HIDUPKATOLIK.COM SEKEMBALI dari Vatikan dan ber-temu dengan Paus Paulus VI tahun 1963, Presiden Soekarno menantang Frans Seda, tokoh awam muda Katolik yang saat itu tengah bersinar. Soekarno meminta Frans Seda membangun sebuah Universitas Katolik. Tak tanggung-tanggung. Universitas terbaik di Asia. “Sekarang, apakah kamu sanggup mem-bangun gedung-gedung paling sedikit empat tingkat di dekat Jembatan Semanggi itu,” tantang sang presiden pertama RI itu. Seminggu saja waktu tersedia. Frans Seda menjawab tantangan itu. Ia mengajak seorang arsitek membuat sebuah desain seperti diinginkan Soekarno. Frans Seda kemudian menemui Soekarno di Istana. “Kalau nanti sudah jadi, saya mau menjadi orang pertama berpidato untuk Studium Generale,” kata Bung Karno kepada Frans Seda.
Tahun 1989, Paus Yohanes Paulus II (YP II), melakukan kunjungan kenegaraan dan pastoral ke Indonesia. Salah satu tempat yang Paus kujungi selama di Indonesia adalah kampus Universitas Katolik Indo-nesia Atma Jaya Jakarta. Kursi yang didu-duki Paus itu kini ditempatkan di hall gedung utama kampus ini sebagai penghor-matan. Gedung Utama Kampus Atma Jaya itu pun diberi nama Gedung Karol Wojtyla. “Universitas Atma Jaya ini pertama-tama merupakan perwujudan iman para cendekiawan Katolik awam Indonesia,” demikian sepenggal pesan YP II saat itu.
Kini, 60 tahun usia Atma Jaya pada tanggal 1 Juni 2020. Bila Pemerintah RI sejak awal memberikan dukungan besar kepada Atma Jaya melalui Presiden Soekarno, itu pertanda pengakuan akan eksistensi Gereja Katolik di Tanah Air. Dan, bila YP II pun menyempatkan diri datang ke kampus ini tahun 1989, itu juga merupakan pertanda dukungan yang amat besar pada kiprah Perguruan Tinggi Katolik yang dipelopori para awam Katolik ini untuk melahirkan cendekiawan-cendekiawan yang berbakti kepada Gereja dan Tanah Air.
Kini gedung Atma Jaya tak hanya berlantai empat. Kampusnya pun tak hanya berdiri mentereng di Semanggi tapi juga di Pluit, Jakarta Utara dan di Bumi Serpong Damai, Tangerang Selatan, Banten. Mahasiswa tak lagi hitungan ratusan, tapi ribuan pada setiap angkatan. Prestasi terkini (2020) Atma Jaya adalah perolehan Bintang Lima (Full Five Stars) dari sebuah lembaga pemeringkatan dunia QS Stars yang berkedudukan di London, Inggris. Penilaian lembaga dunia itu berbasis pada student-faculty engagement, student interaction, dan student services and technology.
Lustrum XII ini dirayakan pada masa pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan dunia. Situasi yang turut “memaksa” Atma Jaya malakukan percepatan transformasi belajar secara online learning (E-learning) di tengah era disrupsi ini.
Perayaan Lustrum digelar secara daring. Namun, hal itu kiranya tidak mengurangi makna penting dari hari jadi ini. Lustrum ini menjadi momentum merefleksikan kembali cita-cita dan semangat awal Atma Jaya di masa lalu, kini, dan bagaimana strategi menghadapi masa depan yang terus berubah dan ketidakpastian.
HIDUP NO.24, 14 Juni 2020