HIDUPKATOLIK.com – Yeh. 37:21-28; MT Yer. 31:10, 11-12ab, 13; Yoh. 11:45-56
MELALUI nubuat Kayafas yang aneh, penginjil Yohanes mengantar kita untuk melihat keunikan rencana Allah yang mau menyelamatkan semua orang dan menyatukannya melalui kematian Yesus. Dalam kaca mata manusia kematian tragis sedemikian bisa disebut “tumbal”: “Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa.” (Yoh. 11:49-50). Akan tetapi, itulah satu-satunya jalan, tidak ada cara lain. Untuk menyatukan seluruh umat, sebagaimana secara optimis dicita-citakan dalam nubuat Yehezkiel pada Bacaan Pertama, siapa yang mengira kalau harus ada seseorang yang bersedia mati untuk semua. Penafsiran atas kata-kata Kayafas ini oleh penginjil kiranya tepat sekali: “Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar
pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.” (Yoh. 11:51-52). Kesatuan ini tentu bukan kesatuan yang statis, melainkan yang dinamis, menuju pada pertobatan. Semua orang dipanggil untuk meninggalkan dirinya sendiri dan menemukan dalam diri Yesus satu-satunya Penebus, Sang Juru Selamat. Kesatuan itu adalah kesatuan dalam belas kasih karena semua dipanggil untuk “memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.” (Yoh. 19:37; bdk. Za. 12:10). Hanya dengan demikian, kematian-Nya bermakna universal.
Romo Vitus Rubianto Solichin, SX Dosen Kitab Suci STF Driyarkara, Jakarta