ordo Ketiga Fransiskan, ia adalah Santa moderen. Ia secara khusus hadir di tengah-tengah gadis dan remaja, secara khusus kaum perempuan abad ini.

Seorang santa yang menanam sebiji sesawi kecil di Gereja zamannya, kini biji itu telah menjadi pohon besar dengan banyak cabang. Suster-suster Santa Angela telah tersebar ke seluruh dunia. Religius Ursulin dan mitra-mitra Ursulin adalah saudara-saudari seiman yang disatukan dalam cinta dari ibu yang sama yaitu St. Angela Merici.

“Lagi-lagi saya bangga menjadi saksi sejarah perayaan 165 tahun ini, tinggal bersama para suster di komunitas bersejarah, merayakan perayaan ini dalam kesederhanaan karena pendemi. Paling berbangga adalah pandemi tak menghilangkan rasa sukacita untuk merenungkan karya-karya agung dari St. Angela Merici,” ujar Sr. Agustina.

Yusti H. Wuarmanuk

(HIDUP, Edisi No. 09/28 Februari 2021)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles