HIDUPKATOLIK.COM Organisasi kemahasiswan di bidang rohani sangat penting ada di setiap kampus. Kehadirannya mengimbangi kesibukan mahasiswa di bidang akademik.
ADA keresahan yang dirasakan Louisa Lula Wanitama saat ia mulai masuk dunia kampus tahun 2018. Ketika kuliah ini, Lula harus jauh dari orangtua. Satu pertanyaan yang kemudian muncul, dengan siapa ia akan beribadah setiap hari Minggu. Apakah ia masih bisa ke gereja?
Saat harus ke kampus untuk daftar ulang di President University, ia berjalan di sekitar kampus. Pada kesempatan itu, perhatiannya teralihkan oleh beberapa mahasiswa kakak tingkat, yang berteriak, “PUCatso! PUCatso!” Penasaran, ia pun mendekat. “Kakak yang jaga stand sangat ramah. Aku merasa dirangkul dan merasa aman karena mengenal mereka yang seiman,” ungkap Lula.
PUCatso merupakan kependekan dari President University Catholic Society. Ini merupakan organisasi kerohanian mahasiswa Katolik di President University, Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Menurut Advisor PUCatso, Bruno Rumyaru, sudah sejak tahun 2007 ada organisasi kerohanian yang mewadahi mahasiswa Kristen, yaitu Community of Love. Organisasi ini mewadahi seluruh kegiatan mahasiswa yang beragama Kristen dan Katolik.
Ketika tahun 2009, mahasiswa Katolik semakin banyak, para mahasiswa ini kemudian mengajukan ke bagian kemahasiswaan untuk membuat kelompok sendiri sesama mahasiswa Katolik. Inisiatif ini direstui pihak universitas. Bruno dan seorang bersama rekan dosen, (Alm.) Long, kemudian mendirikan PUCatso pada 12 Agustus 2009.
Kegiatan Bermakna
Sejak didirikan, PUCatso mengambil moto dari Injil Yohanes 10:10, “Ut Vitam Habeant et Abundantius Habeant”, yang artinya ‘… Supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan’. Menurut Lula, semua kegiatan PUCatso sedapat mungkin selaras dengan moto ini. “Tujuan PUCatso hanya satu, kami kumpul dan doa bersama,” ungkap Lula.
Kegiatan PUCatso sangat beragam, mulai dari mingguan, sampai tahunan. Setiap hari Selasa, mahasiswa Katolik yang tergabung dalam PUCatso mengadakan Komunitas Sel (Komsel), kemudian di hari Rabu, mereka mengadakan devosi bagi Bunda Maria, di mana salah satu kegiatannya adalah berdoa Rosario bersama. Pada hari Jumat, mereka mengadakan PUCatso Service. Sedangkan sebulan sekali, PUCatso turut berpartisipasi dalam kegiatan Komunitas Sant’Egidio. “Kami biasanya bergabung dengan kegiatan bulanan mereka yakni pelayanan sahabat jalanan,” jelas Lula.
Setiap awal tahun akademik, PUCatso mengadakan Proud to be Catholic untuk menjaring mahasiswa baru yang belum bergabung dalam komunitas ini. sedangkan untuk mahasiswa yang telah menamatkan pendidikannya di President University, PUCatso mengadakan kegiatan perpisahan yang mereka namai sebagai PUCatso Farewell.
Tidak hanya kegiatan seputar doa dan pelayanan, anggota PUCatso membuat kegiatan olahraga bersama hingga belajar desain. Menurut Lula, belajar desain ini hanya merupakan tambahan saja. “Kebetulan, kami aktif di Instagram jadi untuk membuat semacam infografis yang dapat dibagikan ke grup,” ungkap mahasiswi Jurusan Enviromental Engineering ini.
Menurut Lula, dari setiap kegiatan yang diusung oleh PUCatso, selalu ada pesan di balik kegiatan tersebut. Ia mencontohkan, dalam setiap kegiatan PUCatso Farewell, setiap anggota diharapkan mencari makna di balik kegiatan ini, sehingga tidak sekadar perpisahan. Di kesempatan ini, setiap anggota berterimakasih atas kehadiran dan kebersamaan dengan kakak tingkat selama berproses di PUCatso.
Di antara dinamika-dinamika yang terjadi, Lula tidak memungkiri, bahwa jumlah anggota yang bergabung menjadi salah satu tantangan. Tetapi sebagai Ketua PUCatso, Lula mengatakan, hal ini bukan soal kuantitas. Untuk membuat suatu kegiatan, PUCatso lebih mementingkan nilai dari kegiatan tersebut.
Dalam keadaan Covid-19, seluruh mahasiswa berkegiatan di rumah masing-masing. Lula dan kawan-kawannya mencoba membuat Doa Rosario secara online. “Kembali lagi ke tujuan kami, yakni kumpul dan berdoa bersama, kami belajar dan melayani bersama,” tegasnya.
Pesta Pelindung
Setiap tanggal 21 Juni, PUCatso merayakan pesta nama pelindung mereka, Santo Aloysius Gonzaga, yang juga santo pelindung kaum muda Katolik. Sebagai seorang putra bangsawan, Aloysius terpanggil menjadi seorang imam Serikat Yesus. Ia meninggal di usia yang masih sangat muda.
“Kaum muda merupakan masa depan Gereja. Sangat disayangkan jika melihat realitasnya, kaum muda kurang begitu aktif dalam kegiatan keagamaan. Kami tahu dari kisah St. Aloysius. Ia mempunyai tekad yang kuat dalam pelayanan. Ia terpanggil mengikuti Yesus sejak dari muda. PUCatso mengambil semangatnya, sebagai orang muda yang mau menjadi pelayan Tuhan,” jelas Lula.
Dengan mengemban semangat St. Aloysius ini, tahun 2015, PUCasto membuat maskot berupa gambar seorang laki-laki, yang merupakan representasi dari orang kudus ini. Menurut Lula, maskot ini dibuat agar setiap anggota PUCatso mewujudnyatakan semangat St. Aloysius dalam keseharian mereka.
Keresahan Lula saat diawal masuk perkuliahan, perlahan berubah menjadi rasa nyaman. Setiap hari Minggu, Lula dapat pergi ke gereja bersama anggota PUCatso. Di PUCatso pula, Lula belajar banyak hal. Saat ini, Lula mengharapkan PUCatso tetap konsisten di dalam kerasulannya di tengah komunitas mahasiswa. “Misalkan, nantinya aku lulus dan datang lagi ke PUCatso, kegiatan doa dan suasana kebersamanan, tetap sama seperti aku pertama kali bergabung. Karena justru dari kegiatannya itu yang membuat aku pun betah,” ungkap umat Paroki St. Arnoldus Janssen, Bekasi ini.
Hal ini pun disetujui oleh Bruno. Ada suatu semangat yang ditanamkan dalam hati anggota PUCatso. “Sekali PUCatso tetap PUCatso”. Arti dari ungkapan ini, sebagai anggota mahasiswa Katolik, semangat yang di kembangkan dalam PUCatso akan tetap ada bagi siapa saja yang masih belajar, maupun yang sudah selesai atau lulus. “Jadi mereka tetap merasa jadi bagian PUCatso. Bahkan jika ada kegiatan atau acara, kami kerap mengundang para alumni dan mereka tidak berkeberatan datang,” jelas Bruno.
Bagi Bruno, PUCatso hadir di tengah keberagaman mahasiswa, karena President University merupakan kampus umum, seluruh mahasiswa dari beragam latar belakang agama, suku dan budaya ada di kampus ini. “Dengan kehadirannya, PUCatso mengingatkan para mahasiswa Katolik, bahwa mereka tidak berjuang sendiri dan ada Tuhan yang selalu menyertai mereka,” tandas umat Paroki Ibu Teresa Cikarang, Jawa Barat ini.
Karina Chrisyantia
HIDUP No.21, 24 Mei 2020